Bab 4

Angel didorong hingga terhempas di atas sofa lusuh yang berada di ruang tamu rumahnya.

Usai Andrean pergi, Angel benar-benar sudah yakin bahwa malam ini ayahnya tidak akan membiarkan Ia lepas begitu saja.

Dadanya terasa sesak mendapati kenyataan bahwa Ia dibuat malu oleh ayahnya sendiri di hadapan Andrean. Ayahnya dengan tega menuduh Ia menjual diri.

Ia sampai menduga-duga apa yang dipikirkan Andrean setelah melihat kejadian tadi? Ia bisa melihat tatapan lain dari mata Andrean. Ada amarah dan kalau Angel boleh menilai, Ia juga bisa melihat rasa bersalah di mata yang biasanya hanya menatap Ia dengan dingin itu.

"Jelaskan apa maksud lelaki tadi? Kamu calon istrinya?!"

"Ayah--"

"Cepat jelaskan! Apa benar kalian akan menikah?! Kenapa ayah tidak tahu?! Huh?!"

"Ayah, tidak. Dia--dia--"

Angel bingung harus mengakui Andrean sebagai apa. Tapi Ia harus meluruskan bahwa Ia dan Andrean memang belum bisa menikah untuk saat ini. Tapi sebutan 'calon istri' yang diucapkan Andrean tadi memang tidak salah bukan?

"Dia siapa?! Dia memiliki kekayaan sebanyak apa?! Jelaskan pada ayah!"

"Dia teman masa kecilku,"

Tanpa menjelaskan seberapa kaya Andrean, Angel hanya mengatakan bahwa lelaki itu adalah teman masa kecilnya. Ia tidak ingin dicecar bila ayahnya itu tahu mengenai Andrean dan keluarganya.

Ayahnya berdecih lalu menendang kaki sofa dimana Angel duduk. Tendangannya itu menyentuh mata kaki Angel hingga gadis itu meringis.

"Cepat masak makan malam! Sebentar lagi Gesty datang dan ayah tidak mau Gesty ataupun ayah kelaparan," ujar lelaki yang usianya tak lagi muda itu, Ia mengasihi putrinya yang bernama Gesty sampai tidak ingin Gesty kelaparan, sementara dengan Angel yang juga putri kandungnya, Ia tidak pernah peduli.

*****

"Mom, boleh aku bicara sebentar?"

"Hmm? Ada apa?"

Andrean menggerakkan kepalanya sedikit, meminta Lovi untuk keluar sebentar dari kamarnya, meninggalkan Devan yang sedang sibuk dengan laptopnya di sofa kamar. Andrean terpaksa mengganggu kegiatan Mommy nya yang sedang mengemas baju serta perlengkapan lain yang akan dibawa Lovi serta Devan ke Jepang dua hari lagi karena ada urusan pekerjaan yang harus diselesaikan Devan.

"Apa Mommy tahu tentang keluarga Angel?"

"Maksudmu?"

"Yang aku tahu hanya Ibunya meninggal. Lalu ayahnya-- yang tinggal bersama Angel saat ini benar ayahnya?"

Andrean bahkan ragu apakah ada ayah yang bisa berperilaku sekasar itu pada anaknya apalagi Angel adalah perempuan.

"Iya, Angel memutuskan untuk ikut ayahnya tidak lama Ibunya meninggal. Karena Ia tidak ingin menyusahkan neneknya lebih lama lagi,"

"Dan--apa Mommy tahu bagaimana kehidupannya selama ini bersama lelaki yang merupakan ayahnya itu?"

"Tahu, Mommy sangat menyayangi nya. Mommy mencari tahu apapun tentangnya, tentu dengan bantuan Daddy,"

"Mommy tahu Ayahnya itu bersikap sangat kasar terhadap Angel? Aku melihatnya sendiri, Mom. Dan aku benar-benar tidak menyangka. Selama ini yang aku lihat, Angel baik-baik saja," Andrean berujar panjang lebar dengan mimik wajah datar andalannya.

Lovi tersenyum lembut. Ia tidak menyangka kalau dalam waktu dekat ini Andrean mengetahui sedikit dari kesengsaraan Angel. Tuhan menunjukkan sendiri pada Andrean betapa hebatnya wanita yang akan Ia nikahi itu.

"Mommy tidak salah memilih dia. Benar 'kan? Dia luar biasa, Andrean,"

"Mommy menginginkan Angel untuk menjadi pendamping ku karena merasa kasihan atau apa?"

"Astaga, Mommy benar-benar menyukai gadis itu. Dia begitu tangguh. Mommy sudah beberapa kali menawarkan tempat tinggal yang lebih layak untuknya agar Ia bisa lepas dari jeratan ayah dan kakak tirinya. Tapi dia tidak pernah mau. Mommy juga sudah meminta agar Ia kembali lagi tinggal bersama neneknya dan Ia tidak mau juga. Angel benar-benar bertahan pada pilihannya. Ia ingin mengabdikan dirinya pada ayah dan kakaknya,"

"Bodoh," gumam Andrean tak habis pikir. Tangguh tapi bodoh, sebutan itu lebih pantas untuk Angel.

"Dia menyayangi ayah dan kakak tirinya, Andrean,"

"Ya itulah sebabnya aku mengatakan bahwa dia bodoh. Bodoh karena masih bertahan untuk menyayangi orang yang jelas-jelas sudah menyakitinya selama ini,"

"Kamu terlalu banyak bicara, Sayang. Sebesar itu rasa peduli mu pada Angel?" Gelak tawa mengiringi godaan Lovi terhadap putra sulungnya itu.

Andrean menipiskan bibirnya. Ia juga bingung kenapa harus memikirkan Angel dengan segala kesedihan dalam hidupnya?

*****

Auristella sudah siap dengan pakaian kuliah nya. Ia segera beranjak ke meja makan untuk sarapan bersama kedua orangtua dan juga kedua kakaknya.

"Pagi, Daddy."

Devan melirik putri nya sekilas, kemudian kembali berkutat dengan layar iPad yang di pegangnya.

"Pagi, Sayang."

Auristella mendengkus saat hanya dibalas sesingkat itu oleh ayahnya. Sebenarnya sudah biasa. Devan memang kerap disibukkan oleh pekerjaan bahkan ketika pagi seperti ini.

"Kamu hari ini berangkat dengan siapa?"

"Aku ke kampus dengan Ean,"

"Hmm okay, hati-hati dan langsung pulang ya," pesan Devan seraya tersenyum kecil pada anaknya.

"Iya, Dad,"

Lovi datang dari arah dapur menyajikan makanan yang sudah Ia buat bersama dengan maid. "Ayo, sarapan dulu. Kenapa hanya kamu yang sudah siap? Dimana kedua kakak mu, Auris?"

"Mungkin masih bersiap, Mom,"

"Mommy panggil dulu,"

Lovi bergegas menghampiri kamar kedua anak lelakinya. Sementara Devan dan Auristella sudah mulai melahap sarapan mereka.

"Adrian, kamu sudah bangun?"

"Sudah, Mom. Sebentar lagi aku turun,"

"Okay,"

Saat nya Lovi ke kamar putra sulung nya. Ia melakukan hal yang sama seperti tadi. Yaitu mengetuk pintu kemudian memanggil anaknya itu.

Tanpa menjawab, Andrean keluar dari kamar dengan penampilan nya yang rapi. Ia mengenakan kemeja putih yang melekat sempurna di tubuh atletis nya. Celana berwarna hitam yang sedikit lebih tinggi dari mata kakinya membuat kaki jenjang lelaki itu semakin terlihat sempurna.

"Ayo, kita sarapan bersama," ajak Lovi pada Andrean yang langsung mengangguk.

Lovi tidak ingin melewatkan sarapan bersama ketiga anak, dan suaminya. Karena hanya saat itulah mereka berkumpul. Makan siang, mereka jarang bersama. Makan malam pun demikian. Di malam hari, paling hanya Auristella yang menemani nya makan, sementara Devan dan kedua anaknya lebih sering masih berada di luar rumah karena kesibukan masing-masing.

******

Auristella terkejut saat mendapati Adrina di depan pintu megah rumahnya. Ia bersedekap dada menatap gadis yang merupakan teman dekat kakak keduanya sejak masa kecil itu.

"Ada apa? Mau bertemu dengan Adrian? Kakak ku itu ada syuting hari ini. Jadi---"

"Aku hanya ingin memberi ini. Oh ayolah, jangan galak sepert itu padaku,"

Auristella menerima dua kotak berisikan cake dari tangan Adrina. "Terimakasih, by the way, ini bukan sogokan supaya aku mengizinkan Adrian jalan denganmu 'kan?"

"Astaga, siapa juga yang mau jalan dengan dia?"

"Ya sudah, kembali ke rumahmu. Aku ingin ke sekolah sekarang juga,"

"Siapa yang bicara denganmu, Auris?"

Adrian dan Andrean datang dari dalam. Adrian bertanya namun tidak ada jawaban dari adiknya. Kini Ia sudah melihat langsung siapa yang sedang berbicara dengan adik nya.

"Hai, Andrean," sapa Adrina dengan hangat, menghiraukan Adrian.

Dari dulu sampai sekarang, kedua manusia yang memiliki nama hampir mirip itu masih belum juga akur.

"Hei kamu tidak menyapaku?"

Adrina hanya memutar bola matanya. Malas sekali Ia menyapa Adrian yang gemar mencari ribut dengannya.

Yang disapa malah diam. Hanya mengangguk singkat kemudian berjalan menuju mobilnya. Andrean dengan sikap dingin nya memang tak akan pernah lepas.

"Kamu tidak boleh menyukai kedua kakak ku! Mengerti tidak?"

Adrian menutup mulut adiknya. Ia mendorong pelan bahu Auristella agar segera mengikuti jejak Andrean, memasuki mobil.

Sampai di mobil, Auristella menggerutu, "Dia sudah berhasil mencuri perhatian Adrian. Sekarang dia mencoba untuk mendekati mu, Ean. Menyebalkan sekali gadis itu,"

Andrean mengusap rambut adiknya singkat. "Sudahlah, tidak usah kesal seperti itu. Sekarang masih pagi, nanti ilmu yang akan kamu terima tidak akan masuk ke otak mu,"

*****

"Hallo, Adrian. Nanti kamu yang menjemputku ya. Setelah itu temani aku ke toko buku. Aku ingin membeli buku mengenai tekhnik bermain piano lagi---"

"Okay-okay, sekarang aku sedang reading. Jangan ganggu dulu ya,"

Auristella mendengkus. Ia menatap ponselnya dengan kesal. Ia belum selesai bicara, dan kakak keduanya itu sudah mengakhiri panggilan.

"Ah jadi nanti yang menjemputmu Kak Adrian? AKHIRNYA AKU BISA BERTEMU LAGI DENGAN DIA,"

Teman Auristella yang benar-benar mengidolakan Adrian mendengar pembicaraan Auristella dengan Adrian. Ia bahagia sekali karena yang akan menjemput Auristella nanti adalah Adrian. Semakin senang saja dirinya berteman dengan Auristella. Karena Ia bisa sering bertemu dengan Adrian yang merupakan artis idola nya dengan segudang prestasi.

******

"Kenapa aplikasi belajar kita sulit dibuka dua hari ini?"

"Iya, sedang dalam masa perbaikan,"

Andrean mengangguk. Pendiri sekaligus pemilik sebuah perusahaan aplikasi belajar online itu menutup aplikasi miliknya. Lalu meletakkan iPad sekaligus pen nya di atas meja.

"Aku tidak ingin banyak yang mengeluh lalu meninggalkan aplikasi kita. Apa perbaikan itu membutuhkan waktu yang lama? Aku ingin bicara langsung dengan tekhnisi nya,"

"Baik, akan saya panggil ke sini. Tapi sepertinya tidak bisa sekarang,"

Andrean mengangguk paham. Ia hanya perlu bertanya langsung sekaligus memastikan orang-orang yang sudah diutus oleh perusahaan nya bisa diandalkan.

"Katakan padanya, jangan menghabiskan waktu terlalu lama," tegasnya yang langsung diangguki patuh.

******

Adrian sedang memainkan senar gitarnya secara asal ketika break syuting. Sembari bermain gitar dengan sembarangan, Ia juga melahap makanan ringan yang selalu disiapkan oleh asisten nya.

"Adrian, kau tidak ada niat menciptakan lagu lagi?"

"Nanti, otak ku sedang sulit diajak berpikir, Sam,"

Samy, asisten Adrian mengangguk. Memang tidak semudah itu membuat lagu ditengah kesibukan Adrian beracting saat ini. Mungkin Adrian sedang kekurangan waktu untuk mengeksplore otaknya agar tercipta sebuah lagu.

"Kau selalu membuat lagu tentang percintaan. Padahal punya kekasih saja belum,"

Adrian terkekeh mendengar Samy bicara seperti itu, Ia tidak tersinggung sama sekali.

"Biasanya lagu itu tercipta dari pengalaman. Sementara dirimu? Setahuku belum ada pengalaman,"

"Bisa dari pengalaman orang lain, Sam. Contohnya darimu yang selalu curhat tentang kekasihmu,"

"Hmm ternyata kau mencuri pengalaman ku untuk membuat lagu?"

"Ya, sebagian dari yang aku buat,"

"Tapi kau hebat. Pengalaman orang lain dijadikan inspirasi untuk berkarya," ujar Samy, kemudian melanjutkan,

"Kalau lagu tentang keluarga, itu pasti dari dirimu sendiri 'kan?"

"Tentu saja, aku juga ingin melibatkan keluargaku dalam hal berkarya,"

*******

"Astaga, Adrian! Dimana kamu?! Lihat saja di rumah nanti ya. Aku akan menjadikan kamu samsak tinju,"

Auristella menggerutu kesal karena kakak nya, Adrian belum juga datang menjemputnya di kampus.

Padahal Ia sudah berulang kali mengingatkan kakaknya itu agar tidak lupa datang ke kampusnya. Ia tidak ingin dijemput driver. Selagi ada kakak nya, maka driver tidak ada gunanya untuk Auristella, si manja.

"Auris, kakak mu dimana sih? Aku tidak sabar bertemu dengannya,"

"Ck! Mana aku tahu? Kamu jangan membuatku tambah kesal ya,"

Ryn teman Auristella menemani Auristella sampai dijemput oleh Adrian. Sebesar itu keinginan Ryn untuk bertemu dengan Adrian.

******

Setelah menyelesaikan scene nya yang memang sedikit, Adrian bergegas ke kampus nya untuk kuliah.

Hampir dua jam di sana, waktunya Ia pulang. Tapi sebelum pulang, tentu Ia ingat harus kemana mobilnya berlabuh.

"Pasti tuan putri Auristella sudah merajuk sekarang," gumam Adrian dalam hati usai melirik jam di tangan nya. Ia terlambat menjemput adik kesayangannya. Ia terkekeh pelan, membayangkan wajah adiknya yang pasti sudah terlipat.

Bruk

"Errghhh! Jalan yang benar!"

Adrian berdecak, Ia membantu membereskan buku-buku seseorang yang tidak sengaja Ia tabrak barusan.

"Maaf, tidak perlu marah---"

"Ya ampun,"

Adrian tersenyum pada Adrina yang terkejut mendapati dirinya. "Maaf, Adrian. Hmm maksudku Adrina," ujar Adrian jahil, sengaja menukar namanya dan Adrina.

"Aku lagi buru-buru, jadi tidak ada waktu memarahi mu,"

"Mau pergi kemana?"

"Bukan urusan mu wahai Tuan Adrian yang terhormat,"

"Ya sudah, pergi denganku saja. Ayo,"

Tanpa menunggu persetujuan Adrina, Adrian menarik tangan perempuan cantik itu menuju mobil.

"Adrian, apa-apaan sih?!"

"Kamu ingin pulang 'kan? Berhubung rumah kita dekat, bahkan sangat-sangat dekat, jadi kita pulang bersama saja,"

Adrian membuka pintu mobilnya untuk Adrina. "Silahkan,"

"Aku bisa pulang sendiri. Jangan mengajakku bertengkar ya. Mommy ku sakit, jadi aku harus segera pergi,"

"Okay, aku antar kamu ke rumah secepat mungkin. Aku juga tidak ingin terjadi sesuatu pada Aunty Sheva, Mommy mu,"

Tadinya Adrian hanya ingin membuat Adrina kesal karena langkahnya dihalangi untuk sampai di rumah seorang diri. Tapi begitu tahu bahwa Sheva sakit, Ia benar-benar ingin mengantar Adrina ke rumahnya agar bisa dengan cepat melihat kondisi Sheva.

"Ayo, cepat masuk ke dalam mobilku,"

"Tapi bagaimana dengan driver ku?"

"Kamu tinggal menelponnya nanti. Kalau menunggu driver datang, mungkin akan lama,"

Bisa dipastikan Adrian akan kena sembur amarah Auristella. Apalagi kalau sampai Auristella tahu alasan keterlambatan Adrian menjemputnya adalah Adrina. Bisa-bisa asap dari hidung bangirnya keluar akibat terlalu kesal dengan Adrian.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 40
42 Bab 41
43 Bab 42
44 Bab 43
45 Bab 44
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 Bab 48
50 Bab 49
51 Bab 50
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Bab 53
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Bab 183
184 Bab 184
185 Bab 185
186 Bab 186
187 Bab 187
188 Bab 188
189 Bab 189
190 Bab 190
191 Bab 191
192 Bab 192
193 Bab 193
194 Bab 194
195 Bab 195
196 Bab 196
197 Bab 197
198 Bab 198
199 Bab 199
200 Bab 200
201 Bab 201
202 Bab 202
203 Bab 203
Episodes

Updated 203 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 40
42
Bab 41
43
Bab 42
44
Bab 43
45
Bab 44
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
Bab 48
50
Bab 49
51
Bab 50
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Bab 53
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Bab 183
184
Bab 184
185
Bab 185
186
Bab 186
187
Bab 187
188
Bab 188
189
Bab 189
190
Bab 190
191
Bab 191
192
Bab 192
193
Bab 193
194
Bab 194
195
Bab 195
196
Bab 196
197
Bab 197
198
Bab 198
199
Bab 199
200
Bab 200
201
Bab 201
202
Bab 202
203
Bab 203

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!