"Zahrana dan Laila, " Gumam Umi istri Kiayi Ahmad.
"Bagaimana menurut mu Hilman? " Kiayi Ahmad menanyakan dua gadis dari kelas berbeda di pondok pesantren nya.
"Mereka adalah anak yang berprestasi dan abi sudah mengenal orang tua mereka. Cobalah mengenal mereka terlebih dahulu. "
"Bolehkah Hilman tidak ingin menikah dalam jarak waktu dekat ini. Lebih baik Hilman melanjutkan kuliah S2 saja Bi. "
"Justru dengan menikah itu nanti kamu akan terjaga di tempat yang jauh disana bersama istrimu kelak. "
"Tidak ada tapi tapian. Aku ingin kamu segera menikah. Lihat Kakak mu Gibran, dia juga menikah muda. Dan Abi jodohkan dengan santri sini juga. "
"Tapi, rasanya terlalu cepat mencari pengganti. "
Hilman berkelit, sebenarnya ia tidak ingin menikah saja. Rasanya hati nya belum siap menerima kehadiran orang baru.
"Harusnya kau bersyukur, Tuhan sudah menunjukkan bahwa dia bukanlah jodoh yang tepat untuk mu. "
…
……
………
Asrama Puteri
"Zahrana, Zahrana... Ada berita bagus. Tadi aku mendengar pembicaraan Kiayi dan Umi di pendopo. "
"Tentang apa? "
"Mereka mencari calon pengganti Salwa. "
"Kyaaa!!! " Para santriwati berteriak histeris saat mendengar itu. Siapa yang tidak histeris jika kesempatan menjadi menantu keluarga terpandang Kiayi Ahmad. Apalagi anak Kiayi nya tampan dan ilmu agamanya mempuni. Jelas saja, dia lulusan Al Azhar di mesir dengan titel Lc.
Kalo di luar pondok anak-anak pada tergila gila dengan BTS. Para santri lebih histeris jika bertemu dengan anak Kiayi.
"Mau aku spill yang masuk kategori ga? "
"Siapa? Ayo cepat katakan. " penghuni asrama langsung bergerumun karena ingin mendengarnya. Mereka semua berharap nama mereka yang disebut atau membandingkan siapa yang pantas bersanding dengan Hilman.
"Yang pasti Zahrana dong. "
Mendengar namanya disebut, jantung Zahrana seakan bergemuruh. Wajahnya memerah dan senyumnya melebar dibalik tangan yang menutupinya. Ia tidak mau terlalu kentara memperlihatkan wajahnya yang begitu sumringah.
"Tapi,... " sambungnya lagi membuat semakin penasaran santriwati yang lain.
"Tapi kenapa? "
"Ada satu nama lagi. "
"Siapa? " santri wati lainnya semakin penasaran.
"Laila! "
"Tunggu, Laila yang mana? Kelas 2 apa kelas 3 Aliyah? Kan ada 2 nama Laila di Pondok ini. "
Semakin penasaran mereka dibuatnya. Bisik bisik santriwati yang lain pun semakin banyak.
"Entahlah, aku hanya tahu namanya saja. Afwan. "
Getir hati Zahrana mendengar ada nama selain dia yang disebut si pembawa kabar. Hilang satu pengganggu, tumbuh lagi pengganggu bak rumput liar.
Cara apa lagi yang akan ia lakukan untuk menyingkirkan saingan nya. Licik memang sifat Zahrana ini. Memang benar tampilan religius, dalamnya bak nenek lampir.
...■□■□■□■□■...
"Zahrana, itu lihat. Ustadz Hilman lagi berbincang sama Laila. " tunjuk salah satu santriwati.
Melihat pemandangan yang tidak nyaman itu membuat hati nya terasa diaduk aduk. Dia pun dengan cepat menyingsing jubah panjangnya dan sedikit berlari menghampiri mereka.
Setelah mendekati di belakang mereka Zahrana pun langsung menurunkan jubah panjangnya, dan berjalan dengan cepat.
"Ustadz Hilman! " Sapa Zahrana dari belakang.
"Ya... "
Hilman berbalik mendengar sumber suara perempuan memanggilnya.
"Oh Zahrana, Ada apa? "
"Anu, apakah Ustadz Hilman sudah memberi tahu kepada Kiayi perihal semalam. "
"Astaghfirullah, Maaf Zahrana. Aku kelupaan. "
"Yaah, padahal anak anak lain pada menunggu hasil nya. "
"Kalo begitu aku sekarang akan memberi tahu Kiayi ya. Laila, Maaf . Aku ke Pendopo dulu. "
"Baik lah. "
"Tunggu ana Ustadz. Mungkin Lebih baik Zahrana ikut dan langsung berbicara dengan Kiayi. Apa Ustadz bisa menemani ana, " tawar Zahrana.
"Baiklah. Ayo. "
Mendapat sambutan baik dari Hilman, senyum licik Zahrana terpatri di bibirnya seraya memperlihatkan kepada Laila.
"Dasar , maksud nya apaan sih ! " geleng Laila melihat tingkah Zahrana.
Di balik Pendopo. Umi memandang dari kejauhan, "Bukannya itu Zahrana dan Hilman. Apa Zahrana yang ia pilih. Baguslah jika sudah memilih. Aku pun juga suka dengan Zahrana, cantik dan santun. "
Dengan segera Umi melangkahkan kakinya mendekat ke pendopo dan duduk di samping Suaminya Kiayi Ahmad. Dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh Zahrana dengan lugas dan jelas.
"Wah, Zahrana. Kamu memperdulikan teman-teman yang lain. Abi, aku rasa ide Zahrana mengenai kursus komputer itu sangat bagus. "
Pujian Umi membuat Zahrana tersipu malu. Ia hanya menunduk bak gadis yang lugu nan manis.
"Ya Abi, aku rasa itu sangat penting. Apalagi zaman sekarang. Teknologi sangat lah di pergunakan. Jadi jika santriwati lulus, maka mereka akan memiliki sertifikat bahwa bisa mengaplikasikan komputer. " Hilman menimpali kembali. Karenaia merasa tujuan Zahrana sangat jelas.
"Zahrana bisa mendata berapa santriwati yang berminat. Jika itu lebih dari 20 orang. Makan Abi akan mencarikan guru di luar. "
"Terimakasih Kiayi. Terimakasih Umi, Terimakasih Ustadz Hilman. Ana pamit. Assalamualaikum. "
"Waalaikum salam wr wb. "
Setelah Zahrana pergi, Umi pun langsung berbicara dengan Suaminya Kiayi Ahmad.
"Gimana Bi? "
"Apa nya gimana maksud Umi? "
"Zahrana? Dia gadis yang Umi maksud. " senyum Umi kepada Abi seakan menunggu jawaban Abi.
Abi hanya tersenyum tanpa menjawab. Sedangkan Hilman diam diujung, dan ia ingin beranjak dari pendopo.
Tanpa di sangka rupanya Zahrana masih berada di samping, dia menguping pembicaraan Kiayi dan Umi. Dia merasa puas hati mendapatkan pujian Umi. Dia sangat yakin, Umi sudah dapat dipastikan memihak kepada nya.
"Kenapa kau senyum senyum sendiri Za? Apa ada kabar baik. Tunggu, jangan-jangan kamu tadi ke pendopo. " santriwati penasaran dengan tingkah Zahrana yang penuh berbunga-bunga sehabis pulang dari pendopo.
Laila masuk ke kantin, ia melihat Zahrana digerumbuni para Santriwati karena Zahrana mengaku dia dipanggil ke Pendopo oleh Kiayi.
"Zahra, apa benar kamu yang terpilih. Ya ampun, kau memang yang terbaik. Berkat kau pun kami bisa mendapatkan pelatihan komputer. "
"Mana bisa ga sih menandingi Zahrana. Ya kan. " Para pendukung Zahrana memuji nya dengan berlebihan dan seakan membandingkan dengan Laila.
"Hati-hati. Jangan terlalu memuji makhluk. Takutnya kalian kecewa, " celetuk Laila melewati gerembunan Zahrana.
"Hey, maksud mu apa hah? "
"Tidak ada maksud apa apa. Hanya mengingatkan saja. "
Laila pun pergi. Saat pergi dan melewati pendopo. Ia bertemu dengan Hilman.
"Laila, dari mana saja kamu. Apa yang ingin kamu bicarakan tadi? "
"Oh iya, aku hanya ingin Ustadz tahu. Apa yang diucapkan Salwa benar adanya. Yang memberikan kunci lemarinya memang Zahrana.
" Maksud mu, itu semua rekayasa untuk mengeluarkan Salwa dari pondok ini. "
"Iya, dan itu rencana Zahrana. "
💙Bersambung💙
💛Terimakasih Sudah membaca novelku
❤Jangan lupa like, komen dan vote
💜Semoga kalian semua terhibur membaca nya
💖Dan jangan lupa tetap ikuti kelanjutan kisahnya
Dukungan kalian sangat bermakna untuk menambah semangat ku untuk menulis dan melanjutkan kisah novel ini. Terimakasih💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Bu Jumaeda
mantap Laila, biar ketahuan sifatx si Sahrana licik
2023-06-27
3