Jodoh Kilat Pengganti
"Ini ustadzah, aku saksinya. Aku melihat dia membuka lemari Zahrana. "
Banyak santriwati menggerumuni, mencibir dan menatap tajam kepada seorang gadis yang tengah terduduk bersimpuh.
"Tidak Ustadzah, tidak seperti itu. Aku hanya disuruh Zahrana untuk mengambilkan uangnya. Ini kuncinya. Jika aku maling, mana mungkin aku mendapat kuncinya. " Salwa mengacungkan kunci gembok lemari Sahabatnya.
"Alah, mana ada maling ngaku maling. "
"Huss... Kita belum tahu kebenarannya. Siapa tahu dia berkata benar. "
"Demi Allah Rasulullah, aku tidak mencuri. Kalian bisa panggil Zahrana. "
"Iya panggil saja dia, " Sahut beberapa santriwati.
Tidak berapa lama datang lah Zahrana. Wajahnya terkejut saat melihat banyak orang di dalam asrama. Dia sudah berdiri di tengah banyak santriwati yang tidak sabar menunggu penjelasannya.
Wajah Salwa menjadi cerah saat sahabatnya telah hadir. Ia yakin Zahrana akan mengeluarkan dia dari kesalahfahaman ini.
"Ada apa ini Ustadzah? Kenapa pada berkumpul disini? " Dia memandang Salwa dan Ustadzah.
"Tunggu, kenapa dengan Salwa Ustadzah? " Zahrana menghampiri Salwa dan mencoba menolongnya bangkit.
"Zahrana, apa benar kau yang menyuruh salwa mengambilkan uang mu di lemari mu? "
Pertanyaan Ustadzah itu pun menghentikan pegangan tangannya kepada Salwa. Salwa sudah berdiri dan menunggu jawaban Zahrana.
"Maksud Ustadzah apa? "
"Tolong Zahrana, mereka salah faham. Mereka kira aku mencuri uang mu di lemari mu. Selesaikan ini Zahrana, mereka salah faham. Kau kan yang menyuruh ku tadi di kantin? "
"Ayo Zahrana, Apa benar kau menyuruhnya mengambil uang mu di lemari? " Tanya Ustadzah kembali.
Wajah simpati Zahrana berubah menjadi jijik kepada Salwa, ia melepas pegangan tangan Salwa kepadanya.
"Tidak Ustadzah! " Ucapnya tegas.
"Tuh kan, pintar sih pintar, tapi maling. Gimana ini calon istri anak kiayi kok maling, " celetuk beberapa santri wati membuat semakin gaduh.
"Bohong dia Ustadzah, dia yang menyuruh ku. Kuncinya saja ia berikan di kantin. Mana mungkin aku memilikinya jika ia tidak memberikannya. " Salwa menjelaskan dengan berderai air mata. Ia sakit lantaran mendengar apa yang diucapkan sahabatnya sendiri.
"Jadi itu kunci ku, aku kehilangannya pagi tadi Ustadzah. Ternyata kamu yang mengambilnya. Kau sudah ku anggap sahabatku sendiri. Tapi kenapa kau... " tangis Zahrana pecah sambil merebut kunci di tangan Salwa.
Salwa geram dengan perkataan Zahrana yang berbanding terbalik pada saat di kantin. Sangat jelas ia yang memberikan kunci nya untuk meminta Salwa mengambilkan uang di dompetnya yang tertinggal. Karena ia sedang makan mie goreng dan lupa membawa uang untuk membayar.
"Ini Fitnah, Zahraaa kau... " Teriak Salwa dan mencoba menarik kerudung Zahrana. Ia ingin merenggut dan mengacak acak wajah sahabat karib nya yang sudah 5 tahun bersama di pondok pesantren.
Namun tangannya belum sampai menggapai tubuh Zahrana, ia terlebih dahulu di amuk santriwati yang lain. Kerudungnya di terlepas bahkan di tampar berkali kali. Bahkan ada beberapa santri wati yang mengambil gunting dan memotong rambut Salwa.
"Hentikan, Hentikan! " teriakan Ustadzah tenggelam taktm terdengar dan tidak bisa menenangkan amarah santriwati. Semuanya menjadi tidak beraturan, kacau dan amburadul.
"Hentikan!! Ada apa ini! " suara Pria tua berat membuat semuanya berhenti seakan ada tombol penghenti waktu.
Seorang santriwati yang memegang gunting pun terkejut dan langsung melepas gunting itu dan jatuh ke lantai.
"Pakaikan kerudungnya. Bawa dia ke kantor. Dan kalian semua, tidak boleh main hakim sendiri. Memang nya ini hutan!" Kiayi Ahmad setengah berteriak menekankan suaranya akan kekecewaan dirinya kepada muridnya yang bermain hakim sendiri.
Saat Salwa di giring para Ustadzah pergi ke kantor, Zahrana dan 1 santriwati pun mengikuti di belakang karena mereka menjadi saksi.
"Salwa, Ada apa ini? " Tatapan penuh tanya dari Ustadz Hilman anak Kiayi yang memang dijodohkan dengan Salwa.
Pernikahan mereka akan dilangsungkan pada 1 bulan mendatang, namun entah apa yang akan terjadi.
"Zahrana, ada apa ini? " Tanya Hilman kembali.
"Ustadz Hilman ke kantor saja. Nanti juga bakal tahu. "
Hilman hanya memandang mereka yang sudah melewatinya menuju kantor utama dan Ayahnya, Kiayi Ahmad pun berjalan perlahan menuju kantor itu. Dengan segera Hilman menyusul Ayahnya.
"Abi, ada apa ini Bi, kenapa dengan Salwa? "
Tidak ada jawaban, Kiayi Ahmad tetap berjalan. Ia tidak ingin menjelaskan yang memang belum jelas duduk masalahnya. Sesampainya di kantor. Zahrana dan Salwa duduk berjauhan dan di halat oleh beberapa Ustadzah.
Hilman berdiri di depan pintu menyaksikan, ia sedikit terkejut. "Ini seperti sidang! "
"Jelaskan Ustadzah. " Kiayi meminta penjelasan.
"Salah satu santriwati melihat Salwa membuka lemari dan mengambil uang milik Zahrana, namun Salwa memberi keterangan bahwa ia disuruh oleh Zahrana untuk mengambilnya. Dan setelah ditanya langsung kepada Zahrana. Ternyata itu tidak benar. Dia kehilangan kunci itu dari pagi hari. "
"Itu tidak benar Kiayi, demi Allah Rasulullah Kiayi. Aku tidak mencurinya. "
"Apa benar itu Zahrana kamu menyuruhnya? "
"Tidak Kiayi, dia yang berbohong Kiayi. Aku kehilangan kunci lemari ku dari pagi. Aku kecewa Salwa, jika kau bilang bahwa butuh uang. Pasti aku akan memberikan pinjaman untuk mu. "
"Bohong Kiayi. Dia saja tidak berani bersumpah. "
"Demi Allah Kiayi! " Ucap Zahrana.
"Astaghfirullah Zahrana. Kau... " mata Salwa berkaca-kaca sedih melihat sahabatnya mengkhianatinya, bahkan ia berani mengucapkan sumpah atas nama Allah.
"Maaf Salwa, karena peraturan adalah peraturan yang harus ditegakkan. Jika ini tidak dilaksanakan. Maka aku akan disebut pilih kasih meski kau santriwati berprestasi dan calon Hilman. Kau sudah terbukti melanggar peraturan tingkat tinggi. Maka mulai besok kau akan dipulangkan dengan tidak hormat. Kau dikeluarkan. "
Putusan Kiayi itu seolah bak petir menggelegar di siang bolong. Kiayi dan Ustadzah keluar dari kantor setelah mengambil putusan itu.
"Kiayi, Ustadzah, Zahrana! " Salwa menarik tangan Zahrana. Namun Zahrana langsung menepisnya dengan cepat.
"Cih, aku tidak sudi lagi melihat mu. " Zahrana berlalu pergi meninggalkan Salwa yang masih menangis dan berdiri terpaku.
Zahrana melewati pintu dan di sana Hilman masih berdiri memandang Salwa.
"Aku dikecewakan oleh sahabatku sendiri. Dan kau dikecewakan oleh calon istrimu. " Setelah mengatakan itu, Zahrana pun berlalu pergi dan disambut santriwati yang lain karena ingin mengorek cerita di balik dinding kantor.
"Ustadz Hilman, ku mohon percaya pada ku. Aku tidak seperti yang di tuduhkan. "
Namun, tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Hilman. Ia memandang dengan kecewa, jijik dan berlalu pergi.
"Lihat, si maling itu akhirnya dikeluarkan. Mana ada korupsi atau pun maling ngaku. Polisi bakal pensiun dan penjara bakal penuh. "
Langkah gontai Salwa di temani orang tuanya keluar dari pondok pesantren beserta caci makian yang masih terlontar.
"Malu aku bu, malu... Apa sih difikiran mu nduk jadi sampai begini. "
"Sudahlah Pak, percaya anak kita. Dia difitnah. "
"Iya, aku malu. Pak Kiayi membatalkan perjodohan mu dengan anaknya. Wes, kepalang tanggung. Padahal undangan sudah di sebar di kampung. Gimana ini bu, aduh bu. Malu ku bu. "
"Nanti lah Pak difikirkan. "
Mendengar perjodohannya dengan Ustadz Hilman dibatalkan, meneteslah air matanya kembali di pipi. Ya, Ustadz Hilman adalah orang yang dicintai Salwa sampai dijodohkan oleh Kiayi sendiri. Dan itu sangat membuatnya bahagia. Namun takdir pula yang memisahkannya.
Bersambung.
☘️Jangan lupa dukungannya ya buat novel aku, karena kalau sampe novel ini gak lolos. Terpaksa aku bawa pindah, dukungan kalian berharga banget buat aku 😘😘
Kalau mau novel ini stay di sini, kasih dukungan dengan like, komentar dan juga gift serta vote.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Marwa
Salwa Hanifa nama yang cantik
2023-07-31
1
Mommy QieS
like n subscribe, Kak!
2023-07-31
0
Mommy QieS
Ya Allah, mengsaid😭😭
2023-07-31
0