Hanan berhambur masuk kedalam ruangan yang kini ada Mila disana. Mila memandang Hanan dengan seksama setelah itu Mila menangis sejadi-jadinya.
Malik yang melihat reaksi Mila seperti itu lantas mengendong Hanan, entah apa yang saat ini ada dipikiran Mila.
Pergi!
Pergi Kalian!
Teriak Mila yang membuat Hanan menangis, Mila terus mengusir Hanan dan Malik agar segera pergi dari hadapannya.
Mami!
Teriak Hanan memberontak dari gendongan Malik, Hanan ingin memeluk Maminya yang saat ini terluka. Malik berusaha agar Hanan tidak lepas dari gendongannya dan memilih pergi meninggalkan Mila yang masih berteriak histeris.
"Mami udah gak sayang lagi sama Hanan Pi! Mami mengusir Hanan! Padahal Hanan hanya ingin memeluk Mami!" teriak Hanan sambil terisak.
"Mami bukanya tidak sayang sama Hanan, saat ini perasaan Mami sedang kacau sayang. Mami hanya perlu sendiri dan menenangkan dirinya. Nanti kalau Mami sudah mendingan, Mami pasti akan main sama Hanan. Mami akan peluk Hanan dan tidak akan melepaskannya." Malik mencoba untuk memberikan Hanan pengertian.
"Kenapa harus Mami yang seperti ini Pi? Kenapa harus Mami yang kehilangan kakinya? Kenapa harus Mami yang merasakan sakit seperti itu Pi?" Hanan masih saja menangis.
"Karena Allah percaya Mami adalah wanita yang kuat dan hebat. Allah percaya bahwa Mami bisa melewati ini semua sayang, karena Allah menyayangi Mami lebih dari rasa sayang kita pada Mami," jelas Malik sambil mengusap kepala Hanan.
"Jika Allah memang sayang sama Mami harusnya Allah tidak memberikan Mami ujian seberat ini Pi! Bahkan Mami jadi tidak mau sama Hanan! Allah jahat Pi!" teriak Hanan semakin terisak.
"Hanan sayanggg.. Kamu gak boleh bicara seperti itu. Justru karena Allah sayang sama Mami makanya Allah kasih Mami cobaan seberat ini. Hanan gak boleh salahkan Allah ini semua sudah takdir dari Allah. Yang penting Hanan berdoa aja ya supaya Mami cepat pulih." Malik menatap lekat kearah Hanan.
"Hanan rindu sama Mami Pi! Hanan ingin dipeluk Mami! Hanan ingin main sama Mami. Hanan mau diantar sekolah sama Mami Pi!" Hanan semakin terisak.
Malik memeluk Hanan, Malik mulai menyalahkan dirinya sendiri. Andai dulu Malik tidak di PHK pasti Mila tidak akan bekerja, Hanan juga tidak akan merasa jika Maminya menjauhi dirinya. Ada saat itu Malik bisa menjaga kondisi tubuhnya pasti saat ini Mila tidak akan kehilangan kakinya.
Dasar Bodoh!
Maki Malik pada dirinya sendiri, Malik meneteskan air mata tanpa bisa dibendung lagi. Mila orang yang paling Malik sayangi kini menjadi orang lain untuk dirinya dan Hanan.
"Papi kenapa menangis? Lihatt!! Hanan sudah tidak menangis lagi. Papi jangan menangis ya! Hanan janji gak akan menangis lagi, maaf udah bikin Papi menangis." Hanan mengusap air mata Malik dengan tangan mungilnya.
"Iya sayang, untuk sementara ini kita pulang dulu saja ya. Biarkan Mami istirahat dulu besok kita kesini lagi," jelas Malik ingin supaya Hanan istirahat.
"Tidak mau Pi! Hanan mau disini jagain Mami, kita bisa tidur didekat Mami Pi," teriak Hanan sambil menahan tangis.
"Baiklah kalau gitu kita makan dulu yuk, sekalian kita belikan buat Mami. Yukk kita berangkat." Malik mengendong Hanan dengan semangatnya.
"Ayok Papi dari tadi cacing diperut Hanan juga udah pada demo. Hanan hari ini mau makan nasi goreng ya Papi," jelas Hanan yang membuat Malik tersenyum.
"Oke jagoan Papi! Siap Laksanakan!" teriak Malik sambil mengacungkan 2 jempolnya.
Malik dan Hanan memutuskan untuk makan disebuah rumah makan dekat dengan rumah sakit, Hanan begitu antusias makan nasi goreng yang tadi sudah dipesan.
"Enak sayang?" tanya Malik melihat Hanan begitu lahap makan nasi gorengnya.
"Enakan buatan Mami sih Pi tapi karena Hanan lapar jadi Hanan makan dengan lahap deh. Hanan juga buru-buru ingin segera menghabiskan makanan ini," jelas Hanan yang didalam mulutnya ada nasi goreng.
"Loh kenapa buru-buru sayang? Kalau Hanan mau tambah kita pesan dulu lagi ya? Gak usah buru-buru makannya nanti tersedak loh," jelas Malik yang diacuhkan oleh Hanan.
"Hanan ingin segera kembali menemani Mami Pi, kasihan Mami kalau kita tinggal sendirian. Mami pasti kesepian disana Pi," jelas Hanan yang membuat Malik menatab Iba.
"Baiklah setelah ini kita mampir ketoko buah dulu ya beliin Mami buah manggis. Mami kan paling suka sama buah itu." Malik melirik kearah Hanan yang dijawab dengan senyuman.
Malik dan Hanan menyelesaikan makanan tanpa sisa. Kini mereka beranjak pergi menghampiri toko buah yang ada didepan rumah makan. Hanan dan Malik asik memilih buah kesukaan Mila, Hanan juga memilih buah kesukaanya sendiri.
Selesai membelikan buah kesukaan Mila, Hanan dan Malik memutuskan untuk masuk kedalam ruangan Mila. Malik membuka pintu dengan sangat pelan agar tidak menimbulkan suara yang membuat Mila terusik.
Hanan meminta Malik untuk menurunkan dari gendongan sang Papi. Hanan mendekati Mila yang kini terbaring dikasur dengan mata tertutup. Hanan mendaratkan ciuman tepat dikening Mila.
"Lekas sembuh ya Mami. Hanan rindu ingin bermain dengan Mami, Hanan sayang banget sama Mami," bisik Hanan kini memeluk Mila.
"Hanan?," panggil Mila mengusap lembut puncak kepala Hanan yang kini ada dipelukannya.
"Mami sudah bangun? Hanan udah bikin Mami bangun ya? Maaf ya Mami, Hanan gangu istirahat Mami," jelas Hanan menatap kearah Mila.
Mila tersenyum "Tidak sayang, Hanan dari mana saja? Mami tadi cariin Hanan disini gak ada, Mami kange banget sama Hanan."
"Hanan habis beliin buah kesukaan Mami, Mami mau makan buah sekarang?" tanya Hanan antusias.
"Boleh mana buahnya? Hanan habis jalan-jalan ya sama Papi? Ngomong-ngomong Papi kemana sayang?" tanya Mila yang tidak melihat keberadaan Malik.
"Tadi ada kok disini, sebentar biar Hanan cariin ya Mi. Mungkin Papi tidak tau kalau Mami sudah bangun, Hanan pergi dulu sebentar ya Mi," pamit Hanan yang diangguki oleh Mila.
Hananpun pergi mencari Papinya yang tidak ada didalam ruangan. Sampai akhirnya Hanan menemukan Papinya dipusat resepsionis.
"Papi!" teriak Hanan menghampiri Malik.
"Hanan! Kamu ngapain kesini heh?" tanya Malik sambil mengendong Hanan.
"Mami Pi!" Jawab Hanan sedikit ngos-ngosan.
Malikpun berlari setelah mendengar Hanan berbicara tentang Mila. Malik takut jika terjadi sesuatu pada Mila.
Mila!
Mas Malik!
Teriak Mila bergantian, Malik menurunkan Hanan lantas berhambur kearah Mila dan memeluknya.Malik bersyukur bahwa kali ini Mila tidak depresi lagi.
"Maafkan Mas ya sayang, gara-gara Mas kamu harus kehilangan kakimu. Mas janji akan jagain kamu dan gak akan pernah ninggalin kamu. Andai saja Mas tidak di PHK kamu tidak akan mengalami hal seperti ini, maafkan Mas ya sayang," jawab Malik sambil terisak.
"Mila memang awalnya tidak bisa menerima kenyataan ini Mas, Mila menyalahkan semua ini kenapa harus Mila yang mengalami ini?? Tapi Mila berfikir kembali tidak ada yang perlu disesali semua memang sudah terjadi. Justru Mila yang minta maaf karena Mila akan merepotkan Mas dengan mengurus Mila," jelas Mila yang ikut terisak.
"Kamu sama sekali tidak merepotkan sayang, kita akan hadapi ino bersama-sama. Kita akan lalui semua ini bersama-sama ingat kamu masih punya aku dan Hanan sayang," jelas Malik yang kini menatap kearah Mila.
"Iya Mas, Mila akan mencoba untuk bangkit yang terpenting ada kamu dan Hanan disisi Mila," jawab Mila sambil tersenyum.
"Hanan sini sayang," suruh Malik yang diangguki oleh Hanan.
"Mi? Hanan bersyukur Mami sudah sadarkan diri, Hanan sempat kesal karena Mami mengusir Hanan. Hanan fikir Mami udah gak sayang lagi sama Hanan," jelas Hanan kini memeluk Mila.
"Ah benarkah? Mami tadi sempat mengusir Hanan?" tanya Mila penuh kebingungan.
"Iya sayang, kamu tadi sempat depresi akibat kecelakaan yang mengakibatkan kakimu harus diamputasi.Kamu belum bisa menerima kenyataan makanya kamu tadi depresi," jelas Malik yang membuat Mila bersedih.
"Maafin Mami ya sayang, Mami itu tetap sayang kok sama Hanan. Jangan berfikir yang macam-macam ya,"
Hanan mengangguk dan kini mereka saling berpelukan. Saling menguatkan satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments