Dalam pelukan Mas Bintang, dalam dekapan lengan kokohnya yang erat, kami bergerak mundur, sampai punggungku menyentuh dinding. Melangkah masuk ke dalam kamarku.
Aku juga menginginkan dirinya. Amat sangat menginginkannya. Jelas saat itu aku mendapati diriku begitu mendambakan sentuhan seorang pria. Rasa yang sekian lama tak pernah lagi hadir, kini tiba-tiba meluap dalam hasrat dan gairah. Kubalas ciuman pria itu tanpa ragu. Kutelusurkan tanganku ke helaian rambutnya, dan tangannya bergerak ke bawah, ke tulang leherku.
Aku tak bisa berhenti, terus menciumnya. Mencicipinya. Menyentuhnya. Dan tanganku meraba-raba dengan bebas dinding-dinding yang membentuk otot di dadanya yang bidang.
Sesaat kemudian, Mas Bintang menghentikan ciumannya, lalu mencium leherku, membuatku merinding. Ia menyentuh titik sensitif di bagian bawah telingaku, dan lututku goyah. "Oh... Mas," tak kuasa, aku mendesa*, lalu dia membenamkan gigi-giginya untuk satu *sapan kuat di tengkuk leherku. "Eummmmmmm...."
Nikmat. Ia melakukannya hingga jiwa kanibalnya terpuaskan, dan di saat yang bersamaan, ia melepaskan kancing-kancing kemejanya dan menanggalkan kemeja itu hingga kulitnya terpapar di hadapanku, membuatku terpana.
Dia pria yang seksi. Kedua bahunya berotot, perut rata, dan dengan rambut-rambut halus menghiasi dadanya yang bidang. Lebih dari itu, ia seorang pria dengan kecerdasan yang cemerlang, wajah tampan yang berkarisma, sikapnya yang bijak, dan dia seorang pekerja keras, bagaimana bisa Mentari menyia-nyiakan pria yang nyaris sempurna seperti Mas Bintang?
"Please...?" Dia hendak menanggalkan dress dari tubuhku.
Wajahku merah padam. Aku mengangguk. "Ya," kataku.
Dalam sekejap dress-ku pun tertanggal.
"Ayo." Dia mendekapku erat-erat, menarik kami ke arah tempat tidur, menjatuhkan diri ke sana. Ia menarikku ke atasnya, kakiku mengait kakinya sementara ia menelusurkan satu tangan dengan lembut ke wajahku. "Kamu bulan purnama yang terindah dalam hidupku," ucapnya, kemudian ia menenggelamkan tangan ke dalam helaian rambutku, menarikku untuk satu ciuman lain, menyatukan bibir kami lagi, dan kali ini kami berdua semakin tersesat, tanpa kendali. Dengan mudah ia membuatku terbaring dan ia berada di atasku. Menindihku dengan keseluruhan berat tubuhnya. Kami berciuman untuk waktu lama. Meluma* dan menyesap. Namun rasa laparku terhadap dirinya tak dapat terpuaskan. Ia menggoda ujung bibirku, dan kubuka mulutku untuknya.
Bebas. Dengan liar lidahnya menjelajahi kerongkonganku. Dan dalam waktu bersamaan, tangannya turut bergerak aktif menanggalkan sisa-sisa pakaian yang melekat di tubuh kami, hingga kami berdua telanjan* sepenuhnya.
"Sangat cantik," gumamnya. "Sempurna." Dia menatap tubuh polosku dengan penuh kekaguman. "Sungguh, betapa sempurnanya dirimu."
Aku tersenyum karena pujiannya. Kemudian dengan perlahan ia bergeser ke bagian samping pandanganku, perlahan-lahan menciumi sepanjang sisi wajahku, turun sampai ke leherku dan membenamkan lagi taringnya ke tengkuk leherku. Dan akibat perlakuannya itu, darah di pembuluh darahku mendidih. Aku mengeran* keras dan kupeluk ia erat-erat. Persis di saat itu tangannya menelusur ke bawah, membelai pangkal pahaku dan membuka diriku untuknya. Aku merinding.
"Aku menginginkanmu, Bulan. Seutuhnya," ia berbisik.
Aku tak mampu menjawab. Napas kami saling beradu ketika ia membebaskanku dari taringnya. Sambil menatap ke dalam mataku, Mas Bintang mengangkat pinggul dan memosisikan dirinya. Dia telah siap di ambang pintu kehangatan itu.
"Sekarang?"
Ya Tuhan, dia menatapku dengan penuh hasrat, dan seribu tanda tanya untuk satu pertanyaan yang tak terucap, untuk izin dan permohonan, penuh harap. Membuatku terbakar oleh rasa malu. Aku mengangguk.
Namun ia masih ingin memastikan bahwa apa yang akan terjadi bukanlah keinginan sepihak. Tapi ia menggodaku dengan menekankan seinci dirinya ke dalam diriku. Dengan pertahanan, ia berkata, "Aku menginginkan ini. Dan hanya akan kulakukan jika... kamu pun menginginkannya. Katakan, Bulan?"
Lagi, aku mengangguk. "Ya. Lakukanlah, Mas."
Dan ia tersenyum. Lalu...
Oooooh....
Dia masuk perlahan, dan mataku terpejam, merasakan setiap inci seorang Bintang di dalam diriku, menikmati sensasi dari sebuah penyatuan yang telah lama tak pernah lagi kurasakan. Aku meresapi... betapa hangat momen ini, dengan debaran-debaran yang membahagiakan, dan... kegagahannya. Ia penuh di dalamku. Terbenam sempurna di kedalaman inti jiwaku. Membuatku melayang. Betapa nikmat rasa ini. Membuai dan memabukkan.
"Ssssh... ya Tuhan...!" Mas Bintang *endesah tak tertahan. "Ini luar biasa," bisiknya. "Rasamu nikmat, membuatku tergila-gila. Kamu memiliki aroma yang memikat, dan kamu... begitu hangat. Demi Tuhan, Bulan, aku merasa hangat di dalam dirimu. Kamu tidak hanya cantik, kamu wanita yang sempurna. Aku tidak bisa... tidak bisa mencegah diriku. Aku ingin menggilaimu. Aku ingin...."
Ouch! Mulutku terbuka, menganga dengan napas tercekat ketika pria itu tiba-tiba mengangkat pinggul dan menghentakkan diri kuat-kuat kepadaku. Menekanku. "Mas...! Mas Bintang!" tak urung aku *endesah, menyerukan namanya. "Oh...."
"Apa sakit?"
Tentu tidak. Ini terlalu nikmat. Bahkan... rasanya... karena lama hidup menyendiri tanpa sentuhan, aku merasa....
Kau tentu tahu apa maksudku. Rasanya seolah di dalam sini mengalami penyempitan -- begitu sempit untuk diselami. Yeah, begitulah. Itu yang kurasakan setelah lebih dari dua tahun dalam kekosongan.
Aku menggeleng, tersipu dengan wajah merona merah. "Tidak. Tidak sakit," sahutku pelan, menahan senyuman. Lalu Mas Bintang mengerti akan rona merah itu. Dan senyum malu-malu itu. Ia mengecup bibirku sekali lagi untuk memulai kembali kegilaan kami malam itu.
"Kamu suka?" kembali ia bertanya dalam bisikan.
Tapi...
Kali ini ia tak menungguku untuk menjawab, atau memberiku kesempatan untuk menjawab, bahkan ia tak memberiku kesempatan untuk tersipu. Hanya kesempatan untuk mengeran*, untuk menjerit karena nikmat, untuk mengekspresikan diri dalam kebebasan. Dalam kegilaan. Dan aku liar bersamanya....
"Oh!" Dia menghentakkan diri kembali. Menghunjamku dengan gila, membabi buta. Membuatku *endesah, *endesah, *endesah hingga terengah-engah. "Ya Tuhan, Mas! Oh... Mas...! Mas...!"
Dia membuatku menjerit sejadi-jadinya.
Sungguh, ini momen gila yang teramat manis. Begitu panas dan liar. Derit ranjang berdentam-dentam menghantam dinding. Suara-suara yang terlepas dari kabut nafsu terus menggema: geraman, *rangan, dan *esahan yang terus berbalas. Pria tangguh itu membuatku menjerit keras tatkala ia kembali menghunjamkan taringnya di leherku, membelai kelembutan sahara-ku dengan sentuhan dan kekuatan tangannya. Dan ia menghantamku dengan teramat gila. Hingga akhirnya aku sampai pada saat di mana ada sesuatu yang hendak meluap di dalam diriku.
"Mas...." Aku terengah. "Berhenti, tolong...."
"Kenapa?" tanyanya. Ia berhenti bergerak.
"Emm... itu...."
"Ada apa, Bulan?"
"Aku ingin...."
Oh, malu aku mengatakannya. Pipiku semakin terasa panas.
"Aku ingin ke toilet," kataku. "Aku...."
Dia tersenyum, paham. "Lepaskan saja," bisiknya.
"Tapi, Mas...?"
Ia hanya tersenyum, lalu kembali bergerak di dalamku.
"Oh Tuhan, Mas...! Tolong... tolong, Mas, berhenti...."
Tapi ia tak mau berhenti. Dia terus membakar kami dalam kehangatan itu. Sehingga...
"Akh...!"
Terlepas sudah. Setelah sekian lama, kini kurasakan kembali ledakan ini di dalam diriku. Dan aku bergetar saat kehangatan itu terlepas, menghangatkan dirinya.
"Begitu hangat," bisiknya di telinga ketika ia berhenti sejenak untuk menikmati satu momen hangat nan manis itu. Tersambar oleh ledakan yang menghangatkan itu. Dan dia memelukku hingga getaran itu mereda. "Giliranku."
Oh!
Ya Tuhan....
Kehangatan itu berlanjut. Mas Bintang bergerak cepat. Kuat, gagah dan perkasa. Sampai pada akhirnya, dia mengeran* dalam untuk sebuah pelepasan. Dan melepaskan diri....
"Terima kasih, Bulan...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Afternoon Honey
aihs mantap jaya ⭐👍💖
2023-08-29
0
Deliana
kayak ny yg lebih gak kuat lg yg membacanya nih.... 🤣🤣🤣
2023-05-25
1
Deliana
aduuuuhh 🤦♀️ini nih ,, akibat gak kuat iman.. pasti mentari smakin mncaci maki bulan nih.....
2023-05-25
1