"..Semua yang berlalu telah menjadi kenangan
Dan seakan ku lupakan karena ku tak sejalan.. "
***
Jam menunjukkan pukul 14.25. Bell Sekolah Menengah Pertama Nusa Bangsa berbunyi empat kali menandakan waktunya pulang.
Beberapa siswa dan siswi keluar dari gerbang. Mereka terlihat begitu senang karena pelajaran telah berakhir. Saatnya menghabiskan waktu bersama keluarga.
Ada juga yang murung. Mungkin lelah karena pelajaran yang yang menguras otak dan tenaga.
Begitu pun dengan Shica. Dia termasuk siswi yang terlihat senang dan riang saat keluar melewati gerbang SMP.
"Daah Shica" kata Dera.
"Dah Dera" sahut Shica sambil tersenyum bahagia.
"Daaahh" seru temannya yang lain.
"Daaahh semua " sahut Shica sambil tersenyum riang. Kemudian dia duduk dibangku taman di dekat gerbang.
Raihan keluar dari sekolah. Ekspresinya terlihat begitu murung.
Shica yang melihat keberadaan Raihan tersenyum sinis.
"Kau jadi dikeluarkan dari sekolah, Raihan? " ledek Shica.
Raihan menoleh ke arah Shica. Dia menautkan alisnya kesal.
"Tentu saja tidak.. Dan jangan sebut namaku.. Telingaku gatal mendengarmu menyebut namaku" kata Raihan sambil menggaruk-garuk telinga kirinya.
"Apa kau bilang! Mataku gatal melihat tingkahmu yang sok kegantengan.. Dasar menyebalkan " gerutu Shica.
"Matamu gatal bukan karena aku tapi karena teropong besarmu" gerutu Raihan.
"Menyebalkan!!! " Shica akan mencakar wajah Raihan. Tapi Raihan meraih kedua tangan Shica.
"Hei apa yang kau lakukan.. Kau mau memperkosaku, aku teriak sekarang " ancam Raihan.
"Apa? Aku memperkosa mu? Dasar laki-laki aneh kau! Yang ada laki-laki yang memperkosa perempuan.. Jangan-jangan mau yang mau melakukannya padaku! " gerutu Shica.
"Yang benar saja! Aku? Memperkosamu? Yang ada aku mati rasa, bodoh" gerutu Raihan.
"Dasar gila! Kau gila! Lalu kenapa kau memegang tanganku, gila!!" bentak Shica.
Raihan melihat kedua tangannya yang memegang kedua tangan Shica.
"Itu karena kau mau mencakar wajahku " gerutu Raihan sambil melepaskan tangan Shica.
Mendapatkan kesempatan itu, Shica mendorong dada Raihan dengan cukup kuat membuat Raihan tersungkur ke tanah.
"Hahaha!! Rasakan, gila!! " ledek Shica kemudian berlari meninggalkan Raihan yang kesal sekali.
"Bodoooooohhhhh!!! Gadis aneh!!!!!" teriak Raihan.
Raihan menatap punggung Shica yang semakin menjauh.
Raihan mendengus kesal.
Sementara itu, Shica sudah sampai di terminal. Seperti biasa dia akan menunggu Regar disana.
Dia pergi ke bilik telepon. Dia memasukkan koin kemudian menekan nomor yang dia tuju.
Dia meletakkan gagang telepon itu ditelinganya.
"Halo kak"
"Halo.. Shica.. " jawab Regar yang sedang kumpul dengan teman-temannya di klub.
"Kakak mau jemput aku tidak? Kalau tidak, aku mau naik taksi saja" gerutu Shica.
"Aku akan menjemputmu, sebentar ya.. Aku akan kesana.. Kau dimana? " tanya Regar.
"Di terminal.. Dalam sepuluh menit harus sudah disini.. Aku mulai menghitung ya.. " kata Shica.
"Eh tunggu -tunggu.. Kau pikir aku Marc Marquez, aku tidak bisa membawa motor secepat itu " gerutu Regar.
"Kakak, jarak SMAmu dengan terminal cukup dekat.. Kau akan sampai dalam 7 menit dengan kecepatan sedang" gerutu Shica.
Regar terdiam. Shica tidak tahu kalau kakaknya sedang berkumpul di klub.
"Kau tunggu saja ya.. Aku akan segera kesana.. Aku sedang di rumah sakit.. Temanku sedang sakit" bohong Regar.
Shica terkejut. Dia merasa bersalah karena menuntut kakaknya. "Apa? Emm.. Maaf kak.. Aku tidak tahu.. Aku pikir kakak masih di SMA.. Iya kak aku tunggu " kata Shica dengan nada menyesal.
'Maaf.. Maafkan aku yang berbohong, Shica' batin Regar. "Iya.. Tunggu ya.. Aku sudah di tempat parkir " kata Regar.
"Iya kak, sampai jumpa "
Shica menutup teleponnya. Dia pun keluar dari bilik telepon dan duduk dibangku terminal.
Dia melihat ada gerobak nasi goreng didekat terminal. Shica memegang perutnya yang melilit.
"Lapar sekali" gerutu Shica. Dia pun bangkit dari duduknya kemudian menghampiri penjual nasi goreng itu.
Seorang wanita muda yang usianya sekitar tiga puluh tahunan. Dia tampak lihai memainkan spatula mengaduk nasi goreng.
Tercium aroma khas yang menyeruak memenuhi Indra penciuman Shica.
"Halo dek, mau berapa bungkus, sayang? " tanya wanita cantik itu.
Shica tersipu malu. Karena sedari tadi dia berdiri saja disana.
"Ehehehe.. Saya beli satu piring ya kak" kata Shica.
"Iya.. Tunggu sebentar ya.. Silakan duduk" kata penjual nasi goreng itu dengan ramah.
"Oh iya.. Terimakasih kak" kata Shica. Dia pun duduk di meja yang tersedia disana.
Beberapa menit dia menunggu.
Motor sport hitam Regar terhenti didepan terminal. Shica melihat keberadaan kakaknya.
Dia melambaikan tangannya kearah kakaknya.
Regar menoleh. Dia pun memarkirkan motornya di pelataran toko matrial.
Regar pun menghampiri Shica dan duduk di sampingnya.
"Apa yang kau lakukan disini, Shica? " bisik Regar.
"Kau pikir apa kak.. Aku lapar " bisik Shica.
"Kita ke restoran.. Jangan ke tempat seperti ini.. Makanan nya tidak terjamin higienis " bisik Regar.
"Kakak.. Percayalah.. Makanan pinggir jalan itu lebih lezat dari makanan restoran " bisik Shica.
"Kak.. Saya pesan satu lagi ya" kata Shica pada penjualnya.
"Iya " jawabnya.
"Tunggu saja.. Kakak pasti suka " bisik Shica.
"Huaahh" Regar menghela napas panjang kemudian melelapkan kepalanya di bahu Shica.
"Ih apaan sih kak.. Berat tahu" gerutu Shica.
"Ini pesanannya" kata penjual nasi goreng itu sambil menyajikan 2 porsi nasi goreng pesanan Shica.
"Coba kak" kata Shica.
Mereka pun memakan nasi goreng yang masih hangat itu.
"Hmmm.. Lezat sekali kan kak" kata Shica.
Regar tidak menjawab. Dia sibuk dengan nasi goreng nya. Shica tersenyum melihat kakaknya yang lahap sekali.
Shica tahu makanan jenis apapun pasti habis di makan Regar selama Regar dalam keadaan lapar.
Selesai makan, Regar membayar makanan mereka kemudian berlalu.
Mereka berdua berpapasan dengan 3 orang siswi SMA.
"Hai Regar.. Apa yang kau lakukan disini? " tanya salah satu dari mereka.
"Aku.. Aku dari toko membeli sesuatu " bohong Regar. Shica mengerutkan keningnya dan melirik Regar.
"Lalu gadis kecil berkepang dua ini siapa? Kekasihmu? " tanya yang lainnya. Mereka menahan tawa.
Shica tertunduk. Dia tahu mereka bertiga sedang mengejeknya.
Regar merangkul Shica. Shica mendongkak menatap Regar. "Dia adikku.. Adik kandungku.. Namanya Rastani Primantari Sukma Riandhini Dharma Wijaya Kusuma Mahali.. Dia Putri bungsu dari keluarga besar Mahali" kata Regar.
Mereka bertiga saling pandang.
"Emm.. Kenapa tidak mirip? " tanya salah satu dari mereka. Shica menunduk lagi.
"Ya karena kami bukan anak kembar.. Aku mirip Papa dan Shica mirip Mama" jawab Regar.
Mereka bertiga terdiam bungkam seribu kata.
"Ah aku telah menyianyiakan waktuku karena bicara dengan kalian bertiga.. Ayo kita harus pergi" kata Regar sambil mengeratkan rangkulan nya ke bahu Shica.
Regar menaiki motor sport hitam nya. Shica melamun mengingat apa yang dikatakan ketiga siswi SMA tadi.
"Jangan melamun.. Ayo naik" kata Regar. Shica terhenyak. Dia menatap Regar kemudian mengangguk.
Dia menaiki motor kakaknya. Motor itu pun melaju meninggalkan terminal.
Shica memeluk perut kakaknya. Regar tertawa.
"Ada apa denganmu Shica? Tidak biasanya kau manja seperti ini" tanya Regar.
"Aku sayang kakak " kata Shica pelan. Air matanya membasahi pipinya yang bulat.
"Aku tahu.. Aku juga sayang Shica.. Shica jangan bikin drama ditengah jalan dong" kata Regar.
Shica memukul pundak kakaknya. "Aww.. Katanya kau menyayangiku" gerutu Regar.
"Lupakan" gerutu Shica.
By
_Ucu Irna Marhamah_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Ummi Nza
panjang bener nama nya 🤭
2024-03-23
0
Azizach
Itu nama se kecamatan yaa thour d bawa🤣🤣
2023-05-29
0
Ge
Sekaipun aq ortunya ttp gak bakal inget dgn nama panjangnya
2021-11-15
0