Bab. 4

"Habisnya! Jawaban kamu mengundang decak kagum," jawab Elisa memandang Rose dengan senyum menyeringai. Si culun ini ternyata tidak sepolos kelihatannya.

"Kamu sudah hilang perawan?" Selidiknya kali ini tidak lupa dengan suara pelan.

Ketok!

"Aduh!" Elisa memekik kaget tiba-tiba kepalanya digetok Rose. "Sakit woy," ringis nya.

"Makanya jangan asal nyablak," ketus Rose. "Belum dodol," lanjut gadis itu tersipu.

"Tapi akan," sambung Elisa menatap tembus ke relung hati Rose.

"Hum," geleng Rose tersenyum. "Kata Nyonya Direktur Bapak Direktur gak bisa tegang," ujarnya.

Ha, Elisa tercengang. "Jangan bilang kamu kesana beneran cuma nyapu ngepel?"

"Hanya menemaninya berlibur sepuluh hari terserah apa aja kecuali yang satu itu," jelas Rose. "Makanya aku mau."

"Astaga, Rose! Beruntung sekali kamu."

"Ehm," angguk Rose.

"Tapi gak bisa aku tetap cemburu," ujar Elisa. "Hum," dengusnya buang muka.

"Pulang dari Maldives, aku akan membawamu shoping. Kamu boleh beli apa saja dengan limit 5 juta," tawar Rose, siapa tau berhasil menyenangkan hati teman karibnya itu.

"5 juta?" Elisa terbelalak. "Emang kamu di bayar berapa?" Tanyanya.

Rose tidak ingin Elisa tau jumlah yang sebenarnya, karena ia butuh uang itu untuk biaya kuliah. "100 juta," jawabnya bohong.

"Oh My God, sepuluh hari 100 juta. Janji ya, 5 juta buat aku." Elisa melotot pada Rose memberi jari kelingkingnya.

Uhm, angguk Rose mengaitkan kelingkingnya ke jari Elisa.

*

Jam 21.30 wib Rose pamit pada keluarga Elisa, terbayar sudah rinduku dalam hatinya.

"Apa gak nginap aja, Rose. Sudah malam," tawar ibu Elisa.

"Masih ada angkutan kok, Bu. Perjalanan hanya 45 menit," tolak gadis itu.

"Cepat ke halte kalau gitu nanti ketinggalan bus," ujar si Ibu. Rose tersenyum melirik Elisa.

"Makasih oleh-olehnya, kak!" Sambung Sutris adik Elisa.

"Iya Tris," angguk Rose.

Elisa mengantarnya sampai halte, dari sana barulah Rose akan memesan mobil online. "Jangan lupa oleh-oleh dari Maladewa," bisik gadis itu di telinga Rose.

"Iya," jawab Rose tetap fokus pada ponselnya.

Sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan mereka. "Ini kah," tanya Elisa.

Rose mengangkat wajahnya yang menunduk menatap ponsel. "Bukan," jawabnya. "Aku bahkan belum mendapat pesanan." Gadis itu menunjuk layar ponselnya.

"Oh." Bibir dan mata Elisa membulat melihat mobil mewah. Wajah pria muda nan tampan menyembul saat kaca jendela mobil diturunkan. "Oh my god." Desisnya mengangkat wajah Rose yang menunduk agar melihat ke depan.

"Ayo masuk, Rose!" Kata orang itu. Pintu mobil kelihatan dibuka dari dalam.

Rose termangu, Pak Dolken dalam hatinya. Pria yang sempat menawan hati Rose. Bukan mau mendahului takdir, tapi kayak gak mungkin aja Dolken menyukainya. Walaupun Dolken sering menggoda nya, tapi Rose menganggap itu hanyalah candaan. Karena pemuda ceria itu terkenal ramah pada semua perempuan di kantor JSP. Ibu-ibu bagian toilet pun digodanya. Ditambah lagi lusa ia akan dimakan Jacob, tidak mungkin Dolken gak tau, kan.

Elisa makin kagum pada Rose, kenalannya gak tanggung-tanggung. Tapi ini bukan Direktur JSP, ia tau Jacob Pattinson karena wajahnya bisa di browsing di Internet. "Siapa?" tanyanya.

"Asisten Jacob," jawab Rose pelan.

"Wow! Segitiga cinta," desis Elisa.

"Apa sih," tepis Rose malu. Elisa paling bisa membaca situasi.

*

"Ayo masuk," kata Dolken melihat Rose yang termangu.

"Sana, dipanggil itu." Elisa mendorong Rose.

"Iya, bentar dulu." Rose menahan Elisa, gadis itu salah tingkah. Sejak kapan perasaannya pada Dolken sedalam ini, padahal baru sebulan mereka kenal. Saat Rose memberanikan diri melamar kerja di kantor JSP, dia sempat kesasar saking luasnya gedung. Bertemu Dolken, kemudian minta tolong mengantarnya ke ruang interview. Dengan senang hati Dolken membantunya. Saat Rose menyebut nama sekolahnya, Dolken menyambut tangan Rose. "Selamat kamu diterima," ujarnya tersenyum lebar. Padahal belum Interview, dan benar saja. Ah Pak Dolken batin Rose, kalau gak ketemu kamu belum tentu aku lulus seleksi.

"Kamu menyukai nya?" Bisik Elisa mengejutkan Rose.

Ha! Rose menggeleng. "Aku butuh uang Lisa. Bukan cinta sejati," jawabnya berbisik juga.

"Mantap," seru Elisa. "Zaman sekarang kita harus realistis."

"Tapi ngapain Dolken ke daerah Pasar induk? Apa disuruh Bos memata-matai diriku, takut kabur setelah dibayar panjar kah?"

"Bodo amat," jawab Elisa. "Sudah sana! Dari pada naik mobil online. Lebih enak naik mobil mewah disupiri babang tampan."

"Kamu suka benar kalau ngomong," senyum Rose.

"Cepat! Apa perlu ku gendong," teriak Dolken dari dalam mobil.

Rose tersipu, melebarkan senyumnya.

"Cie," goda Elisa, menjeling genit pada babang tampan. "Denganku saja Kak, kalau Rose nya gak mau!" Teriak gadis itu berharap semoga gayungnya bersambut.

Rose melotot pada Elisa. "Aku pergi Lis," ujarnya cepat. Dari pada temannya ini makin kegenitan.

"Iya, selamat menikmati kencan dengan Pak Direktur." Elisa tersenyum mengerling mata genit pada Rose.

"Ish," kesal Rose ngilu digoda Elisa.

"Jangan main dua Rose, yang ini biar untukku."

"Ck," decak Rose. "Sana kamu pulang," usirnya

"Ehm gampang," angguk Elisa. "Bye."

"Cih bye," balas Rose kemudian menghampiri mobil Dolken, masuk kemudian duduk di samping pria itu.

*

"Pak Dolken gak mungkin gak sengaja lewat, kan! Ada apa menyusul ku?" Tanya Rose setelah mobil berjalan agak jauh dari halte dan Dolken diam saja. "Rose jadi salting neh, Pak Dolken gak ceria seperti biasanya."

"Jangan geer, ya!" Ketus Dolken. "Mary yang memintaku menjemputmu," jawabnya acuh.

"Nyonya Direktur?" Tanya Rose tak percaya.

"Yaaaa! Maria Lili," jawab Dolken tidak bisa menutupi rasa kecewanya.

"Ada apa Ibu wakil Direktur mencariku," tanya Rose. "Bukankah sudah deal, lusa berangkat."

Mendengar itu Dolken membanting stir ke samping, menginjak rem dengan kasar. "Pak Dolken!" Pekik Rose kaget. Tangan gadis itu meraba pertahanan diri menggenggam nya erat, agar tidak terpental keluar.

Mobil berhenti di sisi jalan. Dolken memutar tubuhnya menghadap Rose, merenung di wajah gadis itu.

Gleg, Rose meneguk ludah.

Bagaimana tidak kepanasan, wajah mereka hanya berjarak satu inchi. Dan bau Dolken sangat wangi. "A-da apa Bu Ceo men-ca riku ma-lam-malam be-gini?" tanyanya terbata berusaha menenangkan diri, mencoba memadamkan api asmara yang dahulu pernah membara dihatinya.

"Rose! Kenapa kamu tidak menolak tawaran Maria Lili!" Tanya Dolken dengan ekspresi wajah kecewa.

Gadis itu terperangah, jangan bilang dia naksir aku batin Rose. Kenapa baru nanya sekarang, sih. Setelah kontrak di tandatangani. "Aku butuh uang buat lanjut kuliah, Pak." Jawabnya jujur.

"Waktu aku tanya apa kamu gak berminat kuliah, bukankah kamu menjawab tidak!" Marah Dolken.

"Itu karena saat itu aku gak punya uang," jawab Rose.

"Uang!" sinis Dolken. "Aku gak nyangka kamu gadis yang rela menjual diri demi uang."

*** to be continued.

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

😂...emg benerkan

2024-10-31

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!