Bab.5

Mila berteriak mendapati sang putra yang berdarah, padahal lukanya hanya kecil. Tapi trauma yang mengakibatkan dirinya kehilangan satu kakinya terulang kembali.

"Sayang tenangkan dirimu kasihan Hanan kalau kamu berteriak. Nanti kamu bisa depresi lagi, ingat Hanan saat ini butuh pelukanmu sayang!! Berhenti menangis ya." Malik menghampiri Mila agar tenang.

"Sini biar aku yang gendong Hanan Mas." Malik menyerahkan Hanan dalam gendongan Mila.

"Mami jangan nangis, Hanan kan udah gak nangis lagi. Maaf ya karena udah bikin Mami nangis, Hanan tadi hanya kaget saja karena benturan keras. Tapi sekarang Hanan gak papa kok, Mami jangan sedih lagi ya," jelas Hanan mengusap air mata Mila.

"Hanan kalau dibilangin Mami harus didengerin ya, Hanan kan tau saat ini Mami susah berdiri. Bahkan Mami harus menggunakan kursi roda untuk berjalan, Mami gak bisa jagain Hanan dengan kekuatan Mami ini. Makanya Hanan harus nurut sama Mami ya, Mami begini karena Mami gak mau Hanan kenapa-napa," jelas Mila mencoba menyembunyikan tangisnya.

"Iya Mami sekali lagi Hanan minta maaf ya, Mami udah makan belum? Hanan ambilin Mami makan ya?" Tanya Hanan penuh antusias.

"Tidak usah sayang Mami capek pengen ke kamar saja, Hanan mau ikut Mami ke kamar atau bagaimana?" Tanya Mila sambil menatap penuh sayang kearah Hanan.

"Mau ikut Mami ke kamar aja deh, mau pijitin Mami yang capek ini. Yaudah yuk, Papi tolong dorong kita sampai ke kamar dong," perintah Hanan sambil tersenyum manis.

"Duh kalau kayak gini Papi jadi gak bisa nolak deh, yaudah pegangan yang kuat ya," jelas Malik sambil tersenyum dan mendorong Hanan juga Mila kedalam kamar.

Manda yang melihat semua ini hatinya menjadi panas, ada rasa ingin membuat Mila taklut terhadap dirinya.

"Ma." Mila memanggil Manda dan ingin mencium tangannya.

"Loh Malik udah dari tadi pulangnya? Kok Mama gak denger? Istirahat dulu yok makan dulu pasti kamu laper." Manda tidak menjawab panggilan Mila justru mengalihkan pembicaraan.

"Iya baru saja sampai Ma, boleh deh yuk kita makan dulu. Sayang makan dulu ya? Kamu juga pasti lapar kan?" tawar Malik mencoba mengalihkan kesedihan Mila.

"Gak usah Mas, aku gak laper kok. Aku mau kekamar saja," jelas Mila sambil tersenyum.

"Mau Mas anterin sampai kamar? Nanti kalau laper panggil Mas ya biar Mas bawain ke kamar saja." Malik berusaha membuat Mila nyaman.

"Tidak usah Mas, Mila bisa dorong sendiri kok. Sayang Hanan kamu sama Papi dan Nenek ya, kamu pasti belum makan kan? Mami mau istirahat dulu ya." Hanan mengangguk dan pergi kearah Papinya.

Brakkk!

Mila menutup pintu dengan sedikit membantingnya, hatinya terasa panas melihat sang mertua yang kini mulai beda. Andai Mila diberi pilihan dirinya juga tidak ingin seperti ini. Sementara itu Malik merasa sangat bersalah melihat istrinya berada diposisi yang sulit ini. Hingga sebuah pesan masuk yang membuat Malik kegirangan.

Tok! Tok! Tok!.

"Sayang boleh mas masuk?" Tanya Malik yang kini berada di depan pintu kamarnya.

"Masuk saja Mas pintunya gak dikunci," jawab Mila sedikit berteriak agar Malik mendengarnya.

Ceklekkk!

Malik membuka pintu berhambur kepelukan Mila, sedangkan Mila hanya terdiam melihat Malik berperilaku tak seperti biasanya.

Malik membuka pintu berhambur kepelukan Mila, sedangkan Mila hanya terdiam melihat Malik berperilaku tak seperti biasanya.

Sayang besok Mas udah mulai kerja lagi diperusahaan Mas yang waktu itu, kamu gak papa kan kalau sementara diurus sama Ibu dulu??" Tanya Malik melihat wajah Mila dengan seksama.

"Syukurlah Mas kalau gitu aku ikut seneng dengernya, gak papa Mas nanti aku juga bisa urus diriku sendiri kok Mas gak usah khawatir," jawab Mila tersenyum meskipun hatinya tidak.

"Nanti kalau uang Mas udah kumpul kita besa sewa pembantu buat ngurusin kamu ya, buat bantuin Mama juga," jelas Malik memandang teduh kearah Mila.

"Maaf kalau aku jadi banyak merepotkan Mas," bibir Mila seakan bergetar untuk mengatakan ini.

"Sayang kamu sama sekali gak merepotkan jangan bicara seperti itu lagi, bagaimanapun kamu adalah tanggung jawab Mas." Malik mendekatkan mukanya pada muka Mila.

"Tapi aku merasa tak berguna Mas harusnya yang melakukan semua pekerjaan ini aku karena itu sudah menjadi tugasku sebagai seorang istri. Sayang sekali kenapa harus kakaiku yang diambil dan membuatku tidak bisa melakukan apapun, bahkan untuk melindungi anakku saja aku tidak bisa," air mata luruh berjalan dipipi Mila.

"Mas tau kenyataan ini begitu sulit buat kamu tapi Mas tidak mau kalau kamu terus-terusan begini. Bagaimanapun hidupmu masih panjang sayang." Malik mengusap air mata Mila menggunakan tangannya.

"Baiklah Mas aku akan menerima kenyataan ini pelan-pelan. Kalau gitu aku istirahat ya Mas aku merindukan kasur empuk ini," senyuman terbit dibibir Mila.

"Baiklah sebentar lagi Mas susul ya, kamu pasti disana gak bisa tidur nyenyak ya?? Selamat istirahat istriku sayang," ciuman mendarat dikening Mila dan Malik memutuskan untuk pergi keluar.

Malam mulai tiba Hanan, Malik serta Mila memutuskan untuk tertidur. Hanya Mila lah yang belum bisa terlelap, Mila masih membayangkan bagaimana nasibnya besok jika Malik meninggalkannya untuk bekerja.

Sebenarnya Mila ingin melarang Malik, tapi Mila tidak kuasa apalagi Malik juga mempunyai tanggungan Hanan. Hanan masih membutuhkan biaya yang sangat banyak untuk sekolahnya, Mila menghela nafas kasar dan menutup matanya yang mulai perih.

Pagi pun menyapa Mila bangun lebih awal dari Malik. Mila ingin pergi ke kamar mandi, tapi Mila kesuliatan untuk mengambil kursi rodanya. Entah siapa yang sudah mengeser kursi rodanya.

Brakkkkkk!

Sayangg!

Malik menghampiri Mila yang terjatuh. Sedangkan Mila meringis kesakitan air mata mulai menetes dimata Mila. Tapi Mila berusaha untuk segera menghapusnya.

"Maaf Mas membangkunkan tidurmu, aku hanya ingin buang air kecil. Tapi kursi rodanya kejauhan jadi gak bisa aku raih." Mila menjelaskan sambil tersenyum.

"Perasaan semalem masih ada disebelahmu deh Dek, ah yasudah yuk Mas bantuin." Malik memajukan kursi roda dan menggendong Mila untuk duduk dikursi roda.

"Mas hari ini kamu berangkat jam berapa?? Mau aku siapin bekalnya??" tawar Mila pada Malik yang kini mendorong masuk kekamar mandi.

"Seperti biasa Sayang jam 7 pagi sudah harus sampai ditempat kerja, gak usah sayang kamu istirahat dulu saja kamu kan masih dalam masa penyembuhan," jelas Malik menghentikan Mila karena sudah sampai dikamar mandi.

Mila menyuruh Malik untuk keluar sementara itu Malik membangunkan Hanan untuk mengurusnya, kini Hanan dan Malik sudah bersiap, mereka sekarang sarapan bersama kecuali Mila. Malik mengatakan bahwa nanti Mamanya akan mengantarkan sarapan untuk Mila. Deru motor berbunyi menandakan bahwa Hanan dan Malik sudah pergi tadi mereka juga sudah sempat pamitan dengab Mila.

Brakkk!

Merepotkan!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!