Bab.2

Wiu..Wiu..Wiu

Sirene mobil ambulance membubarkan gerombolan orang yang begitu antusias melihat kecelakaan yang sedang berlangsung.

Drt...Drt...

Ponsel milik Malik berbunyi, namun sang pemilik belum juga mengangkatnya. Karena saat ini Malik masih sibuk mengobati luka pada Hanan.

"Pi?" Hanan mulai membuka suara.

"Iya ada apa sayang?" tanya balik Malik tanpa mengindahkan pandangannya.

"Ponsel Papi dari tadi bunyi, luka Hanan sudah tidak apa-apa kok Pi. Kalau Papi mau angkat terlebih dahulu silahkan," jelas Hanan menyerahkan ponsel kepada Malik.

"Baiklah Papi angkat dulu panggilannya ya sayang, habis ini kita berangkat ke sekolah," jawab Malik sambil tersenyum dan menerima ponsel yang diambilkan Hanan.

"Halo?"

"............."

Tut!

Tanpa basa-basi Malik mematikan panggilannya, lantas mengendong Hanan dan menyambar kunci mobil. Bahkan Malik melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Pi! Hanan takut!" teriak Hanan sambil memegangi lengan Malik.

"Maaf ya sayang... Papi melajukan mobilnya sedikit cepat dari biasanya. Papi sedang ada masalah jadi harus buru-buru sampai tempat tujuan. Hanan pegangan yang kuat ya, percayakan saja sama Papi kalau kita akan baik-baik saja," perintah Malik yang membuat Hanan mengangguk.

Hananpun menuruti perintah Malik untuk pegangan yang kuat, mesikpun terlihat dengan jelas wajah Hanan begitu takut. Sampailah kini Malik dan Hanan dilokasi kejadian.

Mami!

Teriak Hanan penuh histeris melihat Mila yang bersimpah darah. Anak laki-laki itu harus menyaksikan Mila terkulai lemah dijalan, dengan darah yang terus mengalir. Kejadian itu mengakibatkan Hanan menangis, Hanan tak kuasa menyakiskan pemandangan di depan matanya.

"Apa yang terjad Pi?" tanya Hanan disela isak tangisnya.

"Mami kecelakaan sayang.. Hanan pasti sedih ya, tapi Papi akan usahain tidak akan terjadi apa-apa dengan Mami," jelas Malik memeluk putranya sambil menghampiri tibuh Mila.

"Mii! Ini Hanan Mi! Kenapa Mami diam saja? Mami gak denger Hanan ngomong ya? Hiks! Hiks! Mami!" Hanan terus saja menangis memanggil Mila, dipeluknya tubuh Mila sangat erat.

"Sayang dengarkan Papi, Hanan gak boleh nangis kayak gini. Mami bukanya gak denger Hanan ngomong saat ini Mami sedang tidak sadarkan diri Nak. Mami hanya pingsan saja, Hanan percayakan kalau Mami akan baik-baik saja?" Malik meraih tubuh Hanan, dipeluknya tubuh Hanan dalam dekapan Malik.

"Apakah Allah akan mengambil Mami Pi? Ah tidak! Hanan belum siap kehilangan Mami, bagaimana nanti Hanan harus jawab pertanyaan teman-teman? Jika mereka menanyakan dimana Mami?, Hanan gak akan kehilangan Mami kan Pi?" Pertanyaan polos dari Hanan membuat Malik terdiam.

"Semoga saja tidak ya Nak! Kita akan usahakan agar Mami sembuh dan Hanan tidak akan kehilangan Mami." Malik mengusap lembut wajah Hanan, menjawab pertanyaan Hanan semampunya. Meskipun Malik juga punya pertanyaan yang sama.

"Apakah benar bahwa Ibu ini istri Bapak? Kalau benar begitu sekarang juga kita bawa kerumah sakit. Bapak bawa mobil atau bagaimana?" tanya salah satu petugas rumah sakit yang membawa ambulance.

"Iya Pak, silahkan segera mungkin bawa istri saya kerumah sakit. Dan bawa juga korban yang lainnya, saya akan ikutin dari belakang," jelas Malik yang diangguki oleh petugas ambulance tersebut.

Mila segera dibawa kerumah sakit, Hanan yang ada didalam mobil masih saja menangis dan memanggil Mila. Sesak rasanya hati Malik, melihat sang putra yang terlihat menyedihkan.

"Hanan sayang Mami! Jangan pergi tinggalkan Hanan ya Mi! Maafin Hanan kalau Hanan udah bandel dan bikin Mami selalu marah-marah. Hanan janji gak akan bandel lagi dan nurut sama Mami, yang penting Mami tidak akan meninggalkan Hanan," celetuk Hanan sambil memandangi ambulance didepannya.

"Hanan? Anak Papi yang hebat, Mami pasti akan baik-baik saja. Hanan doain saja supaya Mami segera pulih dan tidak terjadi apa-apa ya. Hanan mau kan doain Mami? Katanya doa anak untuk ibunya itu terkabulkan loh sayang," hibur Malik yang membuat Hanan berhenti menangis.

"Serius Papi? Kalau gitu Hanan bakal berhenti nangis dan berdoa buat Mami. Tapi Hanan gak tau harus berdoa buat Mami yang seperti apa Pi. Papi mau bantu Hanan?" Hanan terlihat begitu antusias, sorot matanya penuh harap.

"Serius sayang, boleh kita mulai ya berdoanya semakin banyak yang berdoa. Mami pasti akan baik-baik saja," jawab Malik.

Lantas Malik membibing Hanan untuk berdoa, sepanjang perjalanan Malik dan Hanan terus saja berdoa. Sebenarnya Malik merasa hancur melihat Mila yang tidak berdaya seperti itu.

Hanan dan Malik berlari menghampiri Mila yang terbaring diatas kasur pasien.

"Pi kalau Mami tidak bisa selamat, apakah Mami akan masuk surga?" tanya Hanan dengan sepontan.

"Mami pasti selamat sayang tadi kan kita udah baca doa," jelas Malik sambil memeluk Hanan.

Mila dibawa masuk kedalam sebuah ruangan, lebih tepatnya IGD. Hanan dan Malik terus menunggu dengan perasaan ketar ketir.

"Keluarga Pasien?" tanya Dokter yang dihampiri Hanan dan Malik.

"Ya saya suaminya Dok, bagaimana kondisi istri saya Dok?" Malik menghampiri sang dokter dengan badan yang gemetar.

"Istri Bapak masih dalam keadaan tidak sadarkan diri tapi syukurlah operasinya berjalan lancar. Nanti Istri Bapak pasti akan shock melihat keadaannya sekarang tapi mau tidak mau kaki Istri Bapak harus kita amputasi. Semoga Bapak dan Istrinya bisa menghadapi dengan tabah dan lapang dada ya," jelas Dokter tersebut panjang lebar, membuat Malik bernafas lega.

"Jadi Istri saya kehilangan satu kakinya Dok?" tanya Malik memastikan pendengarannya tak salah.

"Mungkin ini berat untuk Bapak tapi kenyataannya iya," setelah menjelaskan Dokter tersebut berlalu pergi.

Mila!

Teriak Malik yang terisak mendengar kenyataan pahit ini, bagaimana Malik akan menjelaskan kepada Mila?.

"Jangan menangis ya Papi nanti Mami ikut sedih kalau Papi nangis. Kita pasti bisa lewatin semua ini, kasihan Mami ya Pi." Hanan menghapus air mata Malik, dengan tangan mungilnya.

"Papi berusaha untuk tidak menangis demi Mami dan Hanan. Nanti kita jelaskan pela-pelan sama Mami ya sayang ,semoga Mami mau terima kenyataan ini," jelas Malik mencium kening Hanan penuh sayang.

"Yang terpenting Mami selamat Pi, Hanan masih bisa melihat Mami. Yuk kita lihat Mami didalam Pi," usul Hanan yang diangguki Malik.

Hanan dan Malik menatap Mila dengan penuh kesedihan. Hancur rasanya melihat sang istri yang begitu lemah di atas sana. Bahkan Mila harus kehilangan satu kakinya.

Hanan!

Teriak Mila yang baru saja sadar dari obat biusnya. Mila begitu antusias melihat Malik dan Hanan yang kini ada didepannya.

"Mami! Mami udah bangun? Mami laper? Mami mau Hanan suapin?" tanya Hanan begitu antusias.

"Mami udah bangun sayang, ah Mami tidak lapar! Mami kangen banget sama Hanan. Sini peluk Mami," jawab Mila sambil merentangkan tangannya menyambut tubuh Hanan.

Hanan berhampur kepelukan Mila, pemandangan yang begitu hangat.

"Mas kamu kenapa masih disitu sini!" teriak Mila menyuruh Malik untuk mendekat.

"Ah Mas bersyukur akhirnya kamu selamat. Mas sampai tidak tau jika kamu sampai tidak selamat, mau jadi apa Mas nanti." Malik mendekat dan mencium kening Mila dengan mesra.

"Memangnya aku kenapa Mas?" tanya Mila yang mulai mengamati sekeliling.

Mila tersadar bahwa dirinya kini berada dirumah sakit. Tapi Mila tidak tau apa penyebab Mila sampai berada dirumah sakit.

Kakiku!

Teriak Mila mulai menyadari keanehan pada dirinya, Mila membuka selimut yang tadi menutupi tubuhnya.

Mas? Kakiku!

Mila terlihat mulai frustasi mengamati kakinya yang hanya tinggal sebelah, Mila mulai menangis.

"Tenang ya sayang!" jawab Malik sambil memeluk Mila.

Tidak!

Kakiku Mas!

Mila kini mulai mengamuk sambil teriak, Malik mengambil Hanan dari pangkuan Mila. Dokter pun memasuki ruangan tersebut.

KAKIKU!

SUNTIKAN OBAT PENENANG!

Teriak Dokter menyuruh Suster untuk menyuntikkan obat penenang. Akhirnya Mila yang tadi marah-marah kini terkulai lemah dan memejamkan matanya.

Hiks! Hiks!

Hanan menangis sejadi-jadinya. Hanan melihat Mila yang begitu Hanan sayangi mengamuk.

"Sudah sayang..Mami sudah tenang dan sekarang Mami sudah tidur. Hanan jangan nangis lagi ya." Malik mengusap lembut punggung Hanan.

"Maaa-mii Pi! Hanan gak sangup melihat Mami seperti ini! Mami pasti terluka dengan kenyataan ini Pi! Hanan gak mau melihat Mami seperti tadi Pi!" teriak Hanan tanpa bisa dikendalikan.

Dokter menyuruh Malik untuk menenangkan Hanan, saat ini Hanan pasti khawatir dengan kondisi Maminya.

KAKIKU!

Didalam ruangan terdengar bahwa Mila teriak histeris, mungkin Mila tersadar lagi. Hati Malik benar-benar hancur, kali ini Malik tidak tau harus berbuat apa.

Mami!

Terpopuler

Comments

Chandra Dollores

Chandra Dollores

masih menyimak

2023-06-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!