Auristella memasuki rumahnya nya setelah pergi bersama teman-teman nya, merayakan kemenangan dirinya yang berhasil mengalahkan para kontestan di lomba bermain piano tadi pagi.
Ia berjalan menuju ruang keluarga. Terdengar suara televisi yang menyambutnya dan juga Ia melihat punggung seseorang yang sedang duduk di sofa depan televisi.
"Hello, Everybody. Eh hanya ada satu orang,"
Adrian mendengus, melirik adiknya yang mendekat tanpa minat. Ia kembali fokus menatap layar televisi di depan nya.
"Kemana yang lain?"
Adrian hanya mengangkat bahunya acuh. Hal itu membuat sang adik menggeram. Auristella memukul bahu kakak keduanya itu hingga membuat Adrian berdecak.
"Jangan membuat asap dari hidungku keluar ya!" Ujar adrian memperingati.
Ia sedang kesal. Tapi entah karena apa. Yang jelas suasana hatinya berubah setelah lagi-lagi Ia melihat Adrina yang diantar pulang oleh seorang laki-laki yang sama dengan yang Ia lihat tempo hari memarkirkan mobilnya di depan tempat tinggal gadis itu. Adrina menolak ajakan untuk pulang bersamanya dan ternyata pulang dengan orang lain.
Ada apa dengan dirinya? Tidak mungkin 'kan bila Ia merasa cemburu? Atau hanya karena tidak terima dengan penolakan Adrina yang menyebalkan itu?
"Kamu aneh. Wajahmu kusut sekali. Ada masalah apa sih?"
"Sudahlah, jangan ganggu aku. Aku hanya kelelahan,"
"Huh! Ya sudah, aku ke kamar dulu ya. Kalau ada masalah cerita, Ian. Aku tahu kamu tidak punya pasangan, jadi kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk menjadikan aku sebagai teman curhat---"
"Heheheh okay, aku ke kamar sekarang,"
Auristella beranjak buru-buru karena Adrian menatapnya dengan tajam hingga Ia tak kuasa melanjutkan ucapannya.
*****
"Mommy dan Daddy belum pulang, Ean," jelas Auristella karena Ia melihat Andrean mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruang makan.
Di ruangan itu hanya ada Auristella dan Andrean.
"Kakak mu?"
"Ini kakak ku," jawab Auristella ketika Andrean bertanya. Telunjuk gadis Itu mengarah pada Andrean.
"Maksudku, dimana kakak mu yang satu lagi?"
"Di kamar nya mungkin,"
Acuh nya sang adik membuat Andrean bingung. Biasanya Auristella itu rajin sekali mengabseni Ia dan Adrian mengingat betapa over posessive nya Auristella. Auristella masih sulit membiarkan kedua kakaknya memiliki dunia mereka sendiri.
"Mungkin? Kamu tidak tahu dia kemana?"
"Tidak, karena tadi siang begitu aku pulang langsung masuk ke kamar sementara dia menonton televisi. Hmm dia terlihat sedang ada masalah. Aku mencoba untuk mencari tahunya tapi dia malah kesal,"
Andrean menghela napas pelan sembari menggeleng. Apalagi yang dialami adiknya yang satu itu? Apa masalah karir nya, pendidikan, atau masalah percintaan? Ah sepertinya tidak ada yang aneh dari karir dan pendidikan Adrian. Mungkin, masalah yang sedang dialami adiknya adalah tentang percintaan.
*******
"Terimakasih atas waktunya, Angel. Kami pulang dulu ya,"
"Terimakasih juga sudah mengajakku ke sini, Aunty, Uncle,"
Angel bangkit mengantar sepasang suami istri itu menuju mobil mereka. Setelah hampir dua jam menghabiskan waktu di sebuah restoran, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.
Kali ini Lovi mengajak Angel makan bersama dirinya dan sang suami, tanpa Andrean. Lovi benar-benar ingin Angel serius menanggapi rencana dirinya. Begitu juga yang Ia minta semalam pada Andrean. Ia sudah lelah menunggu mereka berdua yang tak kunjung ada kejelasan.
"Aku benar-benar berharap Angel bisa memenuhi keinginanku,"
Devan tersenyum seraya mengusap salah satu sisi wajah sang istri. "Apapun yang terbaik, terima saja ya, Sayang,"
Lovi mengangguk. Ia tahu bahwa memaksakan kehendak bukanlah hal yang baik apalagi ini pada anak sebaik Angel. Tapi berharap bahwa Ia bisa memiliki Angel sebagai menantu, tidak ada salahnya bukan?
Andrean dan Auristella mengalihkan mata mereka saat melihat kedua orangtua nya sudah datang dan kini bergabung di meja makan.
"Darimana saja, Mom, Dad?"
"Bertemu dengan Angel," Lovi mengatakan itu seraya melirik anak sulung nya. Tidak ada reaksi apapun. Hal itu membuat Lovi mendengus. Katanya menerima apapun keputusan orangtua, tapi sikap Andrean terlihat tidak peduli.
"Oh, ada apa memangnya?" Tanya Auristella penasaran.
Auristella sepertinya lupa dengan niat Ibunya yang ingin kakak sulungnya segera menikah dengan Angel.
"Mommy mau Angel menikah dengan Andrean,"
"HAH?!"
"Mom, yang benar saja?! Masih berharap mereka bersatu?"
Andrean mendengus pelan seraya mengusap daun telinganya. Suara Auristella benar-benar nyaring hingga telinganya terasa sakit.
"Memang kenapa? Angel anak yang baik. Kita sudah mengenalnya bahkan sejak kalian sama-sama masih kecil,"
"Ya, tapi---tapi-- aku tidak mau kakak ku menikah dulu. Aku selalu bilang begitu 'kan? Aku kira Mommy tidak lagi memaksa Andrean, rupanya masih. Nanti aku bagaimana? aku akan kehilangan salah satu kakak ku,"
"Astaga, Auristella. Pada akhirnya kalian bertiga akan memiliki kehidupan masing-masing. Mau sampai kapan kamu melarang kedua kakak mu untuk memiliki kekasih?"
Devan sudah lelah sekali menasihati anak bungsunya itu. Harus bagaimana lagi Ia memberi tahu Auristella bahwa semua kasih sayang dan perhatian Andrean, Adrian, untuknya tidak akan berkurang sekalipun keduanya telah memiliki istri bahkan anak.
"Aaaa aku tidak mau! Aku tidak mau kehilangan Ean, Dad,"
Auristella berkaca-kaca ditengah rengekannya. Membayangkan Andrean akan menikah, Ia benar-benar sedih. Sekaku apapun interaksi diantara Ia dan Andrean, tetap saja tak bisa dipungkiri bahwa Andrean adalah kakak tertuanya yang sangat menyayanginya sekalipun Ia tak pernah menunjukkan hal itu secara terang-terangan.
Auristella bangkit dari tempatnya. Ia berdiri seraya mendorong kursi dengan kaki belakang nya lalu Ia berjalan menuju kamar dengan langkah terhentak.
Devan dan Lovi menghembuskan napas kasar. Mereka kini menatap Andrean yang sejak tadi terlihat datar, seperti biasa.
"Andrean, Mommy berharap sekali kamu bisa menikah di tahun ini. Karena Mommy rasa sudah saatnya, Sayang. Dan pilihan Mommy tetap Angel. Kamu tidak keberatan 'kan?" Sekali lagi Lovi memastikan apakah anaknya merasa keberatan atau tidak. Sebab, biar bagaimanapun, Ia tahu bahwa Andrean berhak untuk menentukan pilihannya karena Ia sudah dewasa.
"Sejujurnya, aku belum ada keinginan untuk menikah dalam waktu dekat, Mom,"
"Okay Mommy paham. Kalau begitu, Mommy tidak akan memaksa kamu untuk menikah dalam waktu dekat. Tapi sekali lagi Mommy tanya apa kamu sudah memiliki kekasih?"
"Mommy tahu jawabannya,"
"Jadi, kalau Mommy meminta kamu bersama dengan Angel, paling tidak saling mengenal terlebih dahulu, kamu keberatan?"
"Tidak, aku akan mencobanya,"
Tegasnya jawaban Andrean membuat Lovi tersenyum lebar. Walaupun keinginan nya untuk menjadikan Angel sebagai menantu dalam waktu dekat belum bisa terwujud, tapi paling tidak Andrean mau menerima keputusannya.
Semoga saja kali ini Andrean benar-benar bergerak menarik perhatian Angel, bukan hanya sekedar menyetujui seperti sebelumnya namun bingung harus melakukan apa.
"Aku menerima ini semua karena aku yakin pilihan Mommy dan Daddy tidak akan pernah salah. Kalian yang paling tahu mana yang terbaik untuk aku,"
Andrean memang keras dalam urusan cita-cita. Ia tidak ingin dipaksa menjadi seperti Devan, pengusaha property dan sejenisnya. Tapi untuk masalah lain, Andrean tidak seperti itu. Ia memang patut dicap sebagai anak yang penurut. Bahkan dari kecil pun, Ia yang terkenal penurut daripada kembarannya, Adrian.
*****
Tok
Tok
Tok
Auristella yang sedang terlungkup di ranjang nya terpaksa bangkit karena mendengar pintu kamarnya di ketuk.
Ia membuka pintu lalu sosok Adrian lah yang berada di depannya saat ini.
"Astaga, pantas saja berisik. Ternyata kamu melempari barang-barangmu tadi? Ada apa sih?"
Auristella berdecak. Ia baru saja merasa tenang setelah melempar bantalnya ke meja rias yang menyebabkan segala perlengkapan nya jatuh ke lantai. Sekarang, kakak keduanya yang super menyebalkan itu datang dan bertanya hal yang malas sekali Ia jawab.
Adrian menahan pintu yang akan ditutup adiknya.
"Ingat ya, kamar kita letaknya tidak jauh. Jadi---"
"Berisik! Aku sedang tidak ingin diganggu,"
"Ck! Kenapa jadi kamu yang marah?"
"Pergi! Kamu jangan ganggu!"
"Hey, anak kecil! Yang mengganggu itu kamu!"
Andrean yang baru selesai makan sekaligus berbicara dengan Lovi dan Devan langsung beranjak ke kamarnya. Dan sebelum tiba di kamar, Ia melihat perdebatan antara kedua adiknya.
Ia harus turun tangan kalau tidak mau ketenangannya diganggu oleh mereka berdua, mengingat kamar mereka yang berdekatan.
"Ada apa? Kalian tahu sekarang sudah malam? Bukan waktunya untuk adu mulut,"
Jarang-jarang Andrean bicara seperti itu. Biasanya Ia lebih memilih untuk tidak menanggapi. Dan kedua adiknya langsung terdiam saling melempar tatapan tajam.
"Lihat kamarnya!" Titah Adrian pada Andrean agar megikuti arah yang ditunjuknya. Auristella segera menghalangi penglihatan kakak nya dengan postur tubuhnya yang ramping.
"Apa yang kamu lakukan, Auris?"
"Aku kesal, Ean! Aku tidak mau kamu menikah. Aku tidak mau kehilangan kakak ku,"
"Hah? Menikah? Andrean mau menikah? Sekarang?"
" Kamu juga mau menyusul?! Erghh!"
Auristella kembali ingin menutup pintu kamarnya namun berhasil dihalangi Oleh Andrean.
"Kamu mau membiarkan aku seperti ini terus?"
Auristella mengangguk pelan. Hal itu membuat mata Adrian membulat. Kalau Auristella ingin selamanya Andrean single, maka itu pasti berlaku juga dengannya.
"Sembarangan anak ini! Kalau kami berdua tidak boleh menikah, lantas kamu bagaimana?"
"Aku akan menikah! Tapi nanti!"
Adrian menggeram, "Sial!" Tangannya tergerak untuk menarik pipi adiknya dengan gemas.
"Kamu bicara kasar, akan aku katakan pada Mommy,"
"Biar saja. Aku tidak takut!"
"Selama ini Angel selalu baik padamu 'kan?" Tanya Andrean.
Auristella diam setelah mengusap-usap pipinya yang baru saja meniadi sasaran Adrian.
Auristella memang mengenal Angel. Seperti yang sudah diketahui, mereka bersama sejak kecil. Tidak jarang Angel diundang untuk sekedar makan bersama dengan keluarga nya. Tapi Ia tidak menyangka kalau gadis itu akan menjadi istri dari Andrean.
"Kapan menikah nya? benar dengan Angel sesuai keinginan mommy?"
"Iya! Dia akan menikah dengan Angel. Angel yang pernah kamu kagumi dulu, Ian. Eh mungkin sekarang masih,"
Bukan Andrean yang menjawab melainkan Auristella yang begitu menggebu, belum bisa terima bahwa ternyata kedua orangtuanya masih berusaha keras membuat kakak sulungnya dan Angel menikah.
"Ck! Padahal selain nyaman dengan Adrina, aku juga nyaman dengan dia. Aku kira kalian tidak jadi berjodoh. Rencana nya aku saja yang maju," ujarnya yang mulai usil.
Andrean melirik adiknya yang bergumam seperti itu. "Jangan jadi brengsek, Adrian. Cukup satu, dan pastikan itu bukan Angel,"
"Wow, posessif, Dude?"
Andrean meninggalkan kedua adiknya yang kini terdiam menatap kepergian kakak mereka.
"KENAPA SEKARANG KAMU MAU MENIKAH DENGAN ANGEL PADAHAL SELAMA INI KAMU TERKESAN TIDAK PEDULI DENGANNYA?! HEY, ANDREAN. DENGARKAN AKU DULU,"
Sayang nya seruan Auristella tidak membuat Andrean menghentikan langkahnya. Andrean masuk ke kamarnya hingga membuat kedua adiknya berdecak kesal. Bahkan Auristella misuh-misuh di tempatnya berdiri saat ini.
Ia bingung kenapa adiknya ribut sekali padahal Ia tidak menikah besok.
"Dia benar-benar serius menerima perjodohan itu. Ihhhh aku benci dirimu, Ean!"
"Mommy dan Daddy mu benar-benar kurang kerjaan ya sampai harus menjodohkan Andrean dan Angel," Sentak Auristella seraya menutup pintu kamarnya dengan kencang. Adrian dibuat tersentak.
"Hei, mereka juga orangtuamu. Jangan kurang ajar kalau masih mau menikmati fasilitas---"
"BERISIK!"
Brak
"Astaga,"
Adrian mengusap dadanya saat mendengar suara pintu di depannya yang dilempari suatu barang, entah apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
🟡𓆉︎ᵐᵈˡ 𝐀⃝🥀sthe⏤͟͟͞R🔰¢ᖱ'D⃤
keributan yang tak pernah usai 🤣🤣🤣
2023-05-25
0