Tentang Fany
Suara petir menggelegar terdengar mengerikan di tengah guyuran hujan tengah malam. Bangunan kost dua lantai yang penghuninya adalah gadis-gadis muda tampak begitu gelap, pertanda semua orang sudah terlelap di kamar masing-masing. Hampir semua. Ada satu jendela kamar yang masih tampak terang, sepertinya gadis pemilik kamar tersebut tidak bisa tertidur.
Seorang gadis dengan piyama berwarna abu-abu sedang bergelung dibalik selimut sambil menutup telinga dengan tubuh bergetar.
"Ibu..."
Selalu seperti itu. Di saat rasa takut menyergapnya, gadis manis itu selalu memanggil ibunya berharap ibunya itu akan datang dan memeluknya. Bertahun-tahun hidup sendiri tidak membuatnya terbiasa dengan perasaan kesepian saat gelapnya malam mulai mencekam.
Saat hujan mulai reda dan suara petir sudah tidak lagi terdengar, ia buru-buru meraih ponselnya dan mencoba menelepon teman dekatnya. Meskipun beberapa waktu lalu ia tampak menyedihkan, tapi ia bukanlah gadis malang yang tidak punya teman. Ia hanya menunggu petir menghilang karena dari kecil ibunya melarang untuk bermain ponsel saat hujan deras, takut tersambar petir katanya.
"Halo Fany," terdengar suara temannya. Beruntung di percobaan pertama, temannya itu sudah menjawab teleponnya.
"Berly! Untung aja lo belum tidur," ucap Fany dengan sangat lega, ia sudah tidak merasa kesepian lagi.
"Lo gak bisa tidur gara-gara suara petir lagi?" tepat sekali.
"Temenin gue ya," Fany merengek membuat Berly tidak bisa menolak keinginannya, "jangan matiin teleponnya sampai gue tidur nanti."
Berly pun menyetujui permintaan Fany. Toh, mereka juga sering melakukannya ketika salah satu di antara mereka tidak bisa tidur ataupun merasa bosan. Mereka adalah sahabat dekat sejak awal SMP, dan sekarang mereka sudah SMA kelas 12. Bersahabat selama 6 tahun membuat mereka paham betul tentang kehidupan masing-masing.
...----------------...
Kriiing... Kriiing...
Bel istirahat terdengar, semua murid berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin. Semua berdesak-desakan untuk memesan makanan, termasuk Berly dan teman-temannya. Biasanya Fany akan menghampirinya untuk makan bersama, namun sepertinya kelas Fany terlambat istirahat. Ngomong-ngomong mereka berada di kelas yang berbeda.
"Minggir kalian semua!"
Rangga Juliandro
Suara seorang siswa laki-laki membuat seisi kantin hening. Semua orang di kantin menyingkir untuk memberi jalan kepada siswa itu beserta tiga teman di belakangnya. Tidak ada yang tidak mengenal siswa bernama Rangga Juliandro. Pembuat onar yang sering masuk BK karena berbagai ulah nakalnya, mulai dari mencuri uang saku siswa hingga menggoda guru.
"Pesen bakso 4" ucap Rangga sambil melempar uang ke meja di hadapan ibu kantin.
"ih, gak sopan," Berly langsung menutup mulut setelah menyadari ia bicara dengan cukup keras, "aduh, dasar mulut latah"
Berly
Rangga berjalan pelan menuju Berly, "ngomong apa lo barusan?" ia berhenti tepat di depan Berly, sedangkan Berly hanya bisa menggigit bibirnya takut.
"Gue tanya lo ngomong apa?!" Rangga berteriak sambil mendorong dahi Berly menggunakan jari telunjuknya.
"HEH BANGSAT!!!"
Semua orang menoleh ke sumber suara, terlihat Fany yang tampak menahan amarah. Ia sudah ada di kantin sejak Rangga datang. Niatnya ingin menghampiri Berly, namun ia malah melihat adegan yang membuatnya marah. Asal kalian tahu, Fany adalah tipe orang yang mudah marah, apalagi jika itu menyangkut orang yang ia sayang. Ia bahkan ikut club tinju di luar sekolah untuk menyalurkan emosinya.
Fany Zahira Afdanela
"maksud lo apaan main tangan sama cewek?! Banci lo?!"
Rangga yang tidak terima dengan ucapan Fany langsung mendorong bahunya. "Berani banget lo ngomong sama gue, huh!"
"Emang kenapa? Emang lo siapa sampe gue harus takut sama lo?! Terkenal gara-gara nakal aja bangga," sungut Fany.
"Anjir berani banget nih cewek," ucap salah satu teman Rangga.
"Cewek caper nih pasti," balas temannya yang lain.
Fany tersenyum sinis, "Caper? Sama orang kayak kalian? Sorry, gue terlalu mahal buat kalian yang murahan."
"Dasar cewek belagu!" Rangga kembali mendorong bahu Fany dengan keras hingga ia terjatuh.
"Gila lo ya!" Fany langsung bangkit dan menonjok pipi Rangga.
Semua orang berteriak karena kejadian itu. Rangga yang terkejut karena mendapat bogeman dari Fany langsung menarik rambut Fany dan menampar pipinya hingga sudut mulutnya berdarah karena sedikit robek. Fany pun langsung memukul perut Rangga agar cengkeraman di rambutnya terlepas. Mereka saling memukul, bahkan teman-teman Rangga yang ingin memisahkan mereka kena pukul oleh Fany. Tidak ada yang berani melerai mereka.
...----------------...
Jam 12 siang
Fany dan Rangga duduk di hadapan guru BK bernama Bu Erna. Guru perempuan berusia hampir 50 tahun itu cukup miris melihat wajah dua muridnya babak belur. Fany mendapat luka di sudut bibir dan lebam di pelipis kirinya. Sedangkan Rangga mendapat lebam yang cukup banyak di wajah kirinya, ditambah tisu yang menyumpal hidungnya karena mimisan.
"Saya sudah bosan melihat kamu Rangga bolak balik disini," ucap Bu Erna mengawali pembicaraan.
"Kalau begitu jangan panggil saya terus dong bu."
"Rangga!!" baru mulai, tapi Rangga sudah membuat emosi dengan mulut kurang ajarnya.
"Lalu kamu Fany? Setahu saya kamu siswi yang cerdas dan baik. Kenapa berakhir seperti ini?"
"Dia duluan yang cari gara-gara bu, saya kan kesel liat dia dorong temen saya," Fany membela dirinya sambil melirik sinis Rangga.
"Tapi dia hajar saya parah banget bu, liat lukanya aja gak seberapa," sela Rangga.
"Ya itu Lo nya aja yang lemah!"
"Udah udah cukup!" Bu Erna semakin pusing mendengar perdebatan mereka, "sekarang juga kalian bersihin aula olahraga."
"yah, kok gitu bu hukumannya, parah banget."
"badan saya masih sakit bu."
"Cepat pergi sekarang, atau saya tambah hukumannya."
Fany dan Rangga langsung bergegas menuju aula olahraga.
Sesampainya di sana, mereka mulai membersihkan ruangan tanpa mengucap sepatah kata pun. Fany menyapu lantai aula, sedangkan Rangga merapikan bola-bola yang berserakan.
"Lo ternyata cewek sinting ya," celetuk Rangga sambil memasukkan bola ke dalam keranjang.
Fany diam saja seolah tidak ada yang bicara. Rangga melirik sekali lagi, "pantes gak punya pacar, gak ada yang mau sama lo, sifatnya aja kayak gini."
"Tau apa lo soal gue?" balas Fany dengan nada datar.
"Banyak," Rangga tampak berpikir, "cewek berprestasi yang fotonya ditempel di depan sekolah gara-gara menang olimpiade nasional, cewek berisik dari kelas sebelah, cewek yang sering nolak cowok dengan alasan 'mau fokus belajar'."
Fani berdecih, "cih, ngefans lo sama gue?"
"Itu belum seberapa, masih ada yang gue tau soal lo," Rangga berkata dengan nada meremehkan membuat Fany menghentikan aktivitasnya, "lo yatim piatu, kan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
悠希
keren kak! aku mau cicil baca nih, mangat ya!
2023-06-17
1
Hihang Hoheng
Waduh gw suka bgt sm crita2 strong woman gini, semangatt terus kak nulisnya🤗
2023-06-12
1
Ny Abii
Semangat kak, ceritanya bagus dan menarik untuk di baca. Jangan lupa mampir juga sekalian minta sarannya..
2023-06-06
0