Cantiknya Mawar Yang Tak Berduri
Disebuah rumah besar yang megah dan luas, berlantai tiga dengan pekarangan yang
indah dan halaman luas luas yang banyak ditumbuhi beberapa macam bunga
berwarna warni menambah indahnya rumah besar itu. Hidup sepasang suami istri
yang hampir 6 tahun menikah. Setelah hampir 6 tahun menjalani pernikahan mereka
belum juga mempunyai anak.
Segalah usaha telah mereka lakukan untuk memperoleh anak, dari berobat ke Dokter
hingga beralih ke pengobatan tradisional. Mereka juga pernah mencoba menjalankan
proses bayi tabung di sebuah rumah sakit terkenal untuk memperoleh seorang anak.
Akan tetapi belum juga membuahkan hasil sama sekali, hingga berobat keluar negeri
pun sudah mereka coba lakukan, tapi tak ada hasilnya sama sekali. Padahal suami istri
tersebut sehat-sehat saja.
“Maaf Bu, hasil pemeriksaan masih sama seperti sebelumnya.” Ucap seorang Dokter
kandungan kepada seorang ibu yang menjadi pasiennya.
“Belum berhasil juga ternyata, baiklah terimah kasih Dok, kami permisi.”ucap ibu itu
keluar dengan wajah lesu dari ruangn dokter yang memeriksanya. Dengan ditemani
sang suami mereka akhirnya keluar dari rumah sakit tempat biasa ibu itu memeriksa
kandungannya. Hampir setiap bulan mereka akan kerumah sakit untuk memeriksa
kandungan. Sudah menjadi rutunitas mereka setiap bulan, hingga hampir semua suster
dan dokter hingga beberapa pasien di rumah sakit itu mengenali pasangan suami istri
tersebut.
Siapa yang tidak mengenali mereka, semua pastinya akan mengenal mereka dengan
baik, sebagai salah satu orang terkaya di kota tersebut. Mempunyai perusahaan besar
yang dinamai dengan Austin group yang diambil dari nama keluarga mereka. Mereka
adalah Julian Austin dan istrinya Shaina Austin. Pasangan suami istri kaya raya yang
belum memiliki keturunan.
Selepas berada di luar rumah sakit mereka memilih pulang kerumah untuk
beristirahat, karena shaina tidak ingin kemanapun stelah keluar dari sana. Dengan
terpaksa, julian memeilih membawa pulang istrinya. Dia akan menemani shaina
dirumah walaupun ada pekerjaan di kantornya yang tidak bisa dia tinggalkan. Tetapi
sebelum itu julian telah menelpon asistennya di kantor untuk menghendel pekerjaan
tersebut, karena harus menemani istri yang spertinya sedang bersedih karena hasil
pemeriksaan kandungannya belum juga membuahkan hasil untuk kesekian kalinya.
Shaina sempat menyerah untuk memiliki anak waktu usia pernikahan mereka
menginjak 3 Tahun. Shaina merasa lelah untuk terus berobat kesana kemari juga
karena selalu di desak oleh keluaga julian agar segera memberikan mereka cucu,
hingga dia merasa tertekan dan semua yang telah di alaminya membuat dia menyerah.
Tetapi berkat julian yang selalu berada di sampingnya dan selalu menyemangati
dirinya untuk tidak menyerah, shaina pun memupuk kembali semangatnya untuk
berobat demi memberikan anak kepada suami yang sangat di cintainya itu, begitu pun
sebaliknya, karena julian sangat mencintainya dia akan berusaha sekali lagi.Terkadang shaina merasa iri kepada pasangan yang hidupnya sederhana jauh dari kata
mewah dan hidup serba berkecukupan, jauh di bawahnya. Mengapa mereka memiliki
banyak anak dan sangat mudah untuk didapatkan, sedangkan dirinya yang hidup
mewah, lebih dari kata cukup, atau bisa disebut juga lebih jauh diatas mereka dengan
suami yang sangat mencintainya. Mengapa dia sama sekali tidak memiliki anak,
bahkan satupun tidak dia punya.
Suaminya pernah menyarankan mereka untuk mengadopsi anak saja, tapi ditolak
keras oleh shaina, dia menolak untuk mengadopsi anak, dia tidak mau memelihara
anak orang lain selain anaknya sendiri. Dia tidak ingin membagi kasih sayangnya
untuk anak orang lain jika kelak mereka memiliki anak.
Shaina berpikir jika kelak mereka memiliki anak, dan anak yang dia adopsi tidak
menerima kasih sayang yang sama dengan anak kandungnya, maka itu bisa saja
menjadi benih awal dari kebencian antara anak angkat dan pada anak kandungnya.
Dia tidak mau hal itu terjadi pada anak-anaknya. Karena pada akhirnya dia akan lebih
memilih memberi semua kasih sayang untuk anak kandungnya, dan tak menutup
kemungkinan jika anak yang di adopsinya akan berbuat jahat pada anak-anaknya
karena kebencian anak itu.
Julian selalu menguatkan istrinya dengan selalu berkata mereka akan pasti
mempunyai anak jika berusaha lebih keras dari apa yang mereka lakukan. Bukan
tanpa alasan julian selalu berkata kepada istinya jika mereka pasti punya anak. Julian
berkata seperti itu berdasarkan apa yang di katakan oleh dokter yang memeriksa
mereka.
Waktu mereka melakukan pemeriksaan di rumah sakit dokter berkata jika mereka
berdua tidak memiliki apapun masalah pada kesehatan keduanya. Begitu pun dengan
pemerikasaan yang dilakukan dokter pada kandungan shaina, bahwa kandungannya
dalam keadaan baik-baik saja dan tidak ditemukan masalah apapun pada
kandungannya sama sekali. Hanya mungkin saja belum diberikan kepercayaan sama
Tuhan untuk memiliki seorang anak diantara mereka.
Dalam perjalanan pulang shaina hanya duduk diam disamping suaminya tanpa
mengeluarkan suara atau hanya sekedar melihat kearah suaminya yang sedang
menyetir mobil dan duduk bersebelahan dengannya, tidak seperti biasanya kalau
mereka sedang didalam mobil untuk kembali ke rumah ataupun Julian pada saat akan
mengantar istrinya ke butik.
Shaina adalah seorang pengusaha seperti suaminya. Dia mempunyai sebuah butik
yang sedang di jalaninya Butik ini sudah ada sejak dia duduk Di bangku perkuliahan,
karena dia merupakan anak yang cerdas dan perfeksionis dalam hal berpakaian dan
juga berbisnis ketika belum menikah dengan Julian.
Shaina merupakan anak yatim piatu yang sudah ditinggal meninggal kedua orang tua
saat akan mendaftar ke sekolah tingkat menengah atas. Sehingga dia harus sekolah sambil bekerja. Setelah selesai sekolah dia akan menjaga sebuah toko pakaian milik
seorang ibu juga merupakan tetangganya itu. Ibu yang hidup sebatang kara
sepertinya, tak memiliki keluarga. hingga saat shaina diminta menjadi anaknya,
shania dengan senang hati menerimanya.
Dari beliaulah shaina belajar banyak, baik belajar bertahan hidup sendiri hingga
belajar bagaimana menjadi wanita yang kuat menghadapi kerasnya hidup. Dari beliau
jugalah shaina bisa merasakan kasih sayang seorang ibu yang selalu menjaga dan
mengkhawatirkannya. Ketika ibu angkatnya meninggal, shaina berjuang dengan keras
belajar dan menjalankan toko pakaian sederhana milik ibu angkatnya itu, hingga
sekarang berubah menjadi sebuah butik besar dan berkelas. Hingga sampai dia
bertemu dengan julian dan menikah dengannya. Dia tetap bekerja di butiknya yang
terus berkembang hingga ke luar kota. Dan menjadi tempat favorit dari istri-istri rekan
kerja suaminya julian.
Shaina tetap memilih tetap pergi bekerja hanya untuk mengisi waktu luangnya ketika
julian tidak berada di rumah, karena shana tidak ingin berada sendirian di rumah. Jika
Julia tidak bekerja dan berada di rumah shaina akan menyerahkan pekerjaannya
kepada asisten yang bekerja bersamanya, dan memilih menemani Julian di rumah.
Suasana yang masih hening di dalam mobil itu pun yang menemani perjalanan pulang
mereka. Sejak tadi Julian tidak berani mengajak istrinya untuk berbicara. Ataupun
hanya sekedar berbasa-basi ringan seperti biasa mereka lakukan, karena julian tau
bahwa saat ini suasana hati shaina sedang tidak baik-baik saja. Julian hanya
menggenggam tangan shaina dengan diam menggunakan salah satu tangannya dan
tangan lainnya dia gunakan untuk memegangi kendali mobil.
Sedangkan Shaina yang tangannya digenggam oleh Julian tidak menunjukan reaksi
apapun. Shaina hanya memandang keluar lewat kaca mobil dengan pandangan kosong
dan entah kemana pikirannya berkelana. Hanya Shaina dan Tuhan yang tau kemana
pikiran wanita itu berkelana dan kemana tujuannya.
Beberapa jam berlalu sampailah sebuah mobil mewah didepan gerbang berwana putih
bercampur biru yang menjulang tinggi, gerbang menutupi sebuah rumah megah
dibaliknya. Julian dan Shaina telah sampai di depan gerbang rumah mereka. Julian
menekan klakson mobilnya dan gerbang pun terbuka. Julian menjalankan mobil
ke depan melewati gerbang yang sudah dibuka oleh seseorang untuk menuju
rumahnya.
“Selamat datang tuan dan Nyonya.”ucap Pak Beny penjaga gerbang rumah julian saat
sang tuan rumah masuk dan lewat didepannya.
“Apakah ada yang datang mencari saya?” tanya Julian
“Tidak ada tuan” jawab pak Beny“ Baiklah, jika ada yang datang mencari ku lagi, katakan saja jika aku sedang keluar
dan saat ini tidak berada di rumah dan tidak tau kapan kembali ke rumah. Jika ada
yang bertanya kapan aku kembali” ucap julian lagi memberitahu penjaga gerbangnya.
“Baik Tuan” ucap Pak Beny menganggukkan kepalanya
Saat mobil mereka sampai didepan rumah barulah Julian melepaskan genggaman
tangannya pada tangan Shaina. Julian memanggil asisten rumah tangganya yang
berada dirumahnya untuk memarkirkan mobilnya ditempat parkir mobil yang berada
tepat ditempat berdiri asistennya itu. Setelah menyerah mobil kepada pekerjanya
kemudian Julian menyusul istrinya yang telah lebih dulu masuk darinya.
Sesampainya didalam rumah Shaina langsung naik ke kamar mereka yang berada di
lantai dua untuk mengistirahatkan tubuh, pikiran serta hatinya. Sedangkan dilantai
bawah Julian memanggil bibi May yang bekerja dirumahnya sebagai koki untuk
menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Karena pada saat mereka sampai
di rumah waktu sudah menunjukan pukul 5 lewat beberapa menit.
Setelah memberikan instruksi pada Bibi May akan apa saja yang di buat dan di
sajikan untuk makan malam mereka, barulah julian naik menyusul Shaina yang sudah
berada di dalam kamar yang mereka tempati. Biasanya Shaina lah yang akan
memberitahu Bibi May untuk memasak makanan untuk Shaina dan suaminya itu, dan
harus sesuai dengan apa yang diinginkan Shaina.
Malam ini Shaina tidak melakukannya dan Julian yang bertugas untuk memberitahu
Bibi May. Karena melihat kondisi Shaina saat ini, Julian dengan senang hati akan
membatu istrinya itu, karena merupakan hal yang sepele jadi tidak masalah baginya.
Di dalam rumah besar dan megah itu keadaannya begitu terasa sangat sunyi dan
tenang. Walaupun banyak pegawai yang Julian pekerjakan tidak merubah sedikitpun
suasananya dirumahnya. Dengan begitu banyaknya pekerja dari yang bertugas memasak
makana di rumah itu, yang mengurus kendaraan yang Julian punya, tukang potong
rumput, yang menyiram tanaman, yang mencuci pakaian, membersihkan rumah dan
lain-lainnya tidak membuat pasangan suami itu merasa keramaian didalam rumah
mereka yang besar itu.
Pegawai yang dipekerjakan Julian berjumlah 25 orang yang mempunyai tugas mereka
masing-masing, dan bisa sewaktu- waktu akan bertambah jika kelak mereka sudah
mempunyai anak yang sangat diinginkan mereka berdua. Para pegawai yang julian
pekerjakan mempunyai tempat tinggal tersendiri yang tidak jauh dari rumah mereka.
Berada beberapa meter di belakang rumah berdiri sebuah gedung besar dengan
banyak kamar yang mirip dengan kos-kosan tetapi terlihat lebih mewah dan berkelas,
disitulah tempat tinggal orang-orang yang bekerja dirumahnya.Kembali kedalam kamar dimana Julian dan Shaina tidur. Kini diatas ranjang king size
berbaring sosok wanita cantik yang berusia sekitar 33 Tahun. Shaina yang saat ini
sedang berbaring sambil melamun memandangi langit-langit kamar bernuansa biru
langit itu dengan tatapan menerawang jauh. Warna kesukaan Julian yang mendominasi
di sana. Tiba-iba terdengar pintu terbuka dan muncul sosok Julian masuk kedalam
kamar menuju ranjang tempat istrinya berada, walau begitu itu tidak mengganggu
atau mempengaruhi wanita cantik itu sama sekali, yang tengah asik dengan dunianya
sendiri yaitu dunia melamun.
Julian berjalan menuju Shaina dan duduk disampingnya yang tengah berbaring. Julian
duduk sambil bersandar kepala ranjang dengan bantal yang menjadi penyanggah
punggungnya. Shaina tersadar dari dunia melamun nya saat tangan besar Julian
mengelus kepalanya dengan sayang. Tetapi berlangsung sesaat saja sedetik kemudian
Shaina kembali melamun. Dengan setia Julian duduk disamping Shaina tanpa
berbicara dan hanya diam, dia pun ikut melamun sama seperti istrinya tanpa melepas
elusan tangannya pada kepala Shaina hingga istrinya itu tertidur dan disusul dengan
Julian.
Keesokan harinya para pegawai Julian sibuk dengan tugas mereka masing-masing
di rumah megah itu, sedangkan tuang rumah masih berada dalam dunia mimpi mereka
dan belum ada tanda-tanda mereka akan kembali eke dunia nyata.
Diruang makan kini Bibi May dan salah satu dan salah satu pegawai Julian yang
lainnya sedang sibuk menata sarapan pagi diatas meja untuk tuan dan nyonya mereka
yang masih berada di dalam kamar mereka. Walau yang sarapan hanya 2 orang saja
tetapi meja makan yang ada di ruangan itu mampu menampung hingga 20 orang lebih
untuk makan bersama.
Didalam kamar Shaina terbangun lebih dulu dari suaminya. Dia melirik sekilas
kesamping tempat dimana suaminya tertidur. Dia tersenyum melihat suaminya yang
masih terlelap dengan nyaman sambil memeluk pinggangnya erat.
Shaina mengarahkan pandangannya kearah jam yang menempel di dinding kamar,
yang menunjukan waktu yang sebentar lagi Julian sudah harus pergi bekerja. Shaina
pun dengan pelan menepuk pipi suaminya itu
“Sayang bangun, kau akan terlambat ke kantor jika kau tak bangun sekarang.” Ucap
Shaina
“Biarkan aku tidur 5 menit lagi sayang.” Balas Julian yang setia menutup matanya
“Baiklah aku akan mandi lebih dulu dan bersiap.”ucap Shaina pasrah sembari
melepaskan tangan Julian yang masih memeluk erat pinggangnya.
Shaina yang akan berangkat kerja di butiknya, memilih mandi lebih dulu dan bersiapsiap. Dia akan menunggu di ruang makan untuk sarapan bersama dan setelah itu
mereka berangkat bersama tetapi dengan tempat tujuan yang berbeda. Shaina akan ke
butik dan julian keperusahannya.Shaina diantar suaminya menggunakan mobil. Julian akan menurunkan Shaina di
butiknya terlebih dahulu baru setelah itu dia akan melanjutkan perjalanan menuju
perusahannya. Jarak perusahan Julian dan butik Shaina tidak terlalu jauh, hanya 10
menit dari butik Shaina menuju perusahan suaminya. Sehingga mereka selalu makan
siang bersama jika keduanya tidak sibuk bekerja.
Shaina turun lebih dulu menuju ruang makan dan menunggu Julian di sana tapi
sebelum itu sekali dia membangunkan suaminya untuk segera mandi dan bersiap-siap,
Shaina telah menyiapkan pakaian untuk untuk pakai hari ini dan ditaruhnya di atas
sofa yang berada di dalam kamar mereka.
Tak berselang lama terlihat Julian muncul dari arah tangga ke ruang makan, dia
melihat istrinya sedang memainkan ponselnya sambil menunggunya dimeja makan.
Shaina sedang melihat pesan yang masuk dari asistennya dari butik. Pesan yang berisi
model pakaian yang akan masuk bulan ini di butiknya.
“Berhentilah sebentar sayang, kita sarapan dulu.” Ucap Julian
Shaina pun menyimpan ponsel ke dalam tas dan memandangi suaminya yang sudah
rapi dan tampan duduk di depannya.
“Baiklah, mari kita sarapan sekarang.” Ucap Shaina dengan senyuman manis semanis
madu pada Julian
Mereka sarapan pagi dalam diam dan hanya terdengar bunyi tabrakan antara sendok
dan piring yang bertemu.
Setelah selesai sarapan pasangan suami istri itu menuju mobil mereka yang telah
terparkir cantik didepan rumah, yang telah disiapkan oleh pekerjanya. Sebelum
sarapan Shaina yang telah memberitahu pegawainya untuk menyiapkan mobil yang
mereka pakai untuk pergi bekerja pagi itu.
Dalam perjalanan, Shaina dan Julian tidak sesunyi sebelumnya.
“ Sayang kita akan pergi setelah selesai makan siang nanti.” Ucap Shaina
“ Baiklah, aku juga akan mengurus pekerjaan yang kemarin lebih dulu, tadi asisten ku
menelpon, kalau pekerjaan kemarin ditunda pagi oleh klien.” Ucap Julian
“ Oke, aku juga masih akan mengecek barang yang dikirim ke butik hari ini. Setelah
kerjaanmu selesai boleh menjemput aku dan kita makan siang bersama.” Ucap
Shaina
“Sehabis makan siang, kita bisa langsung pergi sesuai rencana yang kita semalam.”
Lanjut Shaina. Dan mendapatkan jawaban dari Julian dengan membentuk jari
telunjuk dan jempol menjadi lingkaran, simbol tanda oke dengan tersenyum manis
kearahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments