SALAH MELAMAR
Erlangga bersemangat sekali hari ini dia mendesak kedua orang tuanya untuk segera melamar gadis pujaannya. Dia sudah tidak sabar ingin segera menikahinya mengikatnya dalam ikatan suci agar tak ada orang lain yang bisa memilikinya.
”Ayolah Ma, cepat sedikit dong!” rengek Erlangga meminta Ratna untuk segera bersiap. Agus hanya dapat menggelengkan kepalanya melihat tingkah putra bungsunya itu.
”Sabar sedikit ya, mama sedang memilih baju yang pantas masa iya mau melamar menantu pakai pakaian biasa saja,” ujar Ratna dari balik pintu kamarnya.
Erlangga terlihat bahagia sesekali kedua matanya berbinar senyum selalu mengembang di wajahnya.
”Jangan senyum terus nanti dikira gila,” seru Ratna.
”Biarkan saja Ma, namanya juga anak muda dia kan sedang bahagia kayak mama gak pernah muda saja,” ujar Agus menimpali perkataan istrinya. Mobil pun meluncur dengan sangat cepat menuju rumah Bagas Cahyono.
Erlangga Danu Prasetyo pria yang sudah waktunya untuk menikah. Siapapun pasti takkan menolaknya karena selain tampan dia adalah pria mapan dari kalangan berada, bisnis tambang batubara yang dia kelola berjalan sukses dan membuatnya menjadi salah satu pengusaha nomor dua di negara ini. Namun dia tidak serta-merta melirik para wanita yang ingin dekat dengannya dia hanya tertarik pada seorang wanita yang sejak kuliah selalu saja mengganggu perhatiannya dan hari ini dia ingin datang untuk melamarnya.
Erlangga langsung turun dari mobil menyusul kedua orang tuanya, setelah memarkirkan mobilnya di bahu jalan. Pria itu seakan tidak sabar untuk berjumpa dengan pujaan hatinya. Dia sengaja duduk berdekatan dengan Ratna mamanya sesekali dia melirik ke setiap sudut ruangan berharap seseorang yang dia rindukan bisa keluar dari kamarnya.
”Begini Pak Bagas kami ke sini mau melamar putri bapak, apakah bapak berkenan menikahkan putrinya dengan putra saya Erlangga?” ucap Agus perlahan.
”Putri saya memang belum menikah, saya harus bertanya dulu padanya apakah dia mau menikah muda karena dia bilang mau melanjutkan pendidikannya,” jelas Bagas membuat Erlangga sumringah mendengarnya karena gadis pujaannya mau mengejar mimpinya.
”Soal itu bapak tidak perlu khawatir, setelah menikah nanti saya yang akan menanggung biayanya,” ucap Erlangga mantab dia begitu yakin dengan masa depannya bersama kekasihnya.
Orang tua mana yang tidak bahagia mendengar putrinya dipinang baik-baik oleh pria yang tampan lagi mapan, binar kebahagiaan terpancar dari wajahnya karena tugasnya akan diambil alih oleh suami dari putrinya.
Desi segera memanggil putrinya karena sejak tadi dia berada di kamarnya. ”Aira, Nak Erlangga sudah datang,” seru Desi meneriaki gadis bungsunya.
Erlangga sendiri terkejut mendengar nama lain yang disebut oleh Desi, bukankah dia ke sini untuk melamar gadis pujaannya bernama Amara atau mungkin selama ini dia tidak tahu nama panjangnya gadis itu. Erlangga masih terdiam mencerna yang sebenarnya sedang terjadi padanya hingga sosok lain muncul di depannya.
”Apakah aku salah alamat?” gumam Erlangga dalam hati seraya memperhatikan sosok yang ada di depannya.
Aira menggigit bibir bawahnya kepalanya menunduk dia malu, ya dia merasa malu karena harus berhadapan langsung dengan Erlangga pria yang pernah dia idolakan di kampusnya. Erlangga adalah ’man most wanted’ di kampusnya siapa yang akan menolaknya dan Aira diam-diam menjadi salah satu fansnya.
”Ini Aira Salsabila putri saya nomor dua Bu Ratna,” ucap Desi mengenalkan putri bungsunya pada calon besannya.
”MasyaAllah cantik sekali ya ternyata,” puji Ratna tapi tidak dengan Erlangga, dia diam tak bergeming.
”Erlangga,” panggil Ratna seraya menyenggol lengan putranya sendiri. ”Kamu melamun Nak, ini Aira sudah duduk di depanmu ayo sapa dia!” sambung Ratna menginterupsi putranya.
”Maaf jika tidak salah bukankah Pak Bagas memiliki putri yang bernama Amara, kemana dia sekarang?” tanya Erlangga memberanikan diri untuk bertanya pada Bagas.
”Oh Nak Erlangga menanyakan dia? Dia sudah menikah dengan pilihannya pengusaha dari Australia tapi menetap di Jakarta,” jelas Bagas.
Erlangga terkejut mendengar penjelasan dari Pak Bagas namun dengan cepat dia mencoba menyembunyikan perasaan kecewanya.
”Nak Erlangga kenal dengannya?” tanya Pak Bagas.
”Tentu Pak kami dulu satu kampus,” balas Erlangga.
Semua yang ada di dalam ruangan tersebut pun mengangguk faham.
”Bagaimana Nak?” tanya Ratna kembali membuyarkan lamunan Erlangga.
Aira masih menunduk dengan gaun berwarna mauve dan hijabnya yang besar, cantik? Tentu saja iya, jika dilihat dari segi fisik Aira tidak kalah dengan Amara yang selalu tampil berani di tempat umum.
”Apa masih mau melanjutkan niatnya?” tanya Ratna menoleh pada Aira, gadis itu hanya menunduk terdiam kedua tangannya bertumpu saling bertautan menandakan sedang gelisah.
Erlangga hanya diam apakah dia harus menolak dan mempermalukan kedua orang tuanya karena semua ini adalah permintaannya sendiri, dialah yang meminta kedua orang tuanya datang ke rumah Pak Bagas untuk melamar salah satu putrinya. Sayangnya Erlangga memang salah di awal tidak menyebutkan siapa namanya karena keluarga Pak Bagas memiliki dua putri yang sama-sama cantiknya.
”Saya rasa putraku Erlangga mau Bu Desi tapi dia malu mengiyakannya benar kan?” seru Ratna.
”I-iya Ma, terserah mama saja Erlangga nurut saja kok.”
”Bagaimana dengan Nak Aira sendiri, apakah mau menerima pinangan ini?”
Tatapan menghunus terlihat jelas di wajah Erlangga dia sangat berharap Aira menolak lamarannya itu sehingga dia bisa terbebas dari ikatan tanpa cinta jika nantinya dia mau menerimanya. Namun sayangnya Aira justru mengiyakan lamarannya.
”Kalau Aira terserah sama mama dan papa, Aira yakin apapun pilihan orang tua itu pasti yang terbaik untuk anaknya.”
Duaarrr!
Jantung Erlangga seakan berhenti berdetak mendengar pernyataan Aira. ”Astaga kenapa tidak kau tolak saja lamaranku Aira,” gumam Erlangga menahan kesal.
”Baiklah jika begitu kapan pernikahannya akan dilaksanakan?” tanya Pak Bagas yang sejak tadi diam mendengarkan para wanita berdiskusi.
Akhirnya mereka pun pulang setelah selesai mendiskusikan perihal akad nikah, keluarga Agus Prasetyo akan kembali datang untuk acara akad nikah Jum'at depan.
***
Aira bahagia karena akhirnya dia bisa menikah dengan pria idamannya Erlangga, jika saja kakaknya berada di rumah pasti dia akan berbagi kebahagiaanya bersama.
Tok ... tok ... tok ...
Aira membuka pintu kamarnya Desi sudah berdiri di pintu kamarnya membawa sesuatu di tangannya. ”Apa ini Ma?”
”Buka saja!”
Aira membuka kotak yang diberikan oleh Desi, ”MasyaAllah cantik sekali Ma, ini buat Aira?”
Desi mengangguk, ”Ini adalah perhiasan mama buatmu, jaga baik-baik ya. Mama juga ada kasih sama kakakmu tempo hari, berbahagialah jika ada sesuatu yang tidak kamu mengerti jangan sungkan untuk berbagi dengan mama.”
Aira memeluk Desi erat seakan tidak ingin berpisah dengannya. ”Jadilah istri solehah," bisik Desi.
Pesta pernikahan pun berlangsung di kediaman Pak Bagas, binar wajah bahagia terpancar di antara dua keluarga tersebut. Hanya Erlangga yang terdiam sesekali netranya melirik ke arah Aira yang kini sudah resmi menjadi istrinya.
”Apa kakakmu tidak pulang di acara bahagia adiknya sendiri?” tanya Erlangga.
”Dia sangat sibuk Kak, bisnisnya di Jakarta sedang banyak orderan,” jawab Aira.
Sesosok wanita cantik dengan pakaian sexy masuk ke rumah Bagas, senyumnya mengembang sesekali dia melempar senyum pada saudara dan tetangga.
”Amara,” gumam Erlangga terkejut melihat sosok itu ada di depannya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments