Terpikat Wanita Malam
“Ayo kita bercinta sampai pagi, Cantik.”
“Hm, memangnya Om gak takut dicariin istri Om?” jawab seorang wanita yang kini berada di atas tubuh seorang pria yang diketahui sudah beristri itu.
“Huhh.”
Benar saja, tak lama kemudian, ponsel pria itu berdering. Begitu sang pria meraihnya, tampak di layar, nama sang nyonya—istri pria tersebut.
“Tuh, beneran dicariin, kan.”
“Husstt!” Sang pria mengisyaratkan sang wanita agar diam dulu sembari ia mengangkat telepon dari sang istri.
Halo, ... ya, Sayang. Sebentar lagi mas pulang. Tunggu, ya.
Setelah pria itu menutup teleponnya, sang wanita di sampingnya kembali menggodanya. “Katanya mau sampai pagi, Om? Hihi.”
Pria itu kembali mendekap sang wanita. Mengusap punggung terbuka wanita tersebut sembari mengecup leher mulus jenjangnya penuh nafsu. “Hmm.”
“Aahh, Om.”
“Hahh, sayang sekali. Nyonya Besar minta om pulang. Daripada om kena amuk. Om harus pergi sekarang, Cantik. Lain kali kita bisa lebih lama, yah.” Pria tadi melepaskan wanitanya, lantas terburu kembali mengenakan pakaiannya dengan rapi.
Sebelum pria tadi pergi, ia mengecup mesra kening si wanita kemudian menyerahkan sebuah amplop cokelat cukup tebal berisi uang. “Makasih buat malam ini, Sayang. Itu bonus buat kamu karena tadi kamu begitu hebat puaskan om. Bayaran sesuai perjanjian udah om transfer ke Mami Mona. Daa, Cantik!”
“Thank you, Om.”
Begitulah keseharian wanita itu tiap malam, sesuai sebutannya sebagai wanita malam. Melayani dan memuaskan klien di atas ranjang sudah menjadi profesinya selama hampir setahun belakangan. Wanita itu, Angela Violetta Rajendra—wanita berusia 25 tahun yang kerap dipanggil Angel oleh para kliennya, sang ‘Mami’, maupun orang-orang sekitarnya.
Menjadi wanita malam adalah pilihan yang Angel ambil untuk menghadapi kerasnya tuntutan dunia. Awalnya pun sebenarnya ia tak sengaja terjerumus menjadi ‘anak’ Mami Mona. Namun, lama kelamaan, wanita itu juga menikmati profesinya. Ia butuh banyak uang. Selain untuk kebutuhan dan gaya hidupnya, ia yang kini sebatang kara ditinggali utang orang tuanya yang telah tiada. Angel yang mesti melunasi semuanya, terlebih jumlahnya tak sedikit. Karena utang tersebut bukan semacam sekadar utang orang meminjam uang untuk membeli sembako, melunasi kredit panci, atau hal sehari-hari. Utang tersebut menyangkut proyek kerja sama perusahaan yang nilainya miliaran. Ya, semasa orang tuanya masih ada dahulu, Angel bukanlah orang kalangan biasa. Keluarganya punya perusahaan besar yang bergerak di bidang properti. Yah, itu dahulu. Sekarang, keadaan wanita itu sudah amat sangat berbeda.
Berbagai klien sudah pernah dihadapi Angel. Entah om-om beristri atau duda yang doyan ‘jajan’ di luar, hingga pria-pria muda yang sekadar ingin mencari kesenangan atau bosan dengan kekasih mereka. Bahkan, ada pula pria yang coba-coba untuk kali pertama. Bagi Angel, kepuasan klien atau pelanggannya adalah nomor satu, yang terpenting bayarannya sesuai. Begitu hebatnya permainan Angel serta didukung oleh kecantikan paras, keseksian, dan molek tubuhnya, di mata para kliennya, Angel selalu menjadi primadona. Bahkan, Angel adalah anak Mami Mona yang terkenal paling banyak orderannya.
Mami Mona sendiri sudah malang melintang di dunia bisnisnya hampir kurang lebih tiga tahun. Anak-anaknya pun kian bertambah. Wanita berusia 39 tahun yang selalu berpenampilan glamor itu selalu lihai menjaga bisnisnya. Sejak tiga tahun terakhir, bisnis tersebut sudah menguntungkannya. Tak hanya anaknya, kenalan kliennya pun makin bertambah. Banyak klien dari kalangan orang-orang penting yang terbiasa bersepakat dengan harga tinggi bahkan hanya untuk satu malam.
Malam ini, seperti biasa, Angel harus pergi ke tempat maminya. Hari ini, Angel agak terlambat sampai ke sana sebab tadi ada sedikit problem di tempat kerja siangnya. Ya, selain bekerja sebagai wanita malam, dari siang hingga sore hari Angel punya pekerjaan lain. Pekerjaan kecil yang bisa dinilai lebih baik daripada menjadi wanita penghibur, tetapi bayarannya tentu amat jauh di bawahnya. Entah apa alasan Angel tetap menjalani pekerjaan itu, walaupun ia setiap harinya sudah bisa memegang banyak lembar uang dari para kliennya.
Begitu Angel sampai, Mami Mona langsung menyambutnya. Tadinya Mami Mona sempat khawatir kalau Angel tak bisa datang malam ini.
“Hey, my sweet baby girl. Kok, baru dateng?” seru Mona sembari membuka tangannya untuk memeluk anak kesayangannya.
Setelah cipika-cipiki dengan sang mami, Angel mengatakan kepadanya mengapa ia sampai terlambat.
“Sorry, Mam. Aku telat, yah? Tadi ada problem kecil di tempat kerja. Jadi, balik ke rumahnya rada telat. Habis itu siap-siap dulu baru ke sini, jadi lama, deh.”
“Problem? Apa semuanya udah clear sekarang? Atau perlu bantuan mami, Sayang?”
“It’s OK, Mam. Udah clear, kok.”
“Hmm, kamu kelihatan agak stres. Nih, mulai ada sedikit kerutan di wajah kamu. Lain hari, kamu ambil waktu dulu buat me time, santai, refreshing, perawatan diri, biar kamu kelihatan lebih fresh, ya. Nanti mami aturin jadwal buat kamu.”
“OK, Mam.”
Ya, Mona selalu memperhatikan dengan detail tiap problema yang tengah dihadapi anak-anaknya. Terlebih bila masalah itu sampai berpengaruh ke penampilan mereka. Mona ingin selalu memastikan anak-anaknya berperforma sempurna. Tentu saja, demi kesenangan klien.
“Oke, Sayang. Malem ini kamu dapet klien baru. Dia pengusaha sukses, bisa dibilang masih muda, dan ... he is so handsome. Mami udah lama kenal dia. Sebelumnya dia udah pernah booking beberapa anak mami yang lain. Tapi, kali ini, dia mau sama kamu. Karena, katanya dia penasaran sama anak mami yang paling istimewa ini. Makanya, mami aturin jadwal kamu nemenin dia malem ini. Namanya, Tuan Yasya. Yasya Benedict. Dia pasti udah nungguin kamu sekarang. Kamu harus bisa buat dia puas, seperti klien-klien kamu yang lain. For your info, dia sepakatin harga yang tinggi sama mami, bahkan lebih dari klien kamu biasanya.”
“Really, Mam?”
“Yes, baby. Makanya, kamu gak boleh buat dia terlalu lama nunggu lagi. Oke, berangkat sekarang, ya. Biar Alden anak buah mami yang anter kamu ke mansion Tuan Yasya.”
Mona memanggil anak buahnya agar segera menyiapkan mobil untuk mengantarkan Angel ke tempat pertemuannya dengan sang klien baru.
“Oke, bye, Mam.”
“Daa, Sayang. Good job and have fun!”
Setelah sekitar tiga puluh lima menit menempuh perjalanan, Angel pun sampai di depan sebuah mansion yang dimaksud sang mami.
Angel menatap mansion tersebut sembari berdecak kagum. Begitu besar dan mewah. Benar seperti kata sang mami, Tuan Yasya kliennya kali ini tentu bukan orang sembarangan. Ia bahkan berani memberikan harga tinggi hanya untuk semalam. Angel bertekad akan melakukan pekerjaannya sebaik mungkin malam ini.
Baru sampai di depan pintu utama, beberapa pengawal langsung mempersilakan Angel masuk. Tak kalah menakjubkan tampak di dalam. Luasnya mansion itu bisa terlihat jelas. Sembari sibuk mengagumi dekorasi dan furniture di sekelilingnya, beberapa pelayan wanita mengarahkan Angel menuju ke kamar utama. Kamar Yasya.
“Silakan, Nona. Tuan Yasya sudah menunggu di dalam.”
Angel mengangguk dan tersenyum. Sebelum masuk kamar, ia kembali memastikan penampilannya tiada kurang. Dengan dress merah menyala yang memperlihatkan leher jenjang, bahu, hingga sedikit bagian atas dada yang mulus, plus rambut yang digulung rapi, membuat Angel terlihat makin seksi. Riasan di wajahnya pun sudah sangat sempurna. Auranya benar-benar bersinar malam ini.
Angel lantas membuka pintu. Suasana kamar beraroma maskulin yang begitu mewah kembali menarik pandangan Angel. Namun, ia hanya harus fokus ke pemandangan seorang pria yang ditaksir masih berusia cukup muda—mungkin hanya dua sampai tiga tahun di atas Angel. Kali ini, bukan pria tua atau om-om beristri yang menjadi kliennya. Pria tersebut masih berdiri membelakanginya, ia menghadap ke jendela kaca di dalam kamarnya yang terlihat amat luas, memandangi pemandangan di luar, atau seperti tengah memikirkan sesuatu.
Dengan berani, Angel mendekati pria itu. Begitu langkahnya tepat sampai di belakang sang pria, pria itu sebenarnya sudah bisa merasakan wangi parfum Angel yang begitu feminim bercampur dengan aroma maskulin kamar itu. Namun, pria itu tak kunjung berbalik. Langsung saja Angel memeluk sang pria dari belakang.
“Tuan Yasya,” ucap Angel lembut dengan suara seksinya.
Tangan Yasya meraih tangan Angel yang tepat menyentuh dadanya, dielusnya dengan lembut.
“Kamu ... Angel?”
“Ya.”
“Aku menanti sejak tadi. Kenapa begitu lama?”
“Maaf, Tuan. Aku agak terlambat.”
Yasya pun berbalik. Pandangan mereka berdua akhirnya bertemu. Baru pertama kali melihat Angel secara langsung, membuat Yasya seakan seperti terbius dengan pesonanya. Ia mengamati wanita di hadapannya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Pandangannya pun akhirnya tak bisa lepas dari paras Angel.
“Angel, ternyata kamu lebih cantik dari yang di foto.”
“Thank you, Tuan.”
“Hmm, no. Jangan ‘Tuan’. Aku gak setua itu. Usia kita gak beda jauh. Cukup panggil nama—‘Yasya’. Kita gak perlu seformal itu, kan?”
“Uhm, baik Tu... em, Yasya.”
“Baiklah, Angel. Bisa kita mulai sekarang?”
Setelah Angel memberi anggukan, Yasya langsung mencium bibir Angel dengan penuh hasrat. Sepertinya, pria itu memang tak ingin berlama-lama menunggu lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments