"...Untuk apa fungsinya mata, jika kau lebih
percaya dengan apa yang kau dengar..."
Ucu Irna Marhamah
***
Regar dan Shica memasuki rumah. Mereka melihat Ratna menyajikan makanan ke meja makan dan Ridan duduk sambil membaca koran.
"Kalian baru pulang? Tumben pulang terlambat," kata Ratna. Wanita cantik berambut panjang itu memperhatikan kedua anaknya dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Tadi Shica beli nasi goreng didekat terminal. Dia juga memaksaku untuk makan disana," gerutu Regar.
Shica mencubit lengan kakaknya. Regar meringis kesakitan. Ratna terkejut.
"Tidak.. Tidak.. Kalian tidak boleh makan makanan yang ada dipinggir jalan, itu tidak sehat, tidak boleh." kata Ratna sambil menggerakkan telunjuknya.
Lagi-lagi Shica mencubit lengan kakaknya. Regar menyikut lengan adiknya karena kesal sedari tadi mencubitnya terus.
"Mama, biarkan saja. Mereka tidak setiap hari 'kan makan dipinggir jalan." kata Ridan menengahi. Dia melipat korannya dan menyimpannya diatas meja.
"Tidak bisa, nanti jadi kebiasaan. Uang saku kalian cukup untuk makan dirumah makan atau direstoran," kata Ratna.
Ridan menghela napas panjang. "Kalian berdua cuci tangan kemudian duduk dan kita akan makan bersama." kata Ridan.
Shica dan Regar saling pandang, kemudian mereka berlalu ke wastafel dapur dan mencuci tangan mereka.
Regar dan Shica saling mencipratkan air.
"Regar, Shica, jangan main-main." seru Ratna dari ruang makan.
Regar dan Shica tertawa kecil. Mereka kembali ke ruang makan.
Regar duduk disamping Ridan dan Shica duduk disamping Ratna.
Ratna melepaskan kedua kepang rambut pendek Shica kemudian mengkuncirnya ke belakang.
"Mama, aku bisa melakukannya sendiri, aku bukan anak kecil" gerutu Shica.
"Diamlah, kau selalu bandel gadis muda." kata Ratna kemudian melepaskan kacamata Shica.
"Wah, Gadis kecil Mama sudah dewasa, ya." kata Ratna melihat wajah Shica yang begitu mirip dengannya.
Ridan dan Regar tersenyum.
"Kenapa Ma? Apa aku cantik seperti Mama?" tanya Shica semangat.
Ratna mencubit kedua pipi putrinya.
"Aww.. Sakit Mama." gerutu Shica.
"Itu dia, ada jerawat disana. Kamu jatuh cinta?" goda Ratna.
"Ah Mama, aku tidak jatuh cinta. Jerawat ini datang karena aku sedang dalam masa puber." gerutu Shica.
"Ah kamu yakin?" goda Ratna. Shica mengangguk. Kemudian dia mengambil tempe goreng kesukaannya.
"Eh, minum dulu. Jangan langsung makan." gerutu Ratna sambil mengambilkan segelas air untuk Shica.
Shica menghela napas pelan lalu menerima gelas itu dan meminumnya.
"Terimakasih," kata Shica sambil tersenyum dipaksakan.
"Sama-sama, sekarang makanlah." kata Ratna.
Mereka menyantap hidangan tersebut dengan lahap.
Hari mulai malam.
Shica sedang mengerjakan PR nya. "Kurikulum baru 'kan tidak ada PR, tapi kenapa masih saja ada PR. Hhh menyebalkan," gerutu Shica.
Terdengar pintu kamarnya diketuk. Shica menoleh kearah pintu.
"Siapa? " tanya Shica.
"Ini saya Non.. Darmi," jawab wanita paruh baya diluar ruangan.
"Oh iya Bi, silakan masuk" kata Shica.
Wanita paruh baya itu memasuki kamar Shica sambil membawa nampan. Ada segelas susu coklat dan sebotol kecil obat tablet.
"Kata Nyonya, Nona Rastani harus minum obat," kata Darmi.
Ya, seperti yang Regar bilang, nama asli Shica itu Rastani, Shica itu nama panggilannya.
"Emm Bibi jangan memanggilku dengan nama Rastani.. Itu terlalu kuno.." bisik Shica.
"Ehehe.. Baiklah Nona Shica, ini silakan" kata Darmi.
"Ini obat apa Bibi?" tanya Shica.
"Kata Nyonya, Itu obat anti jerawat " jawab Darmi.
Shica memutar bola matanya. "Terimakasih, Bi." kata Shica sambil mengambil segelas susu coklat dan obatnya.
"Permisi, Non." kata Darmi kemudian berlalu pergi.
"Mama ada-ada saja," gumam Shica. Dia menyalakan televisi dan melihat acara kecantikan.
Shica melepas kacamatanya.
"Mereka cantik sekali," gumam Shica.
Sementara itu, Regar melewati kamar Shica. Dia mendengar suara musik yang begitu keras dari dalam kamar Shica.
"Kenapa dia menyalakan musik dengan keras sekali malam-malam begini," gerutu Regar.
Dia mengetuk pintu kamar Shica. Tidak ada respon.
Regar membuka pintu kamar Shica. Dia mendapati Shica sedang berjalan ala model dengan rambut tergerai dan make up tebalnya.
Regar tertawa terbahak-bahak. Shica terkejut. Dia menoleh melihat keberadaan kakaknya.
Shica menatap kesal pada Regar.
"Ada apa denganmu, Shica? Kau kerasukan?" tanya Regar tanpa berhenti tertawa.
"Kenapa huh! " gerutu Shica sambil melipat kedua tangan didepan dada.
"Kau.. Kau.. Hahaha" Regar tidak melanjutkan kata-katanya karena dia tidak bisa berhenti tertawa.
Shica menautkan alisnya. Dia mendorong Regar keluar dari kamarnya.
"Mengganggu saja, pergi sana!" gerutu Shica kemudian menutup pintu kamarnya lalu mencucinya.
"Hahaha.. Aduhh.. Perutku sakit," ringis Regar sambil menyentuh perutnya.
"Berhenti tertawa! Kau bisa mati karena serangan jantung!" seru Shica dari dalam kamar.
Seketika Regar berhenti tertawa. Dia pun berlalu sebelum Shica berubah pikiran.
Hari mulai pagi.
Regar masih berpetualang dipulau bantalnya. Shica memasuki kamar kakaknya. Dia mengendap melihat kakaknya masih tertidur dengan posisi tengkurap.
Shica tersenyum geli. Dia naik ke ranjang kemudian menindih tubuh kakaknya.
"Banguuunnnn! Sudah pagiiii!" teriak Shica ditelinga Regar.
"Berisik!" gerutu Regar sambil menutup kedua telinganya dengan bantal.
"Bangun!" teriak Shica. Sambil mengguncangkan tubuh Regar. Shica turun dari ranjang dia menarik bantal dari telinga Regar dan mencubit pipi Regar.
"Kakak bangun ini sudah hampir jam tujuh!" kata Shica.
Regar bangkit dan mengucek matanya. Dia menatap adiknya dengan kesal.
Shica masih mengenakan piyama tidurnya.
"Kau sendiri belum bersiap-siap " gerutu Regar.
"Emm.. Aku di suruh Mama untuk membangunkan kakak," jawab Shica.
"Aku akan segera menyusul," kata Regar.
Shica tersenyum kemudian berlalu.
Regar menghela napas bosan. Dia memilih untuk turun dari ranjang kemudian ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, dia bersiap-siap dengan seragam yang melekat ditubuhnya tidak lupa dia membawa ranselnya.
Dia bergegas menuruni tangga. Ratna menyajikan makanan ke meja. Darmi membantunya.
Ridan membaca koran di temani secangkir kopi di depannya. Shica yang sudah rapi dengan seragamnya membenarkan kepangnya.
Regar duduk di samping Ridan. "Pagi, Pa, Ma, Shica, Bibi.." sapa Regar.
"Pagi, Tuan muda." jawab Darmi.
Ridan dan Ratna menatap heran pada Regar.
Regar tidak mengerti dengan tatapan kedua orang tuanya itu.
Darmi berlalu ke dapur. Ratna duduk di samping Shica. Mereka pun memakan sarapan mereka.
"Regar, ada apa denganmu?" tanya Ratna.
"Memangnya ada apa, Ma? Apa ada yang salah?" tanya Regar.
"Kau tahu hari ini hari apa?" tanya Ratna.
"Ini hari jum'at," jawab Regar.
"Sejak kapan jum'at jadi bertambah dua hari? " tanya Ratna.
"Hufftt" Ridan menahan tawanya.
Regar melirik Ridan.
"Maksudnya? " tanya Regar.
"Adikmu berhasil menipumu lagi, Regar. Ini hari sabtu." kata Ratna.
Shica dan Ridan tertawa lepas. Regar mendengus kesal.
"Tapi 'kan kakak harus tetap bangun pagi. Kakak harus mengantarku ke sekolah 'kan kak, SMP liburnya hanya hari minggu sementara kakak liburnya hari sabtu dan minggu. Sungguh tidak adil." gerutu Shica.
"SMP belajar delapan atau sembilan jam sehari sementara SMA bisa sepuluh sampai sebelas jam sehari. Siapa yang tidak adil? " gerutu Regar.
"Aku malas menghitung. Ayo, aku bisa terlambat, kak." kata Shica sambil meminum segelas susu coklatnya.
"Aku harus ganti baju dulu," Regar menggerutu kesal.
Shica tertawa.
By
_Ucu Irna Marhamah_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Katsuo Januar
mencuci pintu.... 🤣🤣🤣🤣🤣 harusnya mengunci astaga thorrrrr.... 😋
2021-06-26
0
Evi Marena
😂😂😂😂 Regar di kerjain Mulu sama adiknya 🤣🤣
2019-08-12
7
jungkook
minum susu sama obat? ya obatnya ga bereaksi dong?
2019-06-14
15