Kontrak Darah

'A..apa itu?! Kenapa Kak Rayn punya taring dan.. dan.. berlumuran darah begitu?!!' pikiran ku mulai kacau usai melihat pemandangan mengerikan di dalam kamar Kak Rayn.

Sayang nya aku kurang beruntung, karena kelakuan ku itu langsung disadari oleh Kak Rayn dan juga wanita berambut hitam panjang yang sedang menung ganginya.

Dalam sedetik saja, Kak Rayn tahu-tahu telah bangun dan berdiri tepat di hadapan ku. Kecepatannya dalma bergerak itu sungguh telah mengejutkan ku. Sehingga tanpa sadar, mata ku pun membulat lebar ka rah nya.

"Myrt! Kenapa kamu di sini?!" tanya Kak Rayn dengan nada mengancam.

Aku pun langsung mencicit ketakutan dan melangkah mundur menjauhinya. Namun secara tiba-tiba saja leher ku sudah ditahan oleh seseorang hang berdiri di belakang ku.

"Gadis ini memang merepotkan sekali, Rayn. Bagaimana kalau.."

"Jangan! Jangan berani kau menyakitinya, Cell! Lepaskan Myrtle!" titah Kak Rayn terdengar sangat marah.

Sementara itu, aku langsung saja menoleh ke samping, untuk melihat wajah wanita yang sedang menahan leher ku. Dan aku kembali dibuat terkejut. Karena ternyata yang sedang menawan ku saat ini adalah wanita yang sesaat tadi masih berada di dalam kamar bersama Kak Rayn.

"Cih.. Kau terlalu bersikap lunak kepadanya, Rayn. Berhati-hati lah. Vamp yang lain bisa menganggap itu sebagai kelemahan mu, tahu!" tegur wanita itu menasihati Kak Rayn.

Meski aku tak terlalu mengerti dnegan perbincangan Kak Rayn dan juga wanita asing itu. Namun aku cukup mengerti kalau wanita yang berdiri fi belakang kus aat ini itu jelas tak menyukai ku. Mungkin karen kak Rayn tampak membela ku sesaat tadi.

Detik berikutnya, wanita itu mendorong ku ke depan. Sehingga aku pun langsung jatuh ke dalma pelukan Kak Rayn.

Bugh!

"Kamu gak apa-apa, Myrt?" tanya Kak Rayn tampak cemas ke arah ku.

Aku sendiri langsung bergidik ngeri kala melihat adanya sedikit darah di bagian mulut Kak Rayn. Sementara taring yang sempat ku lihat pada beberapa waktu lalu itu kini telah raib entah ke mana.

Aku hanya terdiam menatap ngeri selama beberapa waktu saja. Inginnya sih ku bawa kaki ku lari menjauh dari sosok Kak Rayn dan juga wanita sinis tersebut. Namun lengan ku masih dipegang erat oleh kakak sepupu jauh ku itu.

"Darah.." ku dengar wanita asing itu kembali bicara.

"Huh?" Kak Rayn lalu memandang wanita itu dengan tatapan bertanya.

"Kau masih memiliki sedikit darah di ujung bibir mu itu, Rayn. Gadis itu sepertinya mulai ketakutan melihat mu! terang wanita itu kembali.

Dan pernyataannya itu memang tepat sekali. Karena aku benar-benar ketakutan saat ini.

Rasa lapar yang ku rasakan sekitar setengah jam yang lalu pun langsung raib dan bertukar dengan ketakutan yang mencekam di kalbu.

Selanjutnya ku lihat Kak Rayn tergesa-gesa mengelap ujung bibir nya dengan lengan baju nya. Sayangnya aku masih bisa mengingat jelas warna dan kengerian dari darah di mulut Kak Rayn sesaat tadi.

'Apa aku sedang bermimpi? Tapi kenapa mimpi ini terasa begitu nyata sekali.?' benak ku pun bertanya-tanya sendiri.

"Ini gara-gara kamu, Cell!" Ujar Kak Rayn terlihat begitu kesal.

"Heheheh.. Memang nasib mu saja yang sedang apes, Rayn. Kalau gitu, sebaiknya aku pergi saja dulu. Kau, bereskan saja gadis kecil itu sendiri ya? Ingat pesan ku ini, Rayn. Kita tak bisa menyembunyikan keberadaan nya lama-lama,"

"Ya.. ya.. aku tahu, Cell. Diam lah! Pergi sana!"

Wanita yang dipanggil Cell itu hanya menyengir saja. Kemudian ia berjalan menuju pintu depan rumah dan berlalu pergi.

Akan tetapi, tepat sebelum sosoknya menghilang dari muka pintu, aku sempat mendengar Cella berkata lagi.

"By the way, thank's ya untuk darahnya! Darah mu memang yang paling manis di antara semua lelaki peliharaan ku, Rayn! Ahahahhahaa!"

"Cih! Vamp itu benar-benar.." gerutu Rayn sambil menatap sebal ke arah pintu.

Setelah kepergian Cella, perhatian Rayn pun akhirnya kembali kepada ku.

Deg. Deg.

Jantung ku pun langsung cepat berpacu.

Tanpa sadar, kaki ku malah kembali melangkah mundur. Namun Rayn mengikuti pergerakan ku.

Lelaki itu juga maju melangkah. Sehingga jarak di antara kami tak bertambah jauh. Bahkan malah jadi lebih dekat. Karena kini posisi ku sudah menempel ke tembok di belakang ku. Sementara Rayn mengurung tubuh ku di antara kedua lengannya yang kekar itu.

"Myrt, kita jelas perlu ngomong sekarang!" ujar Kak Rayn dengan tatapan serius.

Glek..

Tiba&tiba saja aku merasa nervous sekaligus juga takut.

"Ngo..ngomong apa, Kak..Rayn?" cicit ku balas bertanya.

"Tentu saja tentang apa yang barusan kamu lihat, Myrt. Jangan oura-pura lupa deh!" tukas Kak Rayn.

"Ee.. Gimana kalau Myrtle pura-pura lupa aja? Myrtle anggap gak pernah lihat kejadian tadi gimana..Kak?" tanya ku begitu memelas.

"Hh.. Sayang nya itu sepertinya bukan opsi yang ideal, Myrt. Kita jelas harus duduk ngobrol dulu. Ayo, kita ngobrol dulu di dalam kamar Kakak?" ajak Kak Rayn seraya menarik tangan ku untuk masuk ke dalam kamar nya.

Melihat ke dalam kamar Kak Rayn, benak ku langsung aja teringat pada kejadian di menit-nenit sebelumnya. Yakni ketiak aku menyaksikan Kak Cella menung gangi Kak Rayn di sana.

Mengingat itu, anehnya ada perasaan lain di benak ku selain juga rasa takut dan juga terkejut. Perasan itu membuat bagian bawah perut ku jadi terasa tak nyaman. Lebih ke perasaan kesal dan marah juga malah.

Dan tampaknya Kak Rayn menyadari keengganan ku untuk masuk ke dalam kamar nya. Sehingga ia pun mengubah arah jalan kami menjadi ke ruang tamu.

"Duduklah dulu, Myrt!" titah Kak Rayn begitu memaksa.

Aku langsung mengambil posisi duduk yang bersebrangan jauh dari Kak Rayn. Dan Kak Rayn tampak tak menyukai pilihan ku itu.

Aku tak perduli. Yang penting aku merasa lebih aman bila berjauhan darinya seperti ini.

"Jadi.. Sebenarnya kakak itu.." Kak Rayn pun memulai ceritanya.

Akan tetapi aku buru-buru memotong perkataannya. Ini dikarenakan aku yang terlalu takut untuk mendengar fakta di balik apa yang baru saja kus kasikan sesaat tadi.

"Tunggu sebentar! Mm.. Gini aja deh, Kak! Gimana kalau kita anggap apa yang terjadi sebelumnya di kamar Kak Rayn itu adalah mimpi? Jadi kita gak usha bahas soal itu lagi dan tetap lanjut bersikap seperti biasa?" aku oun mengusulkan ide ku.

"Memangnya kamu bisa bersikap biasa nanti ke aku, Myrt? Yakin, kamu gak bakal pergi sejauh-jauhnya dari ku nanti. hah?" cecar Kak Rayn menuding ku dengan begitu tepat.

Ya. Pada mulanya emang begitulah niat ku. Aku berencana untuk pergi jauh dari rumah ini, untuk menghindari Kak Rayn dan juga rahasia menyeramkan yang disimpannya.

Sayang sekali niat ku itu begitu mudah diketahui olehnya.

'Ciih.. sekarang niat ku udah ketahuan. Terus gimana cara ku bisa kabur dari sini..?' gumam batin ku nelangsa.

"Jangan berpikir untuk kabur deh, Myrt. Karena ke mana pun kamu pergi, aku gak bakal biarin kanu jauh-jauh dari ku!" Ancam Kak Rayn terdengar begitu lugas.

"??!!! Ke..kenapa begitu?!" aku pun melayangkan protes.

"Karena bagaimana pun juga, kamu itu kan tunangan ku, Myrt!"

"Hah?!! Tunangan? sejak kapan?! Siapa juga yang mau tunangan sama Kak Rayn?!" protes ku langsung sambil berdiri dari posisi duduk ku.

"Sejak kanu dilahirkan ke dunia ini. Dan tentu saja kamu yang jadi tunangan ku, Myrt. Kita sudah terikat kontrak darah. Jadi, kamu gak bisa mutusin hubungin ini begitu aja!"

"Kon..kontrak darah?! Kontrak macam apa itu?!!" tanya ku begitu berang kepada Kak Rayn.

***

Terpopuler

Comments

Herawati Savanna

Herawati Savanna

baru mampir

2023-06-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!