".. Tidak ada yang salah antara kau dan aku.. Kau laki-laki dan aku perempuan.. Kau menggunakan logika, sementara aku menggunakan perasaan.. "
Ucu Irna Marhamah
***
•••Shica Mahali•••
Laki-laki yang tak sengaja bertubrukan denganku itu menyeret paksa diriku memasuki kelasnya. Di dalam kelas itu terdapat banyak sekali murid. Aku sangat malu.
Mereka menatap kami. "Dia pacarmu?" ledek salah satu dari mereka pada pria bermata kelam yang menarikku.
"Yang benar saja, mana mungkin si jelek ini pacarku." kata laki-laki yang menyeretku ke kelas ini tentunya membuatku benar-benar sakit hati. Seisi kelas mentertawakan diriku. Kedua mataku sudah memanas.
"Lalu untuk apa kau membawanya ke kelas kita?" tanya yang lain.
"Katakan!" bisik laki-laki itu padaku penuh ancaman.
Aku sangat kesal, malu dan sakit hati. "Aku minta maaf!" kataku cepat, kemudian berlari keluar dari kelas itu.
Namun, laki-laki sialan itu mencengkram lenganku dengan erat dan kasar. Tubuhku terhuyung membentur dadanya.
Demi Tuhan!
Ini menyakitkan!
"Katakan yang jelas, dan ikuti kata-kataku," kata dia.
Aku mengangguk dengan kepala tertunduk dalam.
Pandanganku mulai tidak jelas karena buliran air mataku yang menghalangi iris hazel-ku.
"Aku.." kata laki-laki itu.
"A.. Aku.." aku terpaksa menirunya.
".. Si jelek.."
Aku menahan suara isak tangisku. ".. Si jelek.."
".. Meminta maaf kepada Raihan Alfarizi.."
Akan kuingat namanya seumur hidupku!
".. Meminta maaf pada Raihan Alfarizi.."
".. Kapten voli terkuat.."
Aku tidak mau mengatakannya. Dia mengeratkan cengkramannya.
"Katakan, bodoh!"
"Aku tidak mau!"
"Kenapa!"
"Karena.. Hanya kakakku yang terkuat! Dia kapten voli terkuat! Dia! Hanya dia!" teriakku sambil mendorong dadanya dengan kuat, kemudian aku segera berlari pergi keluar dari kelas tersebut.
Namun naas, kakiku tersandung dan jatuh didepan pintu kelas itu. Aku meringis kesakitan.
Mereka yang melihat kekonyolanku tertawa terbahak-bahak.
Memalukan!
Aku berlari pergi sambil menangis terisak-isak.
"Hei! Kau!" terdengar laki-laki bermata kelam memanggilku. Aku terus berlari.
Mataku terasa perih dan air mataku menetes membasahi pipiku.
Dia menarik ranselku otomatis aku menghentikan langkahku.
"Cup cup cup cup jangan menangis, kau malah terlihat semakin jelek, Nona." ledek laki-laki yang bernama Raihan itu.
"Cukup! Asal kau tahu! Aku akan membalas semua ini! Sombong sekali dirimu. Hanya karena aku tidak sengaja menabrakmu, kau mempermalukanku! Lihat saja, nanti kau akan memohon padaku! Memohon padaku karena aku adalah.." aku tidak mau melanjutkan kata-kataku.
Aku mendengus kemudian berbalik meninggalkannya.
"Lakukan saja, untuk apa aku memohon padamu, jelek." ledeknya lagi.
"Aku benci padamu! Benci kau! Raihan Alfarizi!" aku berteriak didepan wajahnya. Ekspresinya berubah sendu. Namun aku tidak peduli.
Aku memejamkan mataku kemudian segera berlari memasuki kelasku yang bertuliskan VIII-F diatas pintu.
Sontak teman-teman kelasku menatap heran padaku.
Aku melipat tangan diatas meja dan melelapkan kepalaku kesana. Aku menangis tanpa suara. "Shica, apa yang terjadi?" tanya seseorang.
Perempuan itu berusaha melihat wajahku. Aku mengalihkan pandanganku dan menggeleng pelan. Aku kesal sekali pada laki-laki berkulit gelap dan bermata kelam itu.
Aku bertekad untuk tidak akan pernah memaafkannya sampai kapanpun.
Aku bukanlah orang munafik. Ya, aku pendendam!
Raihan Alfarizi..
Raihan Alfarizi..
Akan kuingat namamu..
Hari sudah menjelang sore, aku pulang dan memasuki kamarku. Kamar dengan cat biru gelap dan putih yang mendominasi ruangan ini.
Tidak ada siapapun dirumahku.
Ayahku ke kantor, ibuku memantau butik dan restorannya.
Sedangkan kak Regar, tentu saja dia masih di sekolah. Dia biasa pulang sore. Kadang meski waktunya pulang, dia tidak akan pulang dulu ke rumah.
Mungkin dia pergi ke klub voli atau berkencan. Entahlah dimana kakakku itu.
Aku merenung di tepi ranjangku yang berukuran queen size. Aku mengambil buku harianku, lalu mulai menulis. Menulis semua yang terjadi hari ini. Lalu aku menggambar. Ya, aku suka menulis dan menggambar. Aku menggambar wajah menyebalkan si Raihan. Tak lupa aku menambahkan dua tanduk setan dikepalanya.
Aku tertawa melihat hasil karyaku. Kata-kata si Raihan itu terus terngiang dikepalaku.
Apa aku benar-benar sejelek itu. Aku memberanikan diri menatap pantulan diriku dicermin.
Aku memang terlihat konyol, tapi juga tidak sejelek itu.
Ingin sekali aku mematahkan leher orang jahat itu.
Kreeek
Terdengar pintu kamarku terbuka. Aku menoleh, memastikan siapa yang masuk. Ternyata Regar, kakakku. "Kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu?" aku bertanya sambil menggerutu.
"Shica, kenapa matamu?" dengan segera dan penuh kecemasan dia menghampiriku dan mengabaikan ucapanku sebelumnya.
Kadang kakakku itu memperhatikanku, menghawatirkanku, dan membuatku kesal. Namun kali ini sepertinya dia akan marah.
"Jawab aku!" katanya dengan nada tinggi dan terlihat kemarahan dimatanya.
Sudah kubilang, dia akan marah.
Bukan kemarahan untukku pastinya, tapi untuk seseorang yang membuatku seperti ini.
"Kakak.." kataku berusaha lembut padanya agar tidak marah.
"..apa aku jelek?" sambungku memastikan dia tidak marah.
Greeeppp
Aku terkejut karena kak Regar memelukku. "Kau cantik Shica, hanya saja kau harus lebih feminim," katanya lembut.
Aku membalas pelukan kakakku. "Memangnya siapa yang berani mengatakan itu!" gertaknya sambil melepaskan pelukan dengan kasar. Kak Regar menatapku serius.
Aku terdiam.
Dia makin terlihat marah "katakan! Siapa! Kenapa dia berani mengatakan itu padamu dan menantang maut datang lebih cepat!" geramnya.
Sejujurnya aku takut melihatnya seperti itu. Aku ingin sekali bilang pada kak Regar. Tapi aku takut mengatakannya. Aku mengalihkan pandanganku darinya.
Aku takut.
Melihat ketakutanku, kak Regar membelai kepalaku. "Maaf Shica, aku terbawa emosi." katanya dengan nada menyesal.
Aku menghela napas berat kemudian mengangguk pelan. "Dengar, lebih baik kau berubah saja agar kau terlihat lebih cantik," kata kak Regar sambil menangkup wajahku.
Aku menatapnya.
Kak Regar melepaskan kacamata yang kupakai. Lalu dia menatapku.
"Jika aku bukan kakakmu, aku pasti mencintai dirimu," kata kakak dengan gombalnya. Aku mencubit pipi kakakku. "Kakak genit sama adik sendiri," kataku menggerutu.
"Daripada aku genit sama perempuan lain, nanti kamu sama marah lagi, kamu 'kan cemburuan," kata kakak. "Ih! Apaan sih, Kak." kataku menggerutu.
"Jangan pakai lagi kacamata ini.. Aku akan membelikanmu softlens. Tapi kamu harus janji akan memakainya, ya." kata kak Regar.
"Tapi kak, aku gak mau pake softlens. Aku mau pake kaca mata aja. Softlens 'kan perih" gerutuku kesal.
"Ah baiklah, tapi kamu janji, kalo dia jahatin kamu lagi, lapor ke kakak, ya." kata kak Regar.
Aku mengangguk semangat. Kak Regar tersenyum kemudian merentangkan tangannya.
Aku memeluknya dengan erat.
"Love you brother"
"Love you too, sister"
By
_Ucu Irna Marhamah_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Sherly Azzallea
di sini apa nggak ada tokoh rama author....kan rama bukannya meninggal waktu shica sma...
2020-12-22
0
Lilis Effendi
senengnya punya kk cowok yg kyak gitu
2020-12-17
0
Sabarina Sitepu
rayhan kelas vii sdg sica kelas viii ya thor....
2020-10-22
0