Erlangga membeku melihat sosok yang ada di depannya, wanita itu berjalan masuk untuk menemui kedua orang tuanya mereka bertiga tampak sangat hangat tak selang berapa lama seorang pria datang menghampiri ketiganya.
Erlangga hanya melihat dari kejauhan karena masih ada beberapa tamu yang datang silih berganti mengajaknya bersalaman ataupun sekedar untuk berfoto bersama.
Setelah situasi agak sepi barulah Amara menghampiri mempelai pengantin. ”Selamat ya Dek, kakak ikut bahagia dengan pernikahanmu akhirnya mimpimu terwujud.” Mereka berdua berpelukan seakan telah lama tidak bertemu.
”Ehem.”
Amara beralih pada Erlangga melihat pria yang sekarang telah resmi menjadi suami adiknya.
”Selamat Lang, tolong jaga adikku dengan baik,” ucap Amara.
”Kamu kenapa baru kelihatan sekarang?” tanya Erlangga.
”Aku sibuk banyak orderan yang masuk ke butik dan lagi suamiku juga baru pulang dari Sydney jadi sudah kita usahain pulang sekarang pas moment adikku nikah meskipun telat,” jelas Amara.
”Jadi dia ... ”
”Iya dia suamiku, kenalkan namanya Gheo.” Seorang pria dengan wajah bule mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Erlangga tidak menyangka jika Amara akan dengan mudah melupakan dirinya.
Setelah semua selesai, Erlangga membawa Aira pulang ke rumahnya di Jakarta. Sepanjang perjalanan keduanya sama-sama bungkam terlebih Aira yang bingung dengan sikap suaminya yang berubah setelah membawanya keluar dari rumah orang tuanya di Bandung. Erlangga terkesan dingin padanya, itulah yang dia rasakan sekarang.
”Kak, mm ... bolehkah aku tanya sesuatu?” suara Aira memecah keheningan.
”Apa?”
”Kenapa Kak Erlangga diam saja sejak tadi apa Aira bikin kesalahan?”
”Kamu akan tahu seiiring dengan berjalannya waktu, cukup nikmati saja semua ini.”
Mendengar jawaban seperti itu tentu saja Aira terkejut karena tidak tahu maksud dari kalimat Erlangga. ”Apa Aira bikin kesalahan sama kakak?”
”Ya.”
Aira tersentak mendengar jawaban dari suaminya, ”Apa itu boleh Aira tahu?”
”Kau akan tahu nanti jadi cukup waktu yang menjawabnya, mengerti!”
Mobil yang ditumpangi mereka sampai di rumah modern gaya eropa, Aira terkejut karena baru kali ini dia melangkahkan kakinya di rumah yang megah seperti milik suaminya itu. Erlangga turun dan membiarkan Aira membawa kopernya sendiri hal ini cukup membuat Aira kembali terkejut, secepat itukah suaminya berubah bukankah dia sendiri yang menginginkan pernikahan ini.
Aira menggelengkan kepalanya sendiri menepis segala pemikiran buruk yang ada di benaknya sekarang.
”Ini kamarmu.” Lagi-lagi Aira kaget mendengar perkataan Erlangga.
”Loh Kak, kita tidak satu ... ”
”Jangan ngarep karena semua itu takkan terjadi, udah jangan banyak nanya.”
’Kau harus bersabar Aira,’ gumam Aira dalam hati melihat sikap Erlangga seperti itu padanya.
Aira bertekad untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, dia harus bersabar.
”Kak sarapan dulu yuk!” ajak Aira pagi ini meskipun suaminya dingin dia tetap berusaha keras untuk meluluhkan hatinya.
Erlangga tidak menyahut perkataan Aira tapi dia tetap duduk dan memakan makanan yang telah disiapkan olehnya, melihat hal itu tentu saja Aira tersenyum samar karena apa yang sudah dia kerjakan tidak sia-sia. Erlangga terus melahap nasi goreng yang ada di meja makan hingga habis tak tersisa dan tanpa berkata apapun segera pergi ke kantornya.
Melihat hal tersebut membuat Aira kembali bersedih, bahkan asisten rumah tangga yang ada di rumah tersebut pun diminta untuk kembali ke rumah orang tuanya Pak Agus dengan alasan Erlangga tidak membutuhkannya. Apakah dia mau membuat istrinya sendiri seperti pembantu?
Setelah semua selesai dibereskan Aira kembali terdiam memikirkan sikap Erlangga padanya apakah ada yang salah dengannya, kenapa pria itu bersikap dingin padanya, banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalanya terlebih tentang kamarnya yang terpisah hal itu membuat sakit migrain-nya kembali kambuh.
Aira memijit kepalannya sendiri di kamarnya dia bersandar di bahu ranjang melepas khimar seraya memejamkan kedua matanya menikmati pijatannya sendiri.
”Kenapa, Kak Erlangga bersikap dingin begitu padaku,” gumam Aira pikirannya terus menerus mencari jawaban atas segala pertanyaan yang menumpuk dalam hati haruskah Aira menyesali keputusannya kemarin karena telah menerima pinangannya Erlangga.
Di sisi lain Erlangga pun uring-uringan sendiri, kemarin di rumah mertuanya dia sempat berbicara pada Amara. Erlangga tidak terima jika Amara lebih dulu menikah, itu berarti Amara telah meninggalkannya lebih dulu. Dia tidak mengira jika wanita idamannya justru memilih pria lain untuk dia nikahi.
Ryan sang asisten hanya membisu melihat gelagat bosnya tersebut, dia tak ingin ikut campur hingga Erlangga sendiri yang bercerita padanya.
”Kepalaku pusing Ryan, di rumah aku gak betah apalagi ada Aira di sana,” keluhnya membuat Ryan mengerutkan keningnya.
”Bukankah kalian baru menikah harusnya kalian senang kan karena masih hangat-hangatnya menikmati honeymoon gimana rasanya bikin ketagihan?” goda Ryan.
Erlangga diam tak menimpali dirinya justru memikirkan perkataan Amara di saat pernikahannya kemarin. Pasti ada sesuatu yang tidak dia ketahui dan dia harus mencari tahu jawabannya.
***
Aira selesai membereskan peralatan masaknya, sore ini dia sudah menyiapkan makan malam buat Erlangga. Aira berharap jika dia melayani suaminya dengan baik dia bisa mendapatkan hati suaminya karena sejak kemarin dia masih bertanya-tanya tentang sikap Erlangga yang berubah drastis setelah dia melangkahkan kakinya keluar dari rumah orang tuanya.
Pintu tiba-tiba terbuka sosok Erlangga datang dengan wajah kusam dia segera naik menuju ke kamarnya tanpa memperdulikan Aira yang sejak tadi menunggu dirinya di meja makan.
Aira tak pernah menyerah dia pun terus mengejar Erlangga hingga ke kamar, sosok yang dicarinya sudah tidak terlihat lagi. Erlangga tengah membersihkan dirinya di kamar mandi, biarlah Aira sabar menunggunya hingga keluar dari sana.
Cukup lama Aira menunggu hingga sosok dingin itu keluar dengan raut wajah yang sulit dibaca.
”Dimana baju gantinya?”
Aira menoleh ke arah Erlangga, dan terkejut suaminya sudah berada di belakangnya tanpa sehelai benang sekalipun. Aira membalikkan badannya tak ingin melihat lebih jauh.
”Astaghfirullah mataku ternoda,” pekik Aira mengelus dadanya. ”Bentar Kak, Aira ambilkan dulu di lemari.”
”Sekalian ambilkan aku makanan!”
Aira berusaha melayani dengan baik dan menunggu respon dari Erlangga namun pria itu tak menunjukkan tanda-tanda akan memprotes apa yang dia masak. Hingga beberapa menit kemudian dia bersuara.
”Aish, apa ini kenapa rasanya seperti ini?” Aira panik mendengar perkataan Erlangga yang tengah mengeluarkan makanannya.
”Kamu taruh apa di masakanmu ini? Apa kamu mau meracuniku?"
Seketika Aira gemetar ketakutan, dia tidak tahu jika ada bumbu dapur yang belum dia buang lebih dulu sebelum disajikan ke meja makan.
”I-itu lengkuas Kak, maaf aku lupa membuangnya tadi.” Aira gugup dia benar-benar lupa akan barang tersebut tercampur dengan ayam yang dia masak.
”Lain kali kalau masak diperhatikan, bikin mau muntah saja.” Erlangga menarik kursinya dan segera bangkit dari duduknya.
”Ma-maaf Mas, aku benar-benar gak sengaja tadi,” ucap Aira.
”Kamu pikir aku senang menikah denganmu? kamu salah Aira, aku sama sekali tidak men-cin-tai-mu!”
Aira tersentak mendengar pengakuan Erlangga saat ini, lalu untuk apa dia menikahinya?
Visualnya Erlangga 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
NURZZY
ih kok gitu bgt sih, kan kasian si Aira. knp dari awal gk bilang klu gk mau nikah/ salah org gitu kok susah.
2023-05-24
3