Kakak Ku Ternyata Pangeran Vampir
"Myr! Kakak pangeran mu tuh, datang! Duh.. enaknya yang punya Kakak seganteng itu..!"
Nama ku Myrtle Adelain. Biasa dipanggil Myrtle. Usia ku kini adalah 16 tahun. Dan aku duduk di bangku kelas 2 SMA HighClass yang terfavorit di kota tempat ku tinggal saat ini.
Di samping ku Miranda tampak begitu antusias saat menatap kedatangan lelaki tampan yang disebutnya sebagai Kakak Pangeran ku tadi. Sahabat baikku itu memang selalu begitu. Dia termasuk salah satu fans berat nya Kak Rayn, Kakak Pangeran ku.
Nama pangeran itu sebenarnya hanyalah gelar semata yang disematkan oleh orang-orang kepada kakak sepupu jauh ku yang begitu menarik perhatian dengan ketampanan nya yang sungguh tak manusiawi.
Maksud ku, ada gak sih lelaki yang setampan Kak Rayn, sampai-sampau bisa membuat semua wanita yang melihatnya langsung mematung saking terpukau oleh ketampanannya?
Terkecuali aku tentunya.. Karena aku jelas sudah terbiasa melihat Kak Rayn, mungkin. Jadi efek ketampanannya itu tak terlalu berpengaruh buat ku.
"Kalau gitu, aku balik dulu ya, Nda! Jumpa besok!" aku berpamitan kepada Miranda, yang hingga kini masih juga terpukau diam di bangku nya. Begitu juga dengan teman wanita di kelas ku.
"Myrt.. Kita pulang sekarang?" ajak Kak Rayn, dengan suaranya yang ngebass.
Untuk sesaat, aku sempat terpukau juga oleh suaranya yang bass tadi. Maksud ku, sepanjang enam belas tahun hidup ku ini, aku hanya pernah mendengar suara se bass dan sedalam milik Kak Rayn.
Entah ia sengaja menyuarakan suaranya hingga terdengar menggoda (menurut ku). Atau memang suara Kak Rayn sudah seperti itu dari dulu. Tapi intinya, aku selalu suka setiap kali mendengarnya bicara.
Aku pun mengangguk singkat, tanpa berlama-lama menatap mata Kak Rayn.
Alasannya klise. Karena aku akan merasa gugup setiap kali bertatapan lama-lama dengannya.
Kami lalu berjalan bersama melewati lorong sekolah. Sementara di sekitar kami, para siswa dan guru lainnya juga sedang berjalan menuju gerbang sekolah.
"Siang, Pak Rayn!" sapa salah satu siswa, yang ku ketahui adalah adik kelas ku.
Kak Rayn hanya memberi anggukan singkat pada siswi tersebut. Meski begitu, siswi itu tampak senang sekali usia menerima anggukan dari Kak Rayn.
Oh ya, Kak Rayn juga termasuk ke dalam jajaran guru yang mengajar di SMA HighClass ini. Ya. Dia adalah seorang guru. Guru olahraga lebih tepatnya lagi.
Ini seharusnya menjadi fakta yang mengganggu ku. Namun kenyataannya tidak sama sekali.
Karena entah kebetulan atau tidak, Kak Rayn tak mengajar olahraga di kelas ku. Ia hanya mengajar siswa kelas satu saja. (Beruntungnya mereka..)
Yang membuat ku merasa tak nyaman adalah, kebiasaannya untuk selalu datang ke kelas ku demi menjemput ku pulang. Ya. Kak Rayn selalu saja melakukan hal itu. Dan ini sungguh emmbuat ku merasa sangat malu.
'Kenapa malu sih, Myr? Kalau aku sih jelas bakal senang banget dijemput sama Kakak mu yang tampan itu!' itu adalah celoteh Miranda pada suatu ketika.
Tapi jelas, pemikiran Miranda itu tak bisa untuk diterima oleh pemahaman ku.Maksud ku, Siapa juga yang mau terseret jadi pusat perhatian siswi se antero sekolah, hanya dikarenakan mempunyai Kakak guru setampan Kak Rayn?
Belum lagi gunungan surat cinta yang garus ku antarkan kepada Kak Rayn. Dan itu berasal dari semua siswi yang mengaku sebagai fans nya itu. Hu uh! Ini sungguh melelahkan sekali.
"Kamu capek, Myrt? Mau ke Mixue dulu?" tanya Kak Rayn tiba-tiba saat kami baru tiba di area parkir.
Kak Rayn lalu mengeluarkan motornya dari parkiran. Kemudian memberi kode kepada ku untuk segera naik di jok belakang nya.
Aku pun bergegas naik. Namun tak menjawab pertanyaan Kak Rayn tadi. Jadilah akhirnya ia mengulang lagi pertanyaannya.
"Myrt, kamu mau mampir dulu ke Mixue?"
"Enggak deh, Pak! eh,, Kak!"
Aku menepuk pelan mulut ku sendiri, atas keteledoran ku dalam memanggilnya Pak tadi.
Syukurlah Kak Rayn tak marah. Ia tampaknya menyadari sesuatu dari sikap malas ku saat ini.
"Kamu lagi haid ya?" tanya Kak Rayn langsung, tanpa disaring.
Terperanjat kaget saat mendengar pertanyaannya. aku pun spontan menepuk kencang bahu Kak Rayn.
"Bisa gak sih, kalau ngomong tuh disensor dulu? Risih tahu!" Aku mengomeli Kak Rayn dengan berani.
Sikap asli ku kepada Kak Rayn memang biasnya selalu blak-blakan seperti itu. Walau Kak Rayn tak tahu juga mungkin, kalau sebenarnya aku juga sering merasa gugup saat ada di dekatnya. Seperti sekarang ini. Jantung ku sedikit berdegup lebih cepat saat mencium aroma vanila yang menguar dari parfum yang ia kenakan.
"Sorry.. Jadi langsung pulang aja nih?" tanya Kak Rayn lagi.
"Iya.." jawab ku singkat dan padat.
Kami akhirnya langsung pulang ke rumah kami.
Sebenarnya itu adalah rumah Kak Rayn. Karena aku bukanlah adik kandungnya yang sebenarnya.
Aku hanya seorang yatim piatu yang ikut tinggal bersama keluarga Kak Rayn. Karena ibu dari Kam Rayn adalah sepupu jauh dari mendiang ibu ku.
Jadilah sejak bayi aku diasuh oleh Keluarga Tante Manik. Dan telah terbiasa hidup dnegan Kak Rayn dan juga mendiang adiknya, Zaletta.
Sayangnya, terjadi kecelakaan dua tahun lalu. Dan dalam kecelakaan itu kedua orang tua Kak Rayn beserta adik satu-satunya itu harus meninggal di tempat. Meninggalkan Kak Rayn dan aku berdua saja kini.
Ini mulanya adalah hal yang mudah untuk ku lalui. Maksud ku, aku tak merasa canggung karena harus tinggal berdua saja dnegan Kak Rayn yang terpaut usia tujuh tahun lebih tua dari ku itu.
Pada mulanya seperti itu..
Namun kini, entah kenapa aku jadi sering merasa gugup setiap kali berada dekat dengan Kak Rayn. Hanya saja aku masih bisa menutupinya dnegan sikap ku yang terbuka dan blak-blakan itu.
"Tunggu sebentar ya. Hari ini biar Kakak yang masak buat kamu, Myrt. Kamu mau makan apa?" tanya Kak Rayn, setibanya kami di rumah.
"Mm.. mie seduh?"
"Lagi..? Kamu udah makan mie kan semalam?"
"Nasi goreng?"
"Oke. nasi goreng. Pakai telor kan?"
"Iya.. Eh, tapi Myrtle yang buat telor ceplok nya deh. Kak Rayn masak nasi gorengnya aja," usul ku kemudian.
"Oke. Tapi ganti baju dulu, sana!"
"Iya.. Kakak juga sana!"
Selanjutnya kami pergi ke kamar masing-masing untuk berganti baju. Setelah aku selesai berganti baju dengan dress pink sepanjang lutut, barulah aku pergi lagi ke dapur. Fi sana Kak Rayn sudah sibuk memotong bawang merah.
Aku oun kemudian hendak mengambil telor yang ada di kulkas. Hanya saja langkah ku terhenti oleh suara dering bel di depan rumah.
Ding. Dong!
"Ehh? ada tamu? siapa ya.."
Biar Kakak yang tengok itu siapa, Myr. Kamu tolong lanjutin masak telor nya ya!"
Aku pun menyaksikan Kak Rayn pergi menjamu tamu entah siapa itu. Sementara aku lanjut memasak telor ceplok.
Setelah selesai menggoreng telor, aku menyadari kalau Kak Rayn belum muncul lagi usai menjamu tamu. Akhirnya, aku oun menyusul pergi ke ruang tamu. Namun tak ku lihat Kak Rayn ataupun tamu siapapun itu di ruang tamu.
"Pergi ke mana ya. Kak Rayn? Kok gak bilang-bilang dulu sih?"
Saat aku hendak kembali ke dapur, tanpa sengaja pandangan ku menangkap ada ceceran darah di dekat pintu masuk.
"Eh..? Darah apa ya itu?"
Ketika ku amati lebih dekat, nyatanya ceceran darah itu terus memanjang hingga ke depan kamar Kak Rayn yang tak tertutup sempurna.
Karena dilanda rasa penasaran, akhirnya aku oun mengintip ke dalam kamar nya. Dan, apa yang ku lihat fi dalam sana sungguh membuat ku ketakutan setengah mati.
Di atas kasur, Ku lihat seorang wanita sedang duduk mengang kangi pinggang Kak Rayn. Posisi Kak Rayn saat itu setengah rebahan dan setengah bersandar ke kepala kasur.
Yang membuat ku ketakutan setengah mati adalah, saat ku lihat wanita itu tampak seperti sedang mencium leher Kak Rayn. Hanya saja begitu aku mengamati baik-baik, sebuah taring kecil dengan lumuran darah terlihat keluar dari mulut Kak Rayn yang sedikit terbuka.
Dan yang paling mengerikan adalah, bahwa saat itu mata Kak Rayn berubah jadi merah menyala, mirip seperti vampir saja!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments