Angel dan Yasya menikmati makan malam mereka. Begitu hangat dan romantis. Sesekali mereka beradu pandang dan tersenyum pada satu sama lain. Layaknya kencan romantis pasangan kekasih sungguhan. Padahal mereka sejatinya tak ada hubungan apa pun.
Seusai makanan mereka tandas, Yasya semakin menjadi memperlakukan Angel dengan manisnya. Pria tampan itu mengajak Angel berdansa dengannya, diiringi alunan nada romantis.
Angel yang ingin menyenangkan Yasya, enggan menolak. Baginya, setiap permintaan klien adalah kewajiban untuknya. Ia memang tak boleh lupa, Yasya sudah membayar untuk ini semua. Bahkan, dengan harga fantastis, plus menjanjikan bonus besar untuk Angel.
“Yas, i’m not good for this.”
“Come on. No problem. Aku juga gak jago. Ikutin langkah aku dan nikmati alunan musiknya.”
Mereka mulai berdansa dengan mesranya. Dunia serasa milik mereka berdua, atau mungkin kenyataannya memang milik mereka berdua, sebab mereka hanya sedang berdua saja di sana. Yasya merangkul pinggang Angel dengan satu tangannya. Sementara tangannya yang lain dengan lihai menelusuri tiap jengkal wajah manis Angel yang terlihat begitu bersinar malam ini di bawah sinar rembulan. Sedangkan Angel, ia menaruh kedua tangannya di bahu Yasya. Mereka bergerak ke kanan dan ke kiri sembari tetap berbincang.
“Hm, oke, not bad kan?” ujar Yasya.
“Em, sebelumnya aku minta maaf dulu deh. Takutnya nanti aku injek kaki kamu, Yas.”
“Haha... gak masalah, Cantik. Injek aja sesuka kamu.”
Mereka saling lempar tawa.
“Hm, by the way, aku jadi ngerasa kayak lagi kencan beneran. Padahal bukan. Haha.”
“Ya, memang bukan. Ini lebih dari sekadar kencan kan. Right?”
“Up to you, Yas. Kamu itu memang beda. Jarang bisa ditebak. Gak ada klien lain yang kayak kamu mungkin.”
“So, aku bisa dibilang klien spesial kan? Aku sangat berminat jadi pelanggan VVIP kamu, Angel.”
“Oh, God. Tapi, bagi aku, semua klien aku itu VVIP, Yas. Karena mami bilang, mereka kebanyakan bukan orang biasa, apalagi mereka berani bayar mahal, termasuk kamu.” Angel menjawab dengan nada menggoda sembari salah satu tangannya perlahan mengusap lembut rahang kokoh Yasya.
“Kalo begitu, tambah V-nya lagi khusus buat aku, lebih banyak dari yang lain. Bisa kan, Sayang?”
“Hahaha, astaga. Kamu ini...”
Dengan santai, Yasya mulai memiringkan wajahnya. Mau apa lagi selain hendak meraih bibir Angel dengan bibirnya?
“Emmh, Yas?”
“Hmm? Come on, i just—“
Baru saja bibir keduanya menempel, Angel terkesiap mendengar getar ponselnya yang tergeletak di atas meja tempat mereka makan tadi. Wanita itu langsung menahan bibir Yasya dengan jemarinya seraya menarik wajahnya dari dekat wajah Yasya.
“Ah, stop. Em, aku boleh angkat telepon sebentar kan?” pinta Angel.
“Hm, apa itu penting banget?” Yasya agak tak terima karena aksinya tadi diinterupsi. Padahal ia sudah sangat berhasrat sedari tadi.
“Maybe. Siapa tau penting kan.”
“Oke. Silakan. Tapi, jangan lama-lama, ya. Aku tunggu di dalem.”
“Thank you.”
Angel meraih ponselnya dan agak menjauh dari tempatnya tadi untuk mengangkat telepon. Sementara Yasya yang tak mau mengganggu pembicaraan pribadi Angel beralih masuk ke dalam villanya, menuju kamar istimewa yang sudah ia siapkan khusus untuk malamnya dengan Angel malam ini.
Beberapa menit berlalu, Angel sudah selesai dengan teleponnya. Ia menengok ke sana-kemari, Yasya sudah tak tampak di sekitarnya.
“Em, pasti Yasya udah ke dalem duluan. Oke Angel, it’s time to do great. Kamu gak boleh ngecewain Yasya, harus layanin dia sebaik mungkin, again,” gumam Angel pada dirinya sendiri.
Wanita itu menyusul Yasya masuk ke villa. Sembari melihat sekeliling, menikmati dekorasi ruangan dan furniture yang elegan, matanya menelisik ke arah sebuah kamar yang di dalamnya sudah ada Yasya menantinya.
“Ah, mungkin kamar yang itu.”
Sebelum masuk ke kamar, Angel mengganti dress-nya dengan piyama tidur yang telah disiapkan di depan kamar. Tak butuh waktu lama. Ia tak mau membuat klien VVVIP-nya lebih lama lagi menunggu.
Ketika Angel membuka pintu kamar tersebut, terlihat Yasya sudah duduk di tepi ranjang, dengan piyama yang sama, menantinya. Pria itu tersenyum pada Angel. Tanpa basa-basi, Angel menutup pintu kamar dari dalam dan mendekat ke arah Yasya.
“Udah selesai teleponannya?” tukas Yasya basa-basi.
“Done.”
“Kemarilah, Angel,” pinta Yasya.
Yasya membuat Angel duduk di pangkuannya. Dengan senang hati, wanita malam itu mendaratkan bokongnya di paha Yasya, kedua tangannya pun ia kalungkan ke leher Yasya.
“Yas, apa aku buat kamu nunggu lama?”
“Hampir. Kamu tau kan, aku gak suka nunggu buat ini. Kamu tau, aku udah gak sabar.” Perlahan tangan Yasya sedikit membuka bagian atas piyama Angel, hingga salah satu sisi bahu Angel sedikit terekspos. Yasya langsung mendaratkan kecupan di sana.
“Emmh, Yash...”
“Emmhh, Sayang... aku boleh tau, siapa yang telepon kamu tadi?” tanya Yasya tiba-tiba setelah menyudahi kecupannya dan kini kembali menatap paras cantik Angel dengan intens.
Angel merasa agak heran. Mengapa Yasya sampai kepo dengan urusan telepon tadi? Sudah seperti, ada hubungan lebih saja.
“Eh, kenapa kamu pengin tau?”
“Gak boleh, ya? Apa itu terlalu pribadi? Aku ... penasaran aja, sih. Atau mungkin itu terlalu rahasia sampe kamu gak mau aku tau?”
“Ih, gak kayak begitu. Oke, aku kasih tau. Tadi itu hanya orang service aja. Aku ada service sebuah barang di rumah, dan katanya udah siap, jadi aku diminta urus buat pengambilan barangnya. Cuma itu.”
“Oh, ternyata Cuma tukang service. Masalah sekecil itu harus kamu urus sendiri juga?”
“Yasya, aku itu tinggal sendirian di rumah, jadi, apa pun itu mau gak mau harus aku urus sendiri kan.”
“Hm, aku cukup tertarik sama cewek mandiri. Ternyata kamu memang beda. Gak salah kalo aku bilang kamu itu istimewa. Angel, kalo kamu mau, lain kali urusan semacem itu atau urusan rumah yang lain bisa kamu serahin ke aku. Nanti, aku bisa minta beberapa orang aku buat urus itu. Gak perlu kamu sendiri yang urus.”
“Kamu itu terlalu baik, Yas. Anak mami yang lain pasti seneng banget kalo dapet kamu sebagai klien mereka kan.”
“Anak mami yang lain? It means, kalo kamu gak seneng, ya?”
“Hey, no. Gak gitu juga. Aku selalu seneng dapet klien manapun.”
“Hm, oke. Tapi, aku begini hanya sama kamu aja, Sayang. Karena sekali lagi, menurut aku hanya kamu yang paling spesial.”
“Thank you, so much, Yaashh. Hm, malem ini kamu begitu baik, begitu manis, nanti aku bisa-bisa terbang loh.”
“Sayang, aku makin gemes sama kamu. Em, wait...” Yasya mengambil sesuatu di dalam dompetnya lantas memberikannya pada Angel.
“Huh?” Angel kelihatan bingung.
“Itu kartu nama aku.”
“I know, Yas. Ada nama kamu di sini. But, kenapa kamu kasih ke aku?”
“Hmm, Cantik, kamu lihat kan, di situ juga ada nomor aku. Itu nomor ponsel pribadi aku. Kamu bisa hubungin aku kapan pun kamu mau. Mungkin kalo kamu butuh sesuatu atau butuh rekan kalo lagi kesepian. Aku pasti on buat kamu, 24 jam.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments