Menikahimu Karena Uang
Maria Lili menarik Dolken masuk ke ruangan kantornya yang mewah, tergesa menutup pintunya. "Kenapa sampai sekarang aku belum di konfirmasi," tanyanya memburu.
Dolken yang berdiri di depan Wakil President JSP Investment itu bisa mendengar detak jantungnya yang berdebar kerena tak sabar, so cute dalam hatinya. "Apa kamu sangat merindukanku." Pria itu memeluk pinggang Maria Lili tak lupa ia menebar senyum genitnya.
Ck, "seriuslah, Ken!"
Asisten dari suami Maria Lili itu bergegas saat dipanggil dan siapa yang bisa menolak panggilan Nyi Roro kidul, pemilik perusahaan paling cantik nomor satu di JSP Investment. "Aku serius Mary, sayang."
Dolken mengedip mata genit, Maria Lili memandangnya dengan tatapan mengintimidasi. "Kenapa kamu tidak mendesaknya?"
"Mary sayang, apa kamu tidak mengenal suamimu? Setelah meeting aku akan memaksanya menentukan pilihan," jawab Dolken pada sepupu tercintanya itu. Semakin erat merangkul pinggangnya dengan ekspresi dibuat seimut mungkin.
Ck.
"Berapa kali aku beritahu agar kamu menjaga sikap saat kita di kantor," marah Maria Lili.
"But i miss you my Barbi doll."
Rengek Dolken mengendus di pipi Maria Lili, wanita itu menepisnya. Jika Jacob tidak dikirim pergi bermain perempuan, cepat atau lambat suaminya itu akan melayangkan gugatan cerai. "Tinggal dua hari lagi dari waktu yang ditentukan, kamu taukan kalau aku masih harus melakukan persiapan?"
Dolken sangat mengerti persiapan apa yang dimaksud Nyonya Besar Kidul. Yang tidak ia mengerti adalah kenapa masih harus melakukan persiapkan, padahal tidak mungkin apa yang ditakutkannya bisa menjadi kenyataan. "Aku gak ingin kau kecewa tapi Jack menolak layanan kamar," lanjutnya hati-hati. "Dia akan mengurus sendiri disana, katanya."
Haaaa...
Keningnya mengerut. "Apa kau memihak padanya sekarang?" Kecam Maria Lili.
"Aku?" Tunjuk Dolken ke wajahnya. "Memihak padanya, no way." Seru pemuda itu kemudian mencium di leher kakak sepupunya itu untuk menghilangkan kegugupan. "Sayangku, apa kamu uring-uringan karena belum disentuh olehku," rayunya semanis madu.
"Ck," decak Maria Lili mendorong Dolken. "Apa kamu sudah bosan hidup," katanya sembari membenahi kancing baju atasnya. Kapan dia telah terbuka..
Dolken bergeming kembali melingkarkan lengannya di tubuh ramping Maria Lili. "Mana bisa bosan sayang, di dekatmu semua organ-organ ditubuhku terbangun. Coba pegang," ujarnya tersenyum genit.
"Dolken," sergah Maria Lili menepis pemuda yang menggenggam tangannya. "Apa perlu aku mengetuk kepalamu agar kau sadar bahwa ini di kantor!"
"But i miss you baby," rengek Dolken kekanakan, itu karena sudah dua minggu dirinya dicuekin Bos idolanya ini.
"Aku gak mau tau! Pastikan Jack pergi dengan perempuan yang aku pilihkan. Tidak boleh perempuan sembarangan. Masih harus menikah serta menandatangani surat perjanjian, kan!"
"Mary, hanya sepuluh hari kenapa kamu harus repot-repot menikahkan nya dan gak mungkin hamil juga kan. Kita gak nikah, sayang?"
Senyum Dolken memonyongkan bibirnya, Maria Lili mengecupnya kilas. "Sana keluar!" Usir Perempuan itu kesal. "Selesai meeting pastikan Jack memilih dari model-model yang disediakan, mengerti kamu!" Ketusnya melotot pada adik sepupunya itu. "Iya ya. Baik bos, laksanakan!" Dolken paling takut jika Maria Lili membuka lebar biji matanya, percayalah itu benar-benar menyeramkan. Meski begitu, pemuda itu tetap memeluk Maria Lili. "Sayangku," rayunya. "cup!" Satu kecupan di pipi wanita itu sebelum keluar tanda kesetiaan.
*
Tiba di ruangan Direktur, terkejut hampir terkentut pemuda itu saat melihat ternyata Jacob telah duduk manis di ruangan kantornya. "Sudah lama, Jack?" Tanyanya berusaha bersikap sesantai mungkin.
Hm, desah dalam hati Jacob. Ia paling tidak suka dengan sikap sok akrab Dolken. Memanglah anak ini masih keluarga istrinya tapi disini kantor dan dia bawahannya, serta umur Dolken jauh dibawah umurnya. Dengan jelas Jacob melihat kegugupan disana saat masuk ke ruangannya. "Kenapa dengan ekspresi wajahmu, Ken?" Tanya pria itu.
Wajahku? Kenapa, batin dolken. Apa kelihatan seperti orang yang takut ketahuan selingkuh...
"Tentu saja kaget, Bos. Rapat dua jam dan ini baru satu jam, apa pekerjaan sudah bisa ditinggal? Mary menanyakannya barusan," jawab Dolken jujur memang dia dari ruangan Maria Lili. Siapa tau Jacob mencurigai nya ada main dengan istrinya itu. Karena Jacob hanya diam, Dolken mengambil remot tv. "Yang mana?" tanyanya menunjuk layar monitor seluas meja bilyard yang menempel di dinding. Mereka adalah perempuan-perempuan cantik dan seksi yang dipilih untuk diseleksi ulang oleh Jacob guna menemani Ceo tampan itu selama lebih kurang sepuluh hari di Maldives.
Jacob melirik sekilas pada slide gambar. "Tidak ada. Aku sudah katakan akan mencari sendiri," ujarnya melengos membuang muka.
"Kata Nyonya harus perempuan yang dikenalnya, Bos. Tidak diperkenankan sembarang mencomot di jalan," jawab Dolken.
Ck, decak Jacob.
"Bagaimana? Siapa diantara mereka yang harus saya hubungi, Jack."
Desak Dolken, Jacob merenungnya. Selama dua tahun menjadi asistennya, pemuda ini tidak terlalu menunjukkan kinerja yang bisa dibanggakan. Malah manambah beban pikirannya. Lebih patuh kepada Mary. Jika bukan karena Mary menunjuknya langsung sudah lama Jacob ingin memecatnya. Baiklah, mari kita ikuti permainan kalian dalam hati Presiden Direktur itu.
"Gadis klining servis yang baru bergabung sebulan yang lalu, bernama Rose Diana. Aku mau dia yang menemaniku," kata Jacob.
"Ha!" Dolken membelalak mulutnya ternganga. Kenapa selera si jack turun drastis dalam hatinya. Ia tau orangnya, karena dirinya sendiri yang merekomendasikan adik kelasnya itu sehingga diterima jadi karyawan di JSP Investment. Maksudnya untuk dirinya sendiri, hais. Tau aja si Bos barang bagus keluhnya.
"Kamu keberatan?" Tanya Jacob.
Oh!
"Tidak tidak!" jawabnya cepat. Ck, kenapa harus dia sih. Dolken ragu-ragu.
"Ya sudah sana! Pergi panggil," perintah Jacob menyeringai Dolken yang terbengong.
"Baik Bos, permisi." Dengan malas pemuda itu keluar dari ruangan Direktur, mencari Rose Diana si cantik dari bagian kebersihan.
*
"Apa! Biar benar kamu, Ken?" Bola mata indah Maria Lili membesar mendengar kabar dari asisten suaminya itu.
"Hum...benar sayang," angguk Dolken. "Lihat sendiri, sana! Sekarang perempuan itu ada di ruangan Jack," jawabnya memanasi Maria Lili. Semoga Rose Diana batal kencan dengan Jacob dalam hatinya. "Bukankah kamu harus mencegahnya? Perempuan itu gak pantes jadi sainganmu."
Hais. "Kenapa kamu membawanya kehadapan Jack sebelum konfirmasi padaku," marah Maria Lili bergegas keluar dari ruangannya berlari ke ruangan suaminya.
Gubrak!
Terlihat Jacob dan seorang perempuan belia dengan kemoceng di tangannya, terkejut di ruangan Presiden Direktur itu. Memang keduanya serentak menoleh ke pintu, penasaran siapa gerangan yang datang membawa angin topan.
"Ma-af Jack. Dolken mem-beritahu ku..." Maria Lili berkata dengan suaranya ngos-ngosan.
"Hum," desis Jacob mengerti untuk apa istri yang telah dinikahinya selama sepuluh tahun lebih itu datang menemuinya.
Maria Lili memandang Rose Diana dari ujung rambut sampai ujung kaki. Astaga, berkerak nian gadis ini batinnya. Apa penglihatan Jack sudah rusak. "Kamu yakin mau membawanya?" Tanya Maria Lili menatap Jacob.
"Ehm," angguk Jacob. "Kamu keberatan?"
"Bagaimana kalau iya," tantang Maria Lili ke mata suaminya.
"Dengannya atau tidak sama sekali!" Jacob menjawab tegas.
No way dalam hati Maria Lili. "Apa dia sudah setuju?" Tanyanya penasaran semurahan apa perempuan ini.
"Itu urusan kamu membuat nya setuju," jawab Jacob.
Maria Lili terhenyak. "Aku," tunjuknya ke wajahnya sendiri.
*****to be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
anggita
novel anyar 👌👍
2023-06-01
2