Disebuah rumah besar yang megah dan luas, berlantai tiga dengan pekarangan yang
indah dan halaman luas luas yang banyak ditumbuhi beberapa macam bunga
berwarna warni menambah indahnya rumah besar itu. Hidup sepasang suami istri
yang hampir 6 tahun menikah. Setelah hampir 6 tahun menjalani pernikahan mereka
belum juga mempunyai anak.
Segalah usaha telah mereka lakukan untuk memperoleh anak, dari berobat ke Dokter
hingga beralih ke pengobatan tradisional. Mereka juga pernah mencoba menjalankan
proses bayi tabung di sebuah rumah sakit terkenal untuk memperoleh seorang anak.
Akan tetapi belum juga membuahkan hasil sama sekali, hingga berobat keluar negeri
pun sudah mereka coba lakukan, tapi tak ada hasilnya sama sekali. Padahal suami istri
tersebut sehat-sehat saja.
“Maaf Bu, hasil pemeriksaan masih sama seperti sebelumnya.” Ucap seorang Dokter
kandungan kepada seorang ibu yang menjadi pasiennya.
“Belum berhasil juga ternyata, baiklah terimah kasih Dok, kami permisi.”ucap ibu itu
keluar dengan wajah lesu dari ruangn dokter yang memeriksanya. Dengan ditemani
sang suami mereka akhirnya keluar dari rumah sakit tempat biasa ibu itu memeriksa
kandungannya. Hampir setiap bulan mereka akan kerumah sakit untuk memeriksa
kandungan. Sudah menjadi rutunitas mereka setiap bulan, hingga hampir semua suster
dan dokter hingga beberapa pasien di rumah sakit itu mengenali pasangan suami istri
tersebut.
Siapa yang tidak mengenali mereka, semua pastinya akan mengenal mereka dengan
baik, sebagai salah satu orang terkaya di kota tersebut. Mempunyai perusahaan besar
yang dinamai dengan Austin group yang diambil dari nama keluarga mereka. Mereka
adalah Julian Austin dan istrinya Shaina Austin. Pasangan suami istri kaya raya yang
belum memiliki keturunan.
Selepas berada di luar rumah sakit mereka memilih pulang kerumah untuk
beristirahat, karena shaina tidak ingin kemanapun stelah keluar dari sana. Dengan
terpaksa, julian memeilih membawa pulang istrinya. Dia akan menemani shaina
dirumah walaupun ada pekerjaan di kantornya yang tidak bisa dia tinggalkan. Tetapi
sebelum itu julian telah menelpon asistennya di kantor untuk menghendel pekerjaan
tersebut, karena harus menemani istri yang spertinya sedang bersedih karena hasil
pemeriksaan kandungannya belum juga membuahkan hasil untuk kesekian kalinya.
Shaina sempat menyerah untuk memiliki anak waktu usia pernikahan mereka
menginjak 3 Tahun. Shaina merasa lelah untuk terus berobat kesana kemari juga
karena selalu di desak oleh keluaga julian agar segera memberikan mereka cucu,
hingga dia merasa tertekan dan semua yang telah di alaminya membuat dia menyerah.
Tetapi berkat julian yang selalu berada di sampingnya dan selalu menyemangati
dirinya untuk tidak menyerah, shaina pun memupuk kembali semangatnya untuk
berobat demi memberikan anak kepada suami yang sangat di cintainya itu, begitu pun
sebaliknya, karena julian sangat mencintainya dia akan berusaha sekali lagi.Terkadang shaina merasa iri kepada pasangan yang hidupnya sederhana jauh dari kata
mewah dan hidup serba berkecukupan, jauh di bawahnya. Mengapa mereka memiliki
banyak anak dan sangat mudah untuk didapatkan, sedangkan dirinya yang hidup
mewah, lebih dari kata cukup, atau bisa disebut juga lebih jauh diatas mereka dengan
suami yang sangat mencintainya. Mengapa dia sama sekali tidak memiliki anak,
bahkan satupun tidak dia punya.
Suaminya pernah menyarankan mereka untuk mengadopsi anak saja, tapi ditolak
keras oleh shaina, dia menolak untuk mengadopsi anak, dia tidak mau memelihara
anak orang lain selain anaknya sendiri. Dia tidak ingin membagi kasih sayangnya
untuk anak orang lain jika kelak mereka memiliki anak.
Shaina berpikir jika kelak mereka memiliki anak, dan anak yang dia adopsi tidak
menerima kasih sayang yang sama dengan anak kandungnya, maka itu bisa saja
menjadi benih awal dari kebencian antara anak angkat dan pada anak kandungnya.
Dia tidak mau hal itu terjadi pada anak-anaknya. Karena pada akhirnya dia akan lebih
memilih memberi semua kasih sayang untuk anak kandungnya, dan tak menutup
kemungkinan jika anak yang di adopsinya akan berbuat jahat pada anak-anaknya
karena kebencian anak itu.
Julian selalu menguatkan istrinya dengan selalu berkata mereka akan pasti
mempunyai anak jika berusaha lebih keras dari apa yang mereka lakukan. Bukan
tanpa alasan julian selalu berkata kepada istinya jika mereka pasti punya anak. Julian
berkata seperti itu berdasarkan apa yang di katakan oleh dokter yang memeriksa
mereka.
Waktu mereka melakukan pemeriksaan di rumah sakit dokter berkata jika mereka
berdua tidak memiliki apapun masalah pada kesehatan keduanya. Begitu pun dengan
pemerikasaan yang dilakukan dokter pada kandungan shaina, bahwa kandungannya
dalam keadaan baik-baik saja dan tidak ditemukan masalah apapun pada
kandungannya sama sekali. Hanya mungkin saja belum diberikan kepercayaan sama
Tuhan untuk memiliki seorang anak diantara mereka.
Dalam perjalanan pulang shaina hanya duduk diam disamping suaminya tanpa
mengeluarkan suara atau hanya sekedar melihat kearah suaminya yang sedang
menyetir mobil dan duduk bersebelahan dengannya, tidak seperti biasanya kalau
mereka sedang didalam mobil untuk kembali ke rumah ataupun Julian pada saat akan
mengantar istrinya ke butik.
Shaina adalah seorang pengusaha seperti suaminya. Dia mempunyai sebuah butik
yang sedang di jalaninya Butik ini sudah ada sejak dia duduk Di bangku perkuliahan,
karena dia merupakan anak yang cerdas dan perfeksionis dalam hal berpakaian dan
juga berbisnis ketika belum menikah dengan Julian.
Shaina merupakan anak yatim piatu yang sudah ditinggal meninggal kedua orang tua
saat akan mendaftar ke sekolah tingkat menengah atas. Sehingga dia harus sekolah sambil bekerja. Setelah selesai sekolah dia akan menjaga sebuah toko pakaian milik
seorang ibu juga merupakan tetangganya itu. Ibu yang hidup sebatang kara
sepertinya, tak memiliki keluarga. hingga saat shaina diminta menjadi anaknya,
shania dengan senang hati menerimanya.
Dari beliaulah shaina belajar banyak, baik belajar bertahan hidup sendiri hingga
belajar bagaimana menjadi wanita yang kuat menghadapi kerasnya hidup. Dari beliau
jugalah shaina bisa merasakan kasih sayang seorang ibu yang selalu menjaga dan
mengkhawatirkannya. Ketika ibu angkatnya meninggal, shaina berjuang dengan keras
belajar dan menjalankan toko pakaian sederhana milik ibu angkatnya itu, hingga
sekarang berubah menjadi sebuah butik besar dan berkelas. Hingga sampai dia
bertemu dengan julian dan menikah dengannya. Dia tetap bekerja di butiknya yang
terus berkembang hingga ke luar kota. Dan menjadi tempat favorit dari istri-istri rekan
kerja suaminya julian.
Shaina tetap memilih tetap pergi bekerja hanya untuk mengisi waktu luangnya ketika
julian tidak berada di rumah, karena shana tidak ingin berada sendirian di rumah. Jika
Julia tidak bekerja dan berada di rumah shaina akan menyerahkan pekerjaannya
kepada asisten yang bekerja bersamanya, dan memilih menemani Julian di rumah.
Suasana yang masih hening di dalam mobil itu pun yang menemani perjalanan pulang
mereka. Sejak tadi Julian tidak berani mengajak istrinya untuk berbicara. Ataupun
hanya sekedar berbasa-basi ringan seperti biasa mereka lakukan, karena julian tau
bahwa saat ini suasana hati shaina sedang tidak baik-baik saja. Julian hanya
menggenggam tangan shaina dengan diam menggunakan salah satu tangannya dan
tangan lainnya dia gunakan untuk memegangi kendali mobil.
Sedangkan Shaina yang tangannya digenggam oleh Julian tidak menunjukan reaksi
apapun. Shaina hanya memandang keluar lewat kaca mobil dengan pandangan kosong
dan entah kemana pikirannya berkelana. Hanya Shaina dan Tuhan yang tau kemana
pikiran wanita itu berkelana dan kemana tujuannya.
Beberapa jam berlalu sampailah sebuah mobil mewah didepan gerbang berwana putih
bercampur biru yang menjulang tinggi, gerbang menutupi sebuah rumah megah
dibaliknya. Julian dan Shaina telah sampai di depan gerbang rumah mereka. Julian
menekan klakson mobilnya dan gerbang pun terbuka. Julian menjalankan mobil
ke depan melewati gerbang yang sudah dibuka oleh seseorang untuk menuju
rumahnya.
“Selamat datang tuan dan Nyonya.”ucap Pak Beny penjaga gerbang rumah julian saat
sang tuan rumah masuk dan lewat didepannya.
“Apakah ada yang datang mencari saya?” tanya Julian
“Tidak ada tuan” jawab pak Beny“ Baiklah, jika ada yang datang mencari ku lagi, katakan saja jika aku sedang keluar
dan saat ini tidak berada di rumah dan tidak tau kapan kembali ke rumah. Jika ada
yang bertanya kapan aku kembali” ucap julian lagi memberitahu penjaga gerbangnya.
“Baik Tuan” ucap Pak Beny menganggukkan kepalanya
Saat mobil mereka sampai didepan rumah barulah Julian melepaskan genggaman
tangannya pada tangan Shaina. Julian memanggil asisten rumah tangganya yang
berada dirumahnya untuk memarkirkan mobilnya ditempat parkir mobil yang berada
tepat ditempat berdiri asistennya itu. Setelah menyerah mobil kepada pekerjanya
kemudian Julian menyusul istrinya yang telah lebih dulu masuk darinya.
Sesampainya didalam rumah Shaina langsung naik ke kamar mereka yang berada di
lantai dua untuk mengistirahatkan tubuh, pikiran serta hatinya. Sedangkan dilantai
bawah Julian memanggil bibi May yang bekerja dirumahnya sebagai koki untuk
menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Karena pada saat mereka sampai
di rumah waktu sudah menunjukan pukul 5 lewat beberapa menit.
Setelah memberikan instruksi pada Bibi May akan apa saja yang di buat dan di
sajikan untuk makan malam mereka, barulah julian naik menyusul Shaina yang sudah
berada di dalam kamar yang mereka tempati. Biasanya Shaina lah yang akan
memberitahu Bibi May untuk memasak makanan untuk Shaina dan suaminya itu, dan
harus sesuai dengan apa yang diinginkan Shaina.
Malam ini Shaina tidak melakukannya dan Julian yang bertugas untuk memberitahu
Bibi May. Karena melihat kondisi Shaina saat ini, Julian dengan senang hati akan
membatu istrinya itu, karena merupakan hal yang sepele jadi tidak masalah baginya.
Di dalam rumah besar dan megah itu keadaannya begitu terasa sangat sunyi dan
tenang. Walaupun banyak pegawai yang Julian pekerjakan tidak merubah sedikitpun
suasananya dirumahnya. Dengan begitu banyaknya pekerja dari yang bertugas memasak
makana di rumah itu, yang mengurus kendaraan yang Julian punya, tukang potong
rumput, yang menyiram tanaman, yang mencuci pakaian, membersihkan rumah dan
lain-lainnya tidak membuat pasangan suami itu merasa keramaian didalam rumah
mereka yang besar itu.
Pegawai yang dipekerjakan Julian berjumlah 25 orang yang mempunyai tugas mereka
masing-masing, dan bisa sewaktu- waktu akan bertambah jika kelak mereka sudah
mempunyai anak yang sangat diinginkan mereka berdua. Para pegawai yang julian
pekerjakan mempunyai tempat tinggal tersendiri yang tidak jauh dari rumah mereka.
Berada beberapa meter di belakang rumah berdiri sebuah gedung besar dengan
banyak kamar yang mirip dengan kos-kosan tetapi terlihat lebih mewah dan berkelas,
disitulah tempat tinggal orang-orang yang bekerja dirumahnya.Kembali kedalam kamar dimana Julian dan Shaina tidur. Kini diatas ranjang king size
berbaring sosok wanita cantik yang berusia sekitar 33 Tahun. Shaina yang saat ini
sedang berbaring sambil melamun memandangi langit-langit kamar bernuansa biru
langit itu dengan tatapan menerawang jauh. Warna kesukaan Julian yang mendominasi
di sana. Tiba-iba terdengar pintu terbuka dan muncul sosok Julian masuk kedalam
kamar menuju ranjang tempat istrinya berada, walau begitu itu tidak mengganggu
atau mempengaruhi wanita cantik itu sama sekali, yang tengah asik dengan dunianya
sendiri yaitu dunia melamun.
Julian berjalan menuju Shaina dan duduk disampingnya yang tengah berbaring. Julian
duduk sambil bersandar kepala ranjang dengan bantal yang menjadi penyanggah
punggungnya. Shaina tersadar dari dunia melamun nya saat tangan besar Julian
mengelus kepalanya dengan sayang. Tetapi berlangsung sesaat saja sedetik kemudian
Shaina kembali melamun. Dengan setia Julian duduk disamping Shaina tanpa
berbicara dan hanya diam, dia pun ikut melamun sama seperti istrinya tanpa melepas
elusan tangannya pada kepala Shaina hingga istrinya itu tertidur dan disusul dengan
Julian.
Keesokan harinya para pegawai Julian sibuk dengan tugas mereka masing-masing
di rumah megah itu, sedangkan tuang rumah masih berada dalam dunia mimpi mereka
dan belum ada tanda-tanda mereka akan kembali eke dunia nyata.
Diruang makan kini Bibi May dan salah satu dan salah satu pegawai Julian yang
lainnya sedang sibuk menata sarapan pagi diatas meja untuk tuan dan nyonya mereka
yang masih berada di dalam kamar mereka. Walau yang sarapan hanya 2 orang saja
tetapi meja makan yang ada di ruangan itu mampu menampung hingga 20 orang lebih
untuk makan bersama.
Didalam kamar Shaina terbangun lebih dulu dari suaminya. Dia melirik sekilas
kesamping tempat dimana suaminya tertidur. Dia tersenyum melihat suaminya yang
masih terlelap dengan nyaman sambil memeluk pinggangnya erat.
Shaina mengarahkan pandangannya kearah jam yang menempel di dinding kamar,
yang menunjukan waktu yang sebentar lagi Julian sudah harus pergi bekerja. Shaina
pun dengan pelan menepuk pipi suaminya itu
“Sayang bangun, kau akan terlambat ke kantor jika kau tak bangun sekarang.” Ucap
Shaina
“Biarkan aku tidur 5 menit lagi sayang.” Balas Julian yang setia menutup matanya
“Baiklah aku akan mandi lebih dulu dan bersiap.”ucap Shaina pasrah sembari
melepaskan tangan Julian yang masih memeluk erat pinggangnya.
Shaina yang akan berangkat kerja di butiknya, memilih mandi lebih dulu dan bersiapsiap. Dia akan menunggu di ruang makan untuk sarapan bersama dan setelah itu
mereka berangkat bersama tetapi dengan tempat tujuan yang berbeda. Shaina akan ke
butik dan julian keperusahannya.Shaina diantar suaminya menggunakan mobil. Julian akan menurunkan Shaina di
butiknya terlebih dahulu baru setelah itu dia akan melanjutkan perjalanan menuju
perusahannya. Jarak perusahan Julian dan butik Shaina tidak terlalu jauh, hanya 10
menit dari butik Shaina menuju perusahan suaminya. Sehingga mereka selalu makan
siang bersama jika keduanya tidak sibuk bekerja.
Shaina turun lebih dulu menuju ruang makan dan menunggu Julian di sana tapi
sebelum itu sekali dia membangunkan suaminya untuk segera mandi dan bersiap-siap,
Shaina telah menyiapkan pakaian untuk untuk pakai hari ini dan ditaruhnya di atas
sofa yang berada di dalam kamar mereka.
Tak berselang lama terlihat Julian muncul dari arah tangga ke ruang makan, dia
melihat istrinya sedang memainkan ponselnya sambil menunggunya dimeja makan.
Shaina sedang melihat pesan yang masuk dari asistennya dari butik. Pesan yang berisi
model pakaian yang akan masuk bulan ini di butiknya.
“Berhentilah sebentar sayang, kita sarapan dulu.” Ucap Julian
Shaina pun menyimpan ponsel ke dalam tas dan memandangi suaminya yang sudah
rapi dan tampan duduk di depannya.
“Baiklah, mari kita sarapan sekarang.” Ucap Shaina dengan senyuman manis semanis
madu pada Julian
Mereka sarapan pagi dalam diam dan hanya terdengar bunyi tabrakan antara sendok
dan piring yang bertemu.
Setelah selesai sarapan pasangan suami istri itu menuju mobil mereka yang telah
terparkir cantik didepan rumah, yang telah disiapkan oleh pekerjanya. Sebelum
sarapan Shaina yang telah memberitahu pegawainya untuk menyiapkan mobil yang
mereka pakai untuk pergi bekerja pagi itu.
Dalam perjalanan, Shaina dan Julian tidak sesunyi sebelumnya.
“ Sayang kita akan pergi setelah selesai makan siang nanti.” Ucap Shaina
“ Baiklah, aku juga akan mengurus pekerjaan yang kemarin lebih dulu, tadi asisten ku
menelpon, kalau pekerjaan kemarin ditunda pagi oleh klien.” Ucap Julian
“ Oke, aku juga masih akan mengecek barang yang dikirim ke butik hari ini. Setelah
kerjaanmu selesai boleh menjemput aku dan kita makan siang bersama.” Ucap
Shaina
“Sehabis makan siang, kita bisa langsung pergi sesuai rencana yang kita semalam.”
Lanjut Shaina. Dan mendapatkan jawaban dari Julian dengan membentuk jari
telunjuk dan jempol menjadi lingkaran, simbol tanda oke dengan tersenyum manis
kearahnya.
Semalam setelah istirahat sejenak. Julian membangunkan Shaina untuk makan malam yang
sudah di siapkan bibi May sesuai dengan perintah Julian. Mereka pun turun untuk makan
malam bersama, setelah makan malam mereka kembali ke kamar mereka untuk lanjut
beristirahat karena besok mereka mulai bekerja kembali.
Sesampainya di kamar Shaina lebih dulu membersihkan diri di kamar mandi dan setelah itu
Julian menyusul melakukan hal yang sama ketika Shaina telah selesai. Ketika keduanya
sudah selesai dengan urusan bersih-bersihnya, mereka duduk bersama di atas tempat tidur
untuk melakukan percakapan ringan sebelum tidur.
Percakapan dimulai dengan Shaina yang meminta kepada Julian agar besok mengantarnya
mencari orang pintar untuk melihat kenapa sampai sekarang mereka belum juga mempunyai
anak, padahal mereka berdua tidak ada yang sakit dan dalam keadaan baik-baik saja. Awalnya
Julian menolak dengan keras permintaan istrinya karena dia tidak pernah percaya dengan halhal seperti itu.
Tanpa putus asa Shaina berusaha keras membujuk suaminya agar mau memenuhi permintaan
nya. Kata Shaina tidak ada salahnya jika hanya mencoba untuk mencari tau alasan kenapa
mereka belum juga punya anak. Sebenarnya Shaina juga tidak mempercayai hal-hal seperti
itu sama seperti suaminya.
Lantaran Shaina sangat takut suaminya akan berpisah darinya. Makanya segala cara harus dia
coba lakukan mengingat usianya yang mempunyai batas waktu untuk memiliki anak, serta
dia sangat takut jikalau keluarga sang suami memaksanya untuk bercerai dari suaminya.
karena belum memberikan keturunan pada mereka. Keluarga Julian juga butuh pewaris.
Julian merupakan satu-satunya anak laki-laki di keluarga Austin. Keluarga Austin hanya
mempunyai 2 keturunan yaitu Julian dan adik perempuannya, sehingga Shaina takut mereka
akan dipisahkan, padahal Julian tidak akan pernah meninggalkan Shaina.
Julian rela kehilangan semua harta warisannya, asal jangan kehilangan Shaina, karena Julian
tidak bisa hidup tanpa Shaina. Terbukti hampir 6 Tahun mereka menikah dan belum memiliki
anak, Julian masih tetap setia pada pernikahannya, begitu juga dengan Shaina.
Akan tetapi Shaina yang sebagai perempuan juga ingin merasakan bagaimana menjadi
seorang ibu akhirnya meminta suaminya untuk menemani dirinya pergi ke orang pintar,
walau hanya sekedar untuk melihat apakah mereka bisa mempunyai anak atau tidak.
Sebagai suami yang sangat mencintai istrinya, Julian akhirnya mau menemani istrinya,
walaupun Julian merasa tidak perlu sampai seperti itu, hanya demi menghargai usaha istrinya
akhirnya dia setuju dengan Shaina.
Rencananya mereka akan pergi siang ini ke tempat orang pintar yang dikasih tau oleh salah
satu pegawai dirumahnya mereka telah mengantongi alamat orang pintar tersebut, yang telah
diberikan pegawainya.
Setelah beberapa waktu mobil Julian sampai didepan sebuah butik yang lumayan besar
berlantai dua milik istrinya. Julian memarkirkan mobil di depan butik tersebut untuk
menurunkan istrinya. Julian mencium singkat kepala istrinya sebelum Shaina keluar dari
dalam mobil. Setelah membuka pintu mobil dan membiarkan Shaina turun, Julian kembali
menutup pintu mobil dan melanjutkan perjalanan menuju ke kantornya sendiri untuk bekerja.
Waktu berlalu di dalam sebuah butik terlihat Shaina sedang sibuk mengecek barang yang
baru datang ke butiknya hari ini, barang yang akan di jual di butiknya maupun sebagai stok
hingga 3 bulan ke depan, karena barang akan di order lagi 3 bulan kemudian.
Sebenarnya di butiknya ada desainer maupun penjahit yang berkerja di butiknya, akan tetapi
karena banyak pembeli hingga terkadang stok yang direncanakan untuk 3 bulan sudah akan
habis kurang dari 3 bulan. Pakaian yang berada di butiknya mempunyai kualitas yang sangat
bagus dan harganya pun sangat terjangkau jadi banyak pembelinya.
Biasanya Shaina akan memesan kain yang bagus dari kota-kota besar lainnya hingga keluar
negeri, sedangkan pakaian yang sudah jadi dia akan memesan dari temannya yang ada di kota
M sebagai pemasok tetap di butiknya. Dia juga akan memesan pakaian di kota tempat
tinggalnya sendiri yaitu kota N, ika terjadi keterlambatan atau pembatalan pengiriman dari
temannya sebagai pemasok tetap atau pun pakaian di butiknya habis sebelum waktunya.
Jadi untuk mengisi kekosongan hingga pakaian selanjutnya dikirim dia akan memesan dari
kotanya sendiri dan tentunya dengan kualitas yang bagus serta harga yang terjangkau pula.
Sama halnya dengan Julian, saat ini sedang sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di
meja kerjanya. Setelah selesai bertemu dengan kliennya, dia memerintahkan pada asistennya
untuk mengadakan rapat dadakan dengan para karyawannya untuk membahas hasil
pertemuan dengan kliennya tadi pagi.
Rapat dadakan tersebut berlangsung hingga 3 jam lamanya, setelah selesai rapat dengan para
karyawannya Julian kembali ke ruangannya, dan disinilah di ruangan yang hanya dihuni oleh
2 orang sedang fokus meneliti berkas-berkas diatas meja bersama sang asisten ditemani 2
cangkir kopi panas yang di buat oleh sekretaris yang diperintahkan oleh sang asisten bos
perusahan sebelumnya untuk menemani pekerjaan mereka.
Waktu berlalu hampir waktunya makan siang tiba tetapi pekerjaan Julian belum ada tandatanda untuk selesai, tetapi karena waktu makan siang hampir tiba dan dia juga harus menjemput istrinya untuk makan siang bersama dan selanjutnya harus mengantar Shaina
sesuai rencana semalam, maka terpaksa dia harus menghentikan pekerjaannya dan di berikan
kepada sang asisten untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Julian menyuruh asistennya bekerja setelah asisten itu selesai makan siang baru boleh
dilanjutkan. “ Ken, tolong kau urus pekerjaan yang tersisa yang belum sempat aku kerjakan”
ucap Julian pada asistennya yang bernama Kenan.
“ Baik bos.” Jawab Kenan
“ kamu boleh keluar untuk makan siang terlebih dahulu baru kemudian lanjutkan
pekerjaanmu kembali” ucap Julian lagi, dan berjalan keluar dari ruangannya.
“ sungguh bos yang sangat baik hati, tapi kasihan juga bosku itu menikah sudah lama tapi
juga belum mempunyai anak” ucap Ken pelan sembari melihat kearah pintu yang baru saja
dilewati oleh Julian. Dia merasa kasihan juga pada bosnya itu, karena dia tahu bagaimana
usaha dan perjuangan bosnya memiliki anak.
Setelah keluar dari ruangannya dia berjalan dengan terburu-buru mengingat waktu terus
berjalan. Julian masuk dengan tergesa-gesa ke dalam lift yang akan membawanya ke lobby
perusahaan. Sepanjang perjalanan setelah keluar dari lift Julian menelpon Shaina.
“ hallo sayang, sudah sampai dimana?” tanya Shaina
“ Sedang menuju parkiran mobil.” Ucap Julian
“ baiklah, aku akan menunggumu didepan butik.” Ucap Shaina dari seberang telepon
Setelah menelpon istrinya Julian menutup telepon dan kini dia telah tiba di depan mobilnya.
Julian pun masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya untuk menjemput istrinya
di butik. Sebenarnya bisa saja dia menyuruh pegawainya yang bekerja disitu untuk
mengantarkan mobil ke depan perusahaannya.
Entah lupa atau bagaimana, mungkin juga faktor usia sehingga tidak melakukannya dan
malah memilih berjalan hingga ke tempat parkir, mungkin bisa juga faktor keasikan menelfon
istrinya tercinta dan di kejar waktu hingga dia menjelma menjadi karyawan biasa bukan bos
perusahaan.
Padahal tinggal perintah semua langsung tersedia tidak perlu repot-repot berjalan jauh.
Tapi Julian tidak mengingat itu semua, hingga disapa oleh karyawan sepanjang jalan pun dia
tidak merespon sapaan mereka.
Terlihat sebuah mobil mewah keluar dari area perusahan besar Austin group. Didalam mobil
tersebut duduk seorang pria tampan Tak lain adalah Julian Austin yang akan keluar menjemput istrinya untuk makan siang bersama, saking terburu-buru nya Julian secara tak
sengaja menabrak seorang ibu-ibu yang akan menyebrangi jalan menuju mall besar yang
tidak jauh dari perusahannya.
Meskipun sedang terburu-buru saat ini, mau tak mau Julian harus menolong ibu-ibu yang
telah ditabraknya untuk dibawah ke rumah sakit terlebih dahulu. Apalagi waktu turun dari
mobil untuk melihat ibu yang ditabraknya. Sudah banyak orang yang berkumpul
mengerubungi ibu yang masih tergeletak diatas jalan.
Julian menghampiri ibu yang tergeletak dijalan, dilihatnya ibu dengan keadaan kepala yang
mengeluarkan banyak darah dan juga tangan kirinya yang memprihatinkan, sepertinya
tangannya patah serta kedua kakinya tergores aspal jalan, kedua lututnya juga mengeluarkan
banyak darah tetapi anehnya ekspresi ibu itu sepertinya biasa saja tidak merasakan sakit
ketika seseorang mengalami kecelakaan.
Padahal keadaannya hampir saja mati tertabrak, mungkin karena tuntutan kehidupan, hingga
beliau menahan rasa sakitnya, mungkin bagi ibunya orang miskin dilarang keras untuk sakit
karena dalam pikiran mereka hanya ada pikiran bagaimana caranya untuk tetap bertahan
hidup.
Menghiraukan ekspresi ibu itu yang terlihat biasa saja, Julian segera meminta tolong kepada
bapak-bapak yang sedang mengerubungi ibu tersebut untuk diangkat dan di masukan ke
dalam mobilnya untuk dibawanya ke rumah sakit.
Dengan ditemani 2 orang bapak yang masuk ke dalam mobil untuk memangku ibu yang
ditabraknya, dengan satu orang memangku kepala dan yang lainnya lagi memegang kaki ibu
tersebut.
Sesampainya di rumah sakit perawat sudah siap dengan bangkar pasien didepan rumah sakit,
karena sebelum sampai Julian sudah menelepon ke rumah sakit terlebih dahulu. Menerima
telpon dari salah satu orang terkaya tersebut membuat mereka panik sendiri.
Dikira istrinya yang tertabrak padahal orang lain, karena para dokter kenal dengan istri Julian
yang cantik dan baik hati tersebut, karena sudah menjadi pasien rumah sakit tersebut setiap
bulannya, walaupun hanya untuk mengecek kehamilan. Karena gosip sekarang beredar
bagaikan api yang merambat mengikuti arah bahan bakar makanya dengan mudah Shaina
terkenal di rumah sakit tersebut.
Ibu yang di tabrak Julian dilarikan ke IGD untuk dilakukan pemeriksaan, selama
pemeriksaan, selama pemeriksaan berlangsung Julian dan kedua bapak yang membantunya
masih berada didepan ruangan pemeriksaan, mereka menunggu hasil pemeriksaan dokter
pada ibu itu, dan bagaimana keadaannya apa ibu yang belum di ketahui namanya itu selamat
atau tidak, mengingat kondisinya yang sangat buruk itu.
Tak lama setelah itu dokter pun keluar dari ruang pemeriksaan dan segera memberitahu
kepada Julian kalau keadaan ibu itu baik-baik saja dan akan di pindahkan ke ruang rawat.
Julian berterima kasih kepada dokter dan akan pergi untuk mengurus biaya rumah sakit.
Tak lupa juga Julian berterima kasih kepada 2 bapak yang membantu dan menemaninya
hingga pemeriksaan selesai.
Julian menawarkan bantuan kepada mereka untuk diantarkan ke tempat semula tetapi mereka
berdua menolaknya, jadi Julian hanya memberikan mereka ongkos taksi untuk kembali
walaupun dengan paksaan karena pada awalnya mereka menolak, tetapi pada akhirnya
mereka menerimanya, daripada harus naik mobil mewah Julian, mereka memilih naik taksi
ke tempat tinggal mereka.
Setelah urusannya dengan kedua pria itu selesai, Julian berjalan menuju ke bagian
administrasi untuk mengurus biaya pengobatan ibu tersebut. Kembali dari bagian
administrasi Julian menuju keruangan ibu yang ditabraknya, dia akan menemui ibu
tersebut ke ruang rawatnya untuk melihat keadaannya sebelum dia pergi menemui istrinya.
Didalam ruang rawat VIP sudah ad dokter yang sedang memeriksa pasien, ruang tempat ibu
yang ditabrak Julian dirawat, Julian meminta kepada dokter untuk menempatkan ibu itu
keruangan VIP,
“ bagaimana keadaannya dok dan kapan kira-kira pasien akan siuman?” tanya Julian
“ Melihat dari keadaan pasien, paling cepat besok, atau bisa saja besok lusa pasien akan
siuman.” Jawab dokter yang memeriksa Ibu yang ditabrak Julian.
“ Tolong kabari saya dok kalau ibunya sudah siuman.” Ucap Julian
“ baik kami akan mengabari anda jika pasien telah siuman.” balas dokter
Julian pergi dari ruangan itu setelah berbicara dengan dokter tentang keadaan pasien, dia pun
pamit pergi, dan kembali untuk melihat keadaan ibu itu ketika siuman nanti. Julian keluar
dari rumah sakit untuk menemui Istrinya dia sudah menelepon istrinya untuk memberitahu apa yang dialaminya agar istrinya tidak
cemas pada dirinya, dia menelpon istrinya pada saat dalam perjalanan ke rumah sakit. Jadi
Shaina akan tau kalau suaminya akan terlambat menjemputnya, dan acara makan siang
mereka menjadi makan hampir malam.
Sesampainya di butik, Shaina sudah menunggu Julian di depan pos jaga yang ada di depan
butik sehingga mobil Julian mobil Julian tidak perlu lagi masuk kedalam area butik untuk
menjemputnya. Julian membuka pintu mobil dan meminta Shaina masuk.
Shaina masuk dalam mobil, Julian pun menyalakan mesin, dan menjalankan mobilnya
meninggalkan butik depan butik Shaina menuju tempat tujuan, bukan ke restoran tapi
Ketaman untuk makan siang yang tertunda karena kejadian yang menimpa Julian.
Shaina sudah memesan makan siang secara online untuk dirinya dan juga suaminya, setelah
menerima telpon dari suaminya kalau suaminya itu terlibat kecelakaan dan tidak bisa
menemani Shaina untuk makan di restoran favorit Shaina karena harus mengantar korban ke
rumah sakit.
Kalaupun mereka bisa pergi, pasti tidak akan mendapatkan tempat direstoran tersebut untuk
makan, saking banyaknya orang yang datang makan direstoran tersebut.
Namanya restoran bintang, restoran favorit Shaina, karena makanannya enak, suasana
nyaman, serta terdapat pemandangan yang indah di pandang, restoran yang kiri dan kanannya
terdapat taman bunga hingga membuat Shaina betah lama-lama di situ.
Shaina merasa restoran itu mirip dengan rumahnya yang banyak di tanami bunga, sedangkan
di belakang restoran terdapat kebun yang ditanami berbagai jenis buah dan sayur sehingga
terkadang hasil panen biasanya akan dipakai pemilik restoran untuk digunakan di restorannya
sendiri.
Pengunjung juga bisa menikmati buah segar di restoran tersebut karena terdaftar dalam menu
yang ditawarkan yaitu buah-buahan segar tergantung buah yang bisa dipanen dan didaftarkan
dalam menu khusus restoran.
Biasa jam makan siang restoran bintang dipenuhi dengan pembeli sore hari dan yang
terlambat untuk datang makan siang biasanya tak akan mendapatkan tempat duduk, daripada
menunggu lama jika makan direstoran yang padat pengunjung, Shaina lebih memilih makan
di taman bersama suami, sambil mengenang masa lalu
Beberapa waktu berlalu mobil Julian sampai di tempat parkir Sebuah taman yang luas dan indah. Setelah Julian memarkirkan mobilnya, dia pun keluar dari mobil dan mengajak Shaina menuju taman. Dengan Shaina yang menenteng makanan yang dipesannya untuk mereka berdua, sedangkan Julian memegang sesuatu sebagai alas untuk mereka berdua duduk.
Mereka berdua memilih duduk di bawah pohon besar dan rindang, Julian menggelarkan alas yang Julian pegang di bawah pohon yang menjadi tempat mereka berdua akan makan bersama. Shaina kemudian membuka makanan yang dia pesan dan membukanya dan menaruh semua makanan itu di atas alas yang mereka buka. Mereka berdua pun mulai memakan makanan itu dengan tenang sembari ditemani angin sepoi-sepoi.
Karena sekarang masih waktu jam sibuk kerja sehingga taman tempat mereka berada sekarang sepi tidak ad seorang pun selain mereka berdua, taman yang mereka datangi biasa akan ramai pada waktu sore hari dan pada saat weekend, dan akan sangat dipadati pengunjung pada saat hari libur.
Setelah mereka selesai makan, Julian dan Shaina membersihkan sampah bekas makanan mereka dan mengisi sampah kembali ke kantong bekas yang sebelumnya diisi makanan pesanan mereka, kemudian Shaina berjalan ke arah tempat sampah yang tak jauh dari tempat mereka berada, sedangkan Julian melipat kembali alas yang mereka pakai untuk duduk.
Ketika keduanya telah selesai Julian dan Shaina kembali ke mobil mereka untuk melanjutkan perjalanan kerumah orang pintar yang sudah menjadi rencana awal mereka hari ini, walaupun waktunya sudah sedikit molor dari waktu rencana mereka.
Mobil Julian membelah jalanan kota N yang tidak begitu banyak kendaraan yang berlalu lalang karena masih dalam jam kerja sehingga jalanan tidak terlalu macet. Jika mereka berdua perginya pada waktu pulang kerja pasti jalan yang mereka lewati sekarang akan padat dengan kendaraan dan akan menyebabkan kemacetan parah. Mengingat itu semua sehingga mereka berdua memilih pergi pada waktu selesai makan siang biar nanti pulangnya tidak terlalu malam ketika kembali.
Dalam perjalanan Shaina dan Julian terlibat pembicaraan kecil diantara. Perjalanan ditemani dengan Shaina yang mulai bertanya kepada Julian.
" Sayang, bagaimana keadaan ibu yang kamu tabrak tadi siang, apakah ibu itu baik-baik saja?" Tanya Shaina
" Iya, ibunya sudah baik-baik saj." Jawab Julian
" Sebelum aku menemui kamu, aku memastikan keadaan ibu itu terlebih dahulu pada dokter yang memeriksanya." Ucap Julian lagi
" Baguslah jika ibu itu baik-baik saja." Ucap Shaina menghela nafas lega
" Tetapi ibunya belum sadar, kata dokter paling cepat besok atau bisa besok lusa baru ibu itu siuman, jadi nanti aku akan kembali lagi ke rumah sakit untuk melihat ibu itu." Lanjut Julian
" Aku akan menemanimu kerumah sakit jika kau mau kesana lagi, bolehkan aku menemanimu?" Tanya Shaina
" Boleh sayang, kita tunggu saja kabar dari rumah sakit, baru kita kesana, mereka akan menghubungi aku ketika ibu itu sudah sadar nanti." Jawab Julian
Mobil suami istri itu masih di dalam perjanan. Tujuan mereka kesebuah daerah paling timur kota N. Perjalanan mereka memakan waktu hampir 2 jam lebih untuk sampai ke tempat tujuan mereka. Waktu terus berlalu kini mereka telah sampai di depan sebuah rumah sederhana yang tidak terlalu besar tetapi bersih dan rapi.
Julian melihat alamat rumah didepan mereka apakah alamatnya sama atau tidak dengan alamat yang diberitahukan oleh pegawai yang ada dirumahnya, setelah mencocokkan alamat rumah didepan dengan alamat yang sudah ditulis diatas kertas yang dipegangnya yang ternyata cocok, barulah Julian mematikan mesin mobilnya.
" Akhirnya kita telah menemukan rumahnya, jadi tidak perlu lagi kita berkeliling mencari alamatnya lagi." Ucap Julian
" Iya sayang, kita tidak perlu repot-repot bertanya kepada orang lain lagi, ayo sayang kita turun." Ucap Shaina bersemangat
Julian mengajak Shaina turun dari dari dalam mobil. Setelah keduanya keluar turun, Julian menggandeng tangan istrinya untuk bersama menuju ke rumah di depan mereka. Sampai di depan pagar rumah mereka masuk begitu saja karena pagar rumah itu tidak digembok, mereka berdua lanjut jalan menuju pintu rumah, sampi di depan pintu Julian mengetok pintu rumah sederhana itu
"Tok tok tok, permisi, apakah ad orang dirumah?" Suara Julian mengetok pintu rumah itu
"Iya, siapa?" Jawab suara dari dalam rumah
Tak lama pintu rumahpun dibuka dari dalam oleh pemilik rumah sederhana tersebut, mereka berdua dipersilahkan masuk kedalam rumah oleh pemiliknya.
Ketika mereka berdua sudah berada didalam rumah, dan menjelaskan apa yang menjadi tujuan mereka bertamu kesana kepada seorang bapak yang tadi mempersilahkan mereka masuk.
"Maaf pak, sudah mengganggu waktunya." Ucap Julian tak enak hati ketika selesai menjelaskan tujuan mereka menemui bapak itu
" Tidak apa-apa, tidak masalah, saya senang bisa membantu tuan dan istri." Jawab bapak pemilik rumah
" Terimah kasih untuk bapak yang mau mendengarkan permintaan kami, kami permisi pulang dulu, sekali lagi terimah kasih." Ucap Julian mengucapkan terima kasih dan berpamitan kepada bapak pemilik rumah
" Iya sama-sama." Ucap bapak itu tersenyum
Selesai berpamitan kedua suami istri keluar dari dalam rumah. Julian dan Shaina keluar melewati pagar dan berjalan menuju mobilnya untuk kembali kerumah mereka, sebelum mereka ke mobil tak lupa Julian mengucapkan terima kasih kembali kepada bapak pemilik rumah yang juga ikut mengantarkan suami istri itu kembali ke mobil mereka, tetapi hanya sampai sebatas depan pagar rumah. Julian dan Shaina masuk kedalam mobil dan meninggalkan rumah itu.
" Kalian akan sangat beruntung jika kalian memberikan banyak cinta padanya dan juga menyayanginya dengan tulus. Akan tetapi semua itu tergantung dari kalian sendiri, bagaimana cara kalian memperlakukan dirinya." Ucap bapak itu sambil tersenyum kecil.
Dia memandangi mobil pasangan suami istri itu yang telah hilang di persimpangan jalan, kemudian dia berbalik memasuki halaman rumahnya, setelah menutup pagar dia berlalu dari situ dan menuju rumahnya dengan eksepsi seperti sedang menerawang ke masa depan.
" Semoga keputusan yang kami ambil nanti sudah benar, maaf hanya itu yang bisa kami lakukan untukmu agar tetap aman, semoga kelak kau bahagia bersama mereka." Ucap bapak itu sambil menghela nafas berat dan seperti orang yang sedang dalam keadaan tidak mempunyai pilihan lain lagi untuk melakukan sesuatu. Dia menghela nafasnya sekali lagi di depan pintu, kemudian dia memilih masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rumahnya.
Didalam mobil Julian saat ini tidak ada pembicaraan apapun di antara mereka berdua dan hanya ada suasa hening diantara mereka berdua. Mereka berdua diam dengan pikiran mereka masing-masing, dan itu berlangsung selama pelajaran pulang mereka, kurang lebih hampir 3 jam mereka dalam perjalanan pulang, kini mereka telah sampai di depan gerbang rumah mereka. Gerbang di buka oleh pak beny setelah mendengar klakson mobil dari tuannya.
Ketika sampi depan rumah mereka, Julian dan Shaina pun turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Shaina memilih turun terlebih dahulu tanpa menunggu Julian membuka pintu untuknya.
Brak!
Pintu mobil ditutup oleh Shaina yang sudah lebih keluar dari mobil. Julian yang melihat hanya diam tidak berbicara apapun, hanya bisa menghela nafas pelan. Julian tak ambil pusing dengan sikap istrinya sekarang ini, dia memilih turun dari mobil dan menyusul Shaina ke dalam rumah.
Mereka masuk rumah langsung ke lantai dua menuju ke kamar mereka untuk bersih-bersih. Karena tak lama lagi waktu makan malam. Sebelumnya Julian sudah menyerahkan kuncinya mobil kepada pegawainya untuk memakirkan mobil ke tempat garasi rumahnya, begitupun dengan Shaina yang menyuruh bibi May untuk menyiapkan makan malam mereka seperti yang diperintahkan untuknya.
Setelah mereka berdua bersih-bersih, keduanya turun untuk makan malam. Setelah selesai makan mereka kembali lagi ke kamar mereka berdua. Didalam kamar Shaina tidak bisa tidur karena mengingat perkataan bapak yang tadi mereka datangi yang dikenal sebagai orang pintar di daerah itu.
" Sayang aku sangat takut jika sampai tua nanti kita tidak akan pernah bisa merasakan bagaimana mempunyai anak." Ucap Shaina pada Julian yang berada disampingnya
"Apakah kamu tidak mendengar perkataannya, kalau kita harus bersabar, karena kita pasti akan memiliki anak jika kita bersabar sedikit lagi, kita berdua juga harus berusaha lagi. Kamu mau kan bersabar sedikit lagi dan berusaha lagi?" Tanya Julian
" Itu pasti aku lakukan, tapi mau sampai kapan kita harus bersabar,,, Aku takut kalau keluargamu akan memisahkan kita, karena sampai sekarang aku belum juga memberikan cucu pada mereka." Ucap Shaina pada suaminya. Julianpu berjanji pada Shaina sampai kapanpun itu tidak akan pernah terjadi
Akhirnya setelah pembicaraan panjang kali lebar suami istri itu yang berakhir dengan Julian yang berkali-kali meyakinkan Shaina tentang dia yang tidak akan pernah meninggalkannya. Setelah puas dengan apa yang di ucapkan dan janji dari suaminya. Pembicaraan berakhir dan mereka memilih tidur dengan berpelukan untuk menghadapi hari esok dan hari-hari selanjutnya yang menanti mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!