Don't Leave Me
"... Matahari tidak pernah bertemu dengan bumi.. Matahari tidak pernah mendekati bumi.. Namun matahari senantiasa memancarkan sinarnya untuk kehangatan bumi.. Cinta bukan tentang jarak dan waktu saja, tapi Cinta juga adalah kepercayaan dan kenyamanan pada saat jarak membentang diantara kita.. "
Ucu Irna Marhamah
***
•••Shica Mahali•••
Aku merasa seberkas cahaya memasuki kamarku dan menyilaukan mataku yang masih tertutup. Perlahan kubuka kedua mataku. Terlihat pangeran tampan itu berdiri di jendela besar kamarku. Dia menyingkap tirai jendela kamarku sehingga memudahkan cahaya sang mentari menembus kaca jendela dan menyilaukan mataku.
Aku mengerjap beberapa kali.
"Bangun putri tidur, sampai kapan kau akan tertidur? Sekarang waktunya pergi kesekolah. Atau SMP lagi libur, ya?" tanya pangeran tampan itu.
Ah tidak!
Dia bukan pangeran tampan. Aku mengenali suara menyebalkan itu. Itu suara Regar, kakakku.
Aku mendengus kesal kemudian kembali merebahkan tubuhku ke kasur dan menutupi sekujur tubuhku dengan selimut hangatku.
Terasa ada beban disampingku. Mungkin kakaku duduk disana. Terasa tangan kakakku bergerak menarik selimutku dan selanjutnya kurasakan serangan yang menggelikan.
Dia menggelitik area pinggangku. Oh, aku tidak tahan sekali.
Aku menahan kedua tangannya.
"Kakak! Aku sudah bangun!" teriakku. Kakakku menangkup wajahku.
"Kenapa bangun terlambat? Biasanya kau yang membangunkanku!" katanya kemudian menyentil dahiku.
"Kakak," aku menggerutu sambil menyentuh dahiku yang nyeri akibat ulahnya.
"Kakak lupa? Ini hari apa?" tanyaku.
"Ini hari dimana kau harus berangkat ke sekolah," jawab kakakku.
"Ini hari minggu kak." kataku.
Kakakku tampak berpikir.
"Benarkah? Ehehehe.. Maaf, aku mengganggu tidurmu, ya." kata kakakku sambil membelai lembut kepalaku.
Aku cemberut kesal.
Dia pun berbaring di sampingku. "Kalau begitu, aku juga mau tidur lagi," kata Kakak.
Aku tersenyum kemudian merebahkan tubuhku disampingnya.
Terdengar pintu kamarku terbuka.
"Shica! Regar! Ini jam 7! Saatnya ke sekolah!" teriak wanita cantik yang tidak lain adalah Mamaku, Ratna Mahali.
"Apa! Tapi Ma, Shica bilang ini hari minggu." gerutu kakakku.
Aku tertawa terbahak-bahak. Kakak menoleh kearahku dan mengernyit bingung.
Mamaku menggeleng pelan.
"Kamu dibodohi adik kamu," gerutu Mama.
Kakak melirik kesal padaku. Aku terkekeh kecil. Setelah sedikit berdebat dengan kakakku, aku dan kakakku segera mandi kemudian sarapan pagi bersama orang tuaku.
Setelah itu aku pergi kesekolah dengan berjalan kaki. Kenapa aku suka jalan kaki? Itu karena aku mau mengurangi berat badanku.
Nama singkatku Shica Mahali, aku anak kedua dari ayahku Ridan Mahali dan ibuku Ratna Mahali.
Aku sekarang kelas dua SMP. Ya, aku berbeda dua tahun dengan kakak laki-lakiku yang tampan itu. Nama kakakku adalah Regar Mahali sekarang dia kelas satu SMA.
Aku bersekolah di tempat yang sama dengan kakakku dulu waktu dia kelas tiga SMP dan aku kelas satu SMP.
Fisikku tidak terlalu cantik dan bisa dikatakan aku gemuk, berkacamata bulat dan besar, kulitku tidak terlalu putih.
Bayangkan betapa culunnya aku, kan? Meski aku culun, aku orangnya temperamen. Ya, itu warisan dari ibuku yang galak, sama seperti Regar kakakku.
Aku tidak terlalu cerdas, aku menyukai semua mata pelajaran kecuali matematika.
Menurutku, matematika membuat otakku bekerja empat kali lipat dari pelajaran lain.
Itu sangat menjengkelkan.
Itulah sekilas diriku yang culun.
Berbeda dengan Regar kakakku yang sangat tampan dan seorang captain volly. Dia sangat kuat, berani dan menjadi kebanggaan teman-temannya.
Banyak gadis-gadis yang menginginkannya. Padahal aku sendiri tidak menyukainya karena galak dan pemaksa.
Aku dan kakakku cukup akrab, meski terkadang ada pertengkaran kecil diantara kami.
Tapi aku tahu kakakku sangat sayang kepadaku.. Begitupun aku sangat menyayangi dia.
Tiiiiinnn!!!
Suara klakson motor kakakku yang sengaja dia bunyikan didepanku.
Aku yang baru berjalan beberapa langkah dari rumahku sangat kesal.
"Apa-apaan kau kakak!" aku menggerutu.
"Ayolah nona pemarah, ikut denganku. Memangnya siapa yang bisa menolak ketampananku?" rayu kakakku sambil menyeringai tampan.
"Aku mau jalan kaki, Kak." aku menjawabnya sambil melanjutkan langkahku, namun dia kembali melajukan motornya dan menghalangi jalanku.
"Shica, kalau kau berjalan berkilo-kilo meter dari sini ke sekolah, bisa-bisa kakimu patah." ledek Regar kakakku.
"Baiklah," aku menurutinya karena aku tidak mau berdebat dengan kakakku yang galak itu.
Aku menaiki motor sport hitamnya. "Bagus, ayo!" dia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
"Kakak! Kau gila! Mau mengirimku ke akhirat!" teriakku.
Terlihat senyum nakalnya dari spion. Aku meremas jaket hitam yang dia kenakan.
Sesampainya di sekolah, dia mengerem mendadak hingga kepalaku bebenturan dengan helm yang dia kenakan.
"Aww, beraninya kau!" aku menggerutu sambil memukul pundaknya. Dia hanya menyeringai tampan. Aku menuruni motor besarnya. Kedua lututku rasanya masih gemetar karena dia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Semua gadis yang melihat seringaian kakakku itu terpaku dengan ekspresi mengerikan. Mungkin mereka terpesona melihat kakakku.
"Belajar yang serius ya, adikku sayang." goda orang gila itu sambil membelai lembut rambutku.
Dia pun melajukan motornya menjauh dari sekolahku.
Akupun memasuki SMP Negeri 1 Nusa Bangsa yaitu sekolahku.
Aku punya beberapa teman. Aku memang kurang suka bergaul dengan teman-teman yang lain.
Aku periang di rumah dan suka jahil juga. Tapi di sekolah aku pendiam dan jarang bicara.
Aku melihat beberapa temanku lewat, mereka menyapaku saat kami berpapasan. Aku merespon mereka dengan senyuman kecil.
Tiba-tiba aku bertabrakan dengan seseorang yang bertubuh lebih tinggi dariku.
Aku mendongkak menatapnya, dia siswa bertubuh tinggi tegap dengan mata sekelam malam. Mata yang sangat tajam namun begitu Indah dan sayu.
Aku merasa tenggelam melihat matanya.
Tunggu!
Aku rasa, aku kenal dia, tapi dimana? Aku juga pernah bicara dengan dia. Tapi kapan?
Dia menatap tak suka terhadapku. "Kau tidak lihat! Padahal kau pakai kacamata sebesar itu!" ledeknya.
Aku yang notabenenya temperamental sangat kesal mendengar itu, tapi kutahan. Mana mungkin aku marah-marah di sekolah, kan.
"Maaf," kataku setengah menggertak. Dia menatapku dengan tajam.
"Kau tidak terdengar tulus mengatakan itu," sindir laki-laki didepanku ini.
Aku berlalu, tapi dia dengan gesit menarik lenganku.
"Berani sekali kau mengabaikanku!" katanya terdengar seperti kesal.
"Apa maumu? Lepaskan tanganmu dariku!" kataku mencoba memberanikan diri. Dia menyeringai menakutkan.
"Minta maaf di kelasku!" katanya penuh penekanan dengan tatapan penuh kebencian juga.
"Apa kau bilang? Aku tidak mau! Itu memalukan!" kataku dengan nada menggerutu.
"Cepat!" tanpa perasaan dia menarikku ke kelasnya yang bertuliskan VII-B.
by
_Ucu Irna Marhamah_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Semangat 💪💪💪
2022-01-06
0
🎶🎶💞🎶🎶
top
2021-05-02
0
ѕєιηdαн sєηjα
top
2021-05-01
0