Salahku? Atau Takdir?
Mila gadis cantik yang dinikahi Malik beberapa tahun lalu harus menggantikan posisi Malik sebagai tulang punggung keluarga, ujian pernikahan memang berbeda-beda. Begitu pula dengan ujian Mila, pagi ini seperti biasa Mila menyiapkan sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat kerja. Mila sempat mengecup kening Hanan anaknya yang beberapa hari ini sering merajuk, meminta Mila untuk berhenti bekerja.
Sibuk dengan pemikirannya, membuat Mila kesiangan. Mila buru-buru memasukkan bekal kedalam tas, sambil menghampiri Malik yang sudah menyiapkan motornya.
"Mas? Mila berangkat dulu ya. Nanti kalau mau makan sudah Mila siapkan dimeja makan. Jangan sampai telat makan ya mas, kamu harus jaga kesehatanmu. Ingat apa penyebab kamu di PHK! Itu karena kamu mengacuhkan kesehatanmu sendiri. Aku titip Hanan ya Mas, urus Hanan dengan baik ya. Bilangin maaf juga aku gak sempat pamit pada Hanan, soalnya udah keburu siang," jelas Mila sambil mencium punggung tangan suaminya dan menaiki motornya.
"Iya sayang...Aku pasti jaga kesehatan. Maaf ya karena Mas kamu harus menggantikan Mas mencari uang seperti ini. Nanti aku bakal urus Hanan sebaik mungkin, kamu gak usah khawatir. Nanti aku bilangin sama Hanan ya, kamu hati-hati dijalan gak usah ngebut." Malik memberikan kunci motornya dan mengenakan helm dikepala Mila.
"Yaudah Mas, aku percaya Mas gak akan kecewain aku. Kalau gitu aku berangkat dulu ya Mas," jawab Mila melajukan motornya.
Sementara Mila berangkat bekerja, Malik bergegas untuk membangunkan Hanan putra sulungnya. Agar segera mandi karena hari sudah siang, dan sebentar lagi Hanan harus berangkat sekolah. Ya saat ini kewajiban Malik adalah mengurus Hanan. Menggantikan posisi Mila sebagai ibu rumah tangga, tugas yang begitu berat untuk Malik.
"Hay bos kecil.. Bangun yuk hari ini Hanan kan harus berangkat sekolah." Malik mengguncangkan tubuh Hanan dengan sangat lembut.
"Kok Papi lagi yang bangunin Hanan? Mami udah berangkat kerja ya Pi? Sepertinya Mami udah gak sayang lagi sama Hanan ya Pi? Mami lebih memilih kerja dari pada mengantarkan Hanan ke sekolah," jawab Hanan sambil tertunduk lesu.
"Bos kecil Papi gak boleh bilang gitu, Mami kan kerja buat Hanan juga. Kalau Hanan minta sesuatu misal mainan, Mamikan jadi bisa beliin buat Hanan. Sementara ini Papi yang nganter Hanan buat pergi kesekolah ya? Kan sama saja, nanti kalau Papi udah dapet pekerjaan yang baru lagi pasti dianter lagi sama Mami kok. Yaudah kalau gitu anaknya Papi yang ganteng ini bangun setelah itu mandi ya?. Mami udah bikinin Hanan sarapan loh," jelas Malik agar putranya tidak salah paham dengan Maminya sambil merayu.
"Ah Hanan sayang banget sama Mami. Nanti kalau Mami udah pulang Hanan mau minta maaf ke Mami, karena Hanan sudah berburuk sangka pada Mami. Yuk Papi sekarang Hanan mau mandi, Hanan ingin segera makan masakan Mami,"
Hanan berhambur ke pelukan Malik, lantas Malik mengendong Hanan menuju kamar mandi agar Hanan segera Mandi. Entah mengapa hari ini Hanan terus saja berbicara tentang Mila. Seperti saat ini, mandipun Hanan terus menceritakan bagaimana ksehariannya dengan Mila. Bahkan Hanan tidak sabar untuk bertemu dengan Mila, Hanan seperti mengisyaratkan sesuatu.
Selesai mandi dan berganti pakaian Hanan memutuskan untuk sarapan. Ya sarapan yang sudah dibikinkan Mila tadi pagi sebelum berangkat kerja, nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi membuat Hanan sarapan dengan lahap.
"Sayang.. Hati-hati dong makannya! Nanti kamu tersedak loh," peringat Malik melihat Hanan makan dengan begitu.
"Hari ini Hanan bakalan belajar dengan giat supaya Mami bangga dengan Hanan Pi. Karena itu Hanan ingin buru-buru menghabiskan sarapan ini dan bergegas pergi kesekolah," jawab Hanan begitu antusias.
"Iya Papi tau tapi Hanan makannya hati-hati dong. Nanti kalau tersedak kan jadi sakit, Papi suapin saja ya?" tawar Malik yang diangguki oleh Hanan.
Disela sarapannya Hanan sangat antusias menceritakan Mila, ada keanehan didalam diri Malik saat Hanan menceritakan Mila begitu semangatnya. Entahlah Malik merasa akan terjadi sesuatu dengan Mila, firasat Malik sangat besar. Malik berharap tidak akan terjadi sesuatu.
Sementara itu ditempat lain, Mila masih fokus dengan perjalannya menuju tempat kerja sambil menatap jam yang melingkar ditangannya. Mila begitu cemas jika sampai telat menuju tempat bekerja, pasalnya baru kali ini Mila kesiangan. Biasanya Mila juga tidak kesiangan, Mila tidak bisa membayangkan bagaimana bosnya yang galak marah-marah melihat Mila yang telat.
Tapi bukankah ini juga baru pertama kali Mila telat? Apakah Bosnya beneran akan marah-marah? Gak akan ada keringanan gitu? Ah Mila sadar bahwa dirinya hanya menyandang setatus sebagai seorang karyawan saja. Sesalah apapun Mila pasti Bosnya tegas untuk memberikan Mila hukuman.
Sekilas Mila teringat dengan Hanan, anak itu pasti sedang merindukan dirinya. Beberapa hari belakangan ini Mila terlalu sibuk dengan pekerjaanya, yang membuat Mila harus pulang larut malam dan mendapati Hanan yang sudah tertidur. Ada rasa sedih saat Mila melihat Hanan tertidur dengan pulas, karena sebelum berangkat kerja Mila selalu menjajikan pulang kerja akan mengajak Hanan bermain. Mila hanya bisa menitikan air mata setiap kali ingat bahwa dirinya sudah membohongi putranya, dan hanya maaflah yang selalu Mila bisikkan pada Hanan.
Maafkan Mami ya sayang.. Mami selalu membihongi kamu. Mami selalu pulang malam hanya untuk membahagiakan kamu, bahkan mami kehilangan waktu bersama untuk selalu bermain denganmu. Maaf ya sayang bukannya Mami gak sayang lagi sama Hanan, ini semua Mami lakukan juga untuk kebaikan Hanan.
Itulah kata-kata yang selalu Mila bisikkan untuk anaknya saat tertidur. Pernah suatu hari Hanan tidak mau ditinggal kerja bahkan membuat malamnya menjadi sakit panas. Tapi mau tidak mau Mila harus tetap bekerja, Mila merasa bahwa dirinya tak pantas menjadi seorang ibu. Bahkan anaknya sedang sakit Mila memilih untuk bekerja dari pada mengurus anaknya.
Hiks..Hikss..
Mila menangis sesenggukan dijalan, pikiranya sangat kacau jika mengingat Hanan yang semakin jauh dari jangkauannya. Hatinya serasa sakit melihat Hanan yang selalu menyalahkan dirinya karena bekerja.
Dasar Bodoh!
Maki Mila pada dirinya sendiri bahkan untuk menyalahkan suaminya yang kini menganggur dirumahpun rasanya tidak bisa. Ini semua bukan kesalahan sang suami, ini sudah diatur sedemikian rupa. Setiap rumah tangga memiliki ujian masing-masing. Mungkin ujian Mila adalah keuangan yang sedikit seret. Sampai dilampu merah tiba-tiba...
Brak!
Sebuah kecelakaan tidak bisa dihindarkan. Semua orang yang ada disana berkumpul untuk menolong korban, ada yang menonton saja karena takut. Ada juga yang mengambil foto sekedar menyebarkan berita, bahwa sedang terjadi sebuah kecelakaan. Ada juga yang mengecek kondisi korban, bahkan ada yang memanggil ambulance untuk meminta pertolongan.
Tyar!
Hanan!
Teriak Malik melihat putranya berdarah akibat serpihan gelas yang terjatuh.
"Kamu tidak apa-apa sayang?" tanya Malik sambil mengobati tangan Hanan.
"Mami Pi! Hanan ingin bertemu Mami!"
Hiks! Hiks!
Hanan menangis memanggil Maminya, hati Malik sakit melihat Hanan seperti ini. Malik tidak bisa melakukan apapun selain memeluk amaknya. Malik merasa ada sesuatu yang mengganjal perasaanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Chandra Dollores
komeng perdana aq kah??
2023-06-02
0