"Mommy, apa yang terjadi? Aku sudah berpesan tadi agar Mommy tetap beristirahat,"
Begitu melihat Sheva yang berbaring di kamar dengan kondisi lemah, Adrina langsung mencecar Mommy nya itu. Sementara Adrian dengan setia mengikuti. Ia juga khawatir dengan kondisi Sheva, Istri dari salah satu sahabat Daddy nya yang tinggal sangat berdekatan dengan dirinya.
"Mommy baik-baik saja, Sayang,"
Sheva bangkit dari ranjang untuk duduk hingga Adrian dan Adrina bergerak cepat untuk membantunya.
"Adrian ingin minum apa? Biar Bibi---"
"Kalau aku haus, aku bisa minum di rumah, Aunty. Rumah kita berhadapan kalau Aunty lupa. Tidak usah memikirkan aku. Kondisimu jauh lebih penting,"
Sheva terkekeh kecil. Ia mengangguk dan menyandarkan punggung nya di headboard. Ia menatap kedua muda mudi itu bergantian.
"Dari kampus langsung ke sini?"
"Iya, aku benar-benar khawatir padamu, Mom. Oh ya, dimana Dad? Apa dia tidak tahu kalau--"
Sheva menahan anaknya yang akan menghubungi Jino, sang suami. Adrina pasti akan memberi tahu Daddy nya mengenai kondisi Sheva.
"Jangan membuat Dad khawatir. Mommy baik-baik saja,"
"Aku antar ke rumah sakit saja ya?" Tawar Adrian yang belum juga hilang rasa khawatirnya. Begitulah Adrian kalau Mommy nya sendiri juga sakit. Biarpun Ia seorang anak laki-laki tapi perhatian nya terhadap orangtua bisa-bisa mengalahkan anak perempuan. Ia begitu pandai menyampaikan rasa kasih sayang nya dengan perbuatan secara terang-terangan. Berbeda dengan Andrean yang merupakan sosok laki-laki penyimpan. Ia tidak pandai mengekspresikan perasaannya.
"Tidak perlu, Aunty baik-baik saja, Sayang,"
"Kamu pulang saja. Terimakasih sudah mengantarku,"
Adrian tersenyum dan refleks menepuk pelan puncak kepala Adrina. Membuat gadis itu berdecak dan menjauh.
Adrina membuka pintu lebih lebar lalu mempersilahkan Adrian keluar.
"Waktu dan tempat dipersilahkan," ujar gadis itu yang mengundang tatapan tajam dari Adrian.
Sialan gadis ini! Ia sudah berbaik hati mengantarkannya sampai di rumah dengan keadaan selamat dengan waktu yang cepat. Sekarang Ia malah diusir. Ingatkan Adrian untuk balas dendam pada kembar beda rahimnya itu.
******
Adrian mengemudikan mobilnya ke kampus sang adik. Ia tidak tahu apakah adiknya memutuskan untuk pulang sendiri atau tetap menunggunya. Ia harus beribu-ribu kali meminta maaf. Agar adiknya tak merajuk lagi. Atau sepertinya Ia harus memberikan sesuatu untuk adiknya itu sebagai bentuk permintaan maaf? Ah itu akan Ia tanyakan nanti pada Auristella.
Tak sampai lima belas menit Ia tiba di kampus sang adik. Beruntung jalanan lengang jadi Ia bisa sampai lebih cepat.
Ia terkekeh melihat adiknya menatap penuh perhitungan ke arah mobilnya. "Ternyata dia setia menunggu," gumamnya seraya mendekati sang adik lalu menghentikan laju mobilnya.
"Hai, cantik. Maaf ya, kakak mu yang tampan ini terlambat menjemput,"
Dengan gigi beradu, Auristella memiting telinga kakaknya dengan kesal. Setelah terlambat datang, bisa-bisanya Adrian tersenyum lebar seperti sekarang.
Wajar bukan kalau Auristella jadi main tangan dengan kakak nya itu? Beruntung hanya telinga yang jadi sasaran.
"Kamu mempermalukan ku, Auris!" Sungut Adrian kesal.
"Siapa yang peduli?"
Auristella memutar pandangan ke sekitarnya. Tidak ada siapapun kecuali Ryn yang memperhatikan keduanya dari jarak yang tidak begitu jauh, Ryn baru saja dari toilet. Ia menemani Auristella sedari tadi.
"Kalau ada paparazi bagaimana? Kamu lupa kalau aku ini sangat terkenal,"
Auristella mendengus, lalu Ia menoleh pada Ryn. "Aku pulang ya. Terimakasih sudah menemaniku. Hati-hati di jalan,"
"Okay, bye, Auris,"
Ryn melambai, malu untuk mendekat dan memeluk Auristella sebagai tanda perpisahan seperti biasa karena Adrian tengah menatapnya. Ia salah tingkah.
"Kamu tidak ingin say bye juga denganku?" Tanya Adrian dengan senyum lebarnya. Ia menggoda Ryn, karena Ia tahu Ryn mengidolakannya. Auristella segera saja meraup wajah tampan kakaknya agar tidak senyum lebar seperti kuda lagi. Lalu setelahnya, Ia masuk ke dalam mobil.
*****
"Mau kemana lagi, Adrian? Baru juga pulang,"
"Ada perform, Mom. Sebentar saja,"
"Oh okay, hati-hati dan semangat ya, Sayang,"
Adrian selesai mengenakan jam tangannya di undakan tangga terakhir, lalu Ia mendekati Lovi yang menatapnya di lantai bawah. Ia memeluk perempuan yang melahirkannya itu.
"Terimakasih, Mom. Aku pergi dulu ya,"
"ADRIAN, TUNGGU-TUNGGU!"
Adrian berdecak tatkala mendengar suara nyaring adik perempuan satu-satunya. Autistella menuruni tangga dengan langkah cepat hingga mengundang teguran dari sang Ibu.
"Hati-hati, nanti kamu terjatuh,"
"Kalau dia jatuh, aku orang pertama yang akan tertawa, Mom. Dan aku akan memotret nya,"
"Berisik!"
Begitu tiba di dekat kakaknya, Auristella menghela napas lega. Ia membenarkan letak sling bag di bahunya lalu tersenyum manis pada Adrian.
"Aku mau ikut boleh ya?"
"Hah?! Ikut kemana?"
"Ikut kemanapun kamu pergi,"
Kalimat adiknya itu membuat Adrian menepuk keningnya kesal. Entah apa maksud Auristella. Apa Ia melakukan ini sebagai bentuk penjagaan agar Adrian tetap single?
"Kamu terlalu ketakutan aku bertemu dengan wanita cantik ya?"
"Ck! Aku hanya bosan di rumah! Jangan terlalu percaya diri ya!"
"Seharusnya kamu hangout saja dengan teman-teman mu atau---"
"Tidak, aku bosan pergi dengan mereka. Yang dibicarakan selalu kamu,"
Dengan bangga Adrian mengusap dagunya lalu mengacak rambutnya dengan sangat percaya diri.
"Aku artis papan atas yang tampan. Jadi banyak yang mengidolakan termasuk teman-temanmu. Oh ya, siapa nama teman mu yang begitu fanatik denganku? Hmm--- Ryn ya? Okay, sampaikan salamku pada Ryn. Dan sekarang aku harus pergi. Karena ada GR sebelum live,"
"Aku ikut, Ian!"
"Aku ikut!" Tegas gadis itu sekali lagi.
Auristella berjalan lebih dulu. Adrian menatap Mommy nya dengan tampang 'Mom, kenapa aku harus punya adik seperti dia?'
Lovi terkekeh pelan seraya mendorong pelan bahu anaknya agar segera menyusul sebelum Putri kecil Devan itu kesal.
******
"Aku GR dulu ya. Kamu duduk saja di sini,"
Adrian menyuruh adiknya menunggu di tempat khusus yang disediakan pihak acara untuknya.
Adrian sudah memegang microfone nya, bersiap untuk latihan sebelum live dimulai. Auristella nampak senang berada di sana. Ia bisa merasakan langsung suasana backstage yang selama ini selalu berteman dengan kakaknya yang seorang penyanyi itu.
Ia menuruti titah Adrian untuk duduk. Sementara Adrian sudah naik ke stage untuk berlatih agar penampilannya nanti maksimal.
"Hai Ad---lho, Adrian dimana?"
Seorang gadis yang baru saja memasuki ruang untuk Adrian beristirahat mengerinyit saat tidak menemukan sosok yang Ia cari. Ia malah melihat seorang gadis.
"Adrian sedang GR. Ada apa?" Tanya Auristella padanya.
"Oh, aku ingin membuat konten bernyanyi bersama. Aku sudah ada janji dengan Adrian kemarin,"
Auristella hanya mengangguk kemudian Ia kembali fokus pada ponsel. Sementara gadis yang tadi bicara padanya sudah keluar lagi.
"Membuat konten bernyanyi di sela-sela live memang bisa? Bukankah dalam acara ini, Adrian ada di beberapa segmen? Ah entahlah,"
Auristella menggeleng tak ingin pusing. Seperti biasa, Jarinya dengan lihai berselancar di atas layar ponsel, menjelajahi media sosial.
********
"Okay terimakasih, Adrian. Aku senang sekali bisa mengajakmu kolaborasi di channel youtube ku,"
Adrian tersenyum mengangguk. Ia menerima uluran tangan Ganea, penyanyi perempuan yang usianya terpaut dua tahun lebih muda darinya. Mereka sudah mengenal cukup lama. Oleh sebab itu Adrian tidak akan menolak ajakan Ganea untuk berkolaborasi dengannya membuat konten di channel youtube gadis itu.
Mereka bernyanyi dua lagu di backstage itupun harus terganggu beberapa kali karena Adrian ada di empat segmen dalam acara live tersebut yang mengharuskan Ia lebih sering untuk naik ke stage, meninggalkan Ganea dan kamera nya.
Usai Ganea pergi, Adrian mulai bersiap pulang. Ia menarik pelan rambut adiknya yang sibuk dengan ponsel.
"Kamu mau di sini saja?"
"Oh sudah? Aku kira urusan dengan Ganea masih lama,"
"Hanya untuk satu konten, Auris,"
Auristella mengangguk. Ia pun beranjak, menunggu kakaknya melepaskan segala atribut yang menjadi kebutuhan selama live tadi.
"Sudah?"
Adrian mengangguk lalu berjalan lebih dulu. Auristella yang tidak terima lantas menyela langkah kakak keduanya itu hingga Adrian nyaris limbung ke lantai. Huh! Bisa malu setengah mati dia kalau sampai hal itu terjadi.
Adrian menoleh dan menemukan senyum puas adik semata wayangnya. Ia berdesis, "Jangan cari masalah,"
Tanpa peduli, Auristella memutar bola matanya lalu menabrak bahu Adrian kemudian berjalan mendahului kakak keduanya itu.
"Dasar aneh! Aku salah apa sampai dia begitu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments