*Selamat Pagi :)
•••Shica Mahali•••
Keesokan harinya, aku memilih untuk berangkat ke sekolah. Aku tidak akan menyerah hanya karena satu orang siswa yang menyebalkan.
Aku memilih berjalan kaki karena kakakku yang seorang putri tidur itu, masih setia berada di tempat tidurnya seperti orang yang mati.
Sungguh dia tidak bisa di bangunkan!
Kemarin aku sulit dibangunkan karena aku malamnya aku membaca novel sampai tengah malam. Aku suka sekali dengan novel. Suatu hari aku ingin menulis cerita dan membuatnya menjadi novel lalu aku ingin menerbitkannya. Setiap ada novel terbaru, maka aku pasti membelinya dan membacanya sampai larut malam. Tak peduli besok ada jadwal ulangan atau tidak. Seperti kemarin.
Ya, jadinya aku sulit dibangunkan.
Sementara kakakku, apa yang dia lakukan semalam sampai hari ini dia sulit dibangunkan?
Aku melewati tikungan jalan dan tiba-tiba, sebuah motor berlawanan arah hampir menabrakku.
Aku berteriak saking kagetnya. Namun untung saja motor menyebalkan itu berhenti tepat waktu. Jika tidak, bagaimana nasibku?
Aku menghela napas lega. Aku mendongkak melihat siapa yang berani membuatku jantungan pagi hari begini.
Pandanganku terhenti dan terkejut melihat manik kelam itu lagi. Aku membuang muka karena kesal.
"Hei! Kau lagi! Kau kan pake teropong, kenapa kau tidak lihat! Aku dikejar waktu! Minggir!" bentak laki-laki yang tak lain adalah Raihan. Siswa menyebalkan yang kemarin membully diriku.
"Malah bengong! Minggir!" bentaknya. Aku segera menepi, hari ini aku sedang malas mendebat siapapun. Dengan cepat dia melajukan motornya.
Dikejar waktu? Mau apa dia buru-buru kearah berlawanan dari sekolah? Dan dia juga memakai pakaian rumahan.
Tidak waras!
Aku melanjutkan perjalananku yang tinggal beberapa blok lagi untuk sampai di gedung SMP Negeri 1 Nusa Bangsa.
Sesampainya di sekolah, aku menyapa satpam sekolah, namanya Pak Anwar. Pak Anwar tersenyum padaku. Lalu aku segera membereskan kelas. Karena hari ini adalah jadwalku untuk piket. Aku dibantu teman yang lain yang juga sama jadwal piketnya denganku
Bel berbunyi tandanya pelajaran akan segera dimulai.
Aku keluar dari kelas untuk menjemput guru mata pelajaran yang tadi pagi sudah menyuruhku untuk mengubunginya.
Aku melihat kesekeliling. Aku melihat ada laki-laki bermata kelam itu diluar gerbang. Dia terlihat berbicara pada Pak Anwar disana.
Rupanya dia kesiangan. Dasar murid tak disiplin. Tadi dia bilang dikejar waktu, tapi nyatanya dia terlambat datang ke sekolah.
Pak Anwar, menyadari keberadaanku. Lalu beliau memanggilku.
"Nak kamu kelas VIII-F ya, Apa kamu disuruh Ibu Monica untuk mengambil tugas?" tanya pak Anwar padaku.
Aku mengangguk.
"Kemarilah, saya membawa tugasnya. Tadi beliau menitipkannya pada saya." kata pak Anwar sambil membongkar isi tasnya.
Aku menghampirinya. Sekilas aku mendelik tajam pada Raihan. Raihan menaikkan sebelah alisnya.
"Aduh, Bapak lupa, sepertinya tugasnya ada diruang guru. Tadi bapak lupa mengambilnya dari Bu Monica," kata Pak Anwar.
"Tidak apa-apa Pak, biar saya saja yang ke ruang guru dan mengambilnya." kataku.
"Ah tidak perlu, Bapak lihat tadi kamu habis membereskan kelas, pasti kamu cape. Biar bapak saja, kamu tunggu sebentar disini dan jaga gerbangnya, ya." kata Pak Anwar.
Aku mengangguk. "Baiklah, Pak." jawabku.
Pak Anwar berlalu meninggalkanku dan Raihan. Raihan yang berada diluar gerbang menggedor gerbang.
"Pak Anwar, please Pak buka gehangnya, Pak." teriak Raihan.
Aku menatap kesal padanya. Dia melirik kesal padaku.
"Apa yang kau lihat, huh." gerutu Raihan. Aku menautkan kedua alisku dengan tajam.
"Aku sedang melihat orang tidak waras, dia sedang menggedor gerbang sekolah," jawabku kesal.
Kulihat tangannya mengepal. "Buka pintunya! Aku harus mengikuti pelajaran matematika hari ini!" bentaknya.
Menyebalkan sekali dia!
Dia membentakku!
Minta tolong sambil membentak, memangnya siapa yang mau menolong orang seperti itu.
"Kendalikan dirimu, Raihan Alfarizi, kalau kau serius mau belajar, kenapa datang terlambat?" aku mendengus kesal.
Tersirat kesedihan diwajahnya. Aku mengerutkan keningku. Kenapa dia memperlihatkan ekspresi seperti itu?
Ah dia pasti mau merayuku untuk membuka gerbangnya dengan dramatis.
Aku tidak akan mudah tertipu! Apalagi oleh laki-laki seperti dia.
"Kau tidak mengerti, Nona.. Kau orang kaya. Dan orang kaya sepertimu tidak akan mengerti, tolong buka pintunya " kata Raihan. Kali ini dengan suara yang parau. Sungguh eskpresinya membuatku kasihan padanya.
Sungguh,
Dia terlihat begitu menyedihkan. Apa aku harus menolongnya?
Aku mengambil kunci gembok di meja satpam. Aku menyentuh gemboknya. Baru saja aku akan membuka gemboknya, aku teringat sikapnya yang kemarin.
Jelek?
Bodoh?
Kata-kata menyakitkan itu terngiang lagi dikepalaku. Aku berbalik, tapi Raihan memegang tanganku. Aku menatap tangannya yang menyentuh tanganku.
"Kumohon, jika aku tidak masuk kelas, aku bisa dikeluarkan." pinta Raihan memelas.
Aku menggeleng lalu menautkan alisku kesal. "Ingat yang kau lakukan kemarin padaku? Jika saja kemarin kau tidak bersikap seperti itu padaku, kemungkinan aku akan membuka gerbang ini. Sekarang, lakukan saja sendiri." kataku sambil menepis tangannya dan berbalik pergi.
"Tunggu! Kumohon buka gegangnya!" kata Raihan.
Bisa saja kan dia berakting.
Langkahku terhenti kemudian kembali berbalik menatapnya.
Aku tersenyum sinis. "Sudah kubilang kemarinkan, kau akan memohon padaku. Dan baru saja kau melakukannya." kataku.
Dia tercengang dan tampaknya dia sedang mengingat kejadian kemarin.
"Pikirkan sendiri, bagaimana caramu masuk, Raihan " kataku kemudian berbalik dan meninggalkannya.
Sebenarnya aku merasa bersalah dan kasihan padanya. Tapi jika mengingat kejadian kemarin, aku jadi puas dengan sikapku barusan padanya.
Untuk apa juga aku menolongnya jika dia sudah berlaku buruk padaku.
Kuakui, dendam itu buruk, tapi aku tidak bisa melupakan kelakuannya yang kemarin.
Itu menyakitiku,
Menyakiti perasaanku,
Mentalku,
Selama ini tidak pernah ada yang berani menyakiti perasaanku dengan mengatakan hal-hal buruk seperti itu.
Aku memasuki kelasku. Teman-temanku menoleh kearahku.
Aku duduk dibangkuku. Merenungi apa yang sudah kulakukan tadi.
Apa yang aku lakukan tidak salah, kan?
Seseorang duduk disampingku. Aku menoleh, ternyata Dera.
"Bagaimana, Shica?" tanya Dera.
"Aku tidak tahu.. Mungkin sekarang dia masih diluar " jawabku pelan sambil terbayang ekspresi sedih Raihan dibenakku.
Aku menoleh kearah Dera. Tampaknya dia bingung dengan jawabanku. Tentu saja jawabanku bukan jawaban untuk pertanyaannya.
Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku.
Kenapa aku malah memberikan jawaban konyol. Dia pasti bingung dan tidak mengerti dengan jawabanku. Semoga dia tidak kepo.
"Aku bertanya soal tugasnya," kata Dera.
Aku mengerutkan dahiku. "Tugas?" tanyaku.
"Iya, kau barusan dari bu Monica 'kan mengambil tugas?" tanya Dera dengan tatapan menyelidik.
Skakmat
Aku lupa..
Lalu, aku harus kembali dan menghubungi pak Anwar? Bagaimana jika aku malah bertemu lagi dengan Raihan yang sudah diperbolehkan masuk? Bagaimana jika nanti dia balas dendam padaku?
By
_Ucu Irna Marhamah_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Ade Jawir
Kamu sombong Han... Cm populer gr2 basket aja songong sampe menindas cewe. Rasa in
2020-05-22
2
cici
ko smp
2019-06-20
1
Yenny Fitri
082371198704
2019-06-12
2