Bab. 5

Ha, jual diri.

Sedih melanda hati Rose. Bahkan di temaram cahaya lampu mobil ia bisa melihat wajah Dolken yang memerah menahan marah. "Boleh kita bicara tidak terlalu dekat begini," mohon Rose. "Aku gak bisa bernafas."

"Sini kuberi nafas buatan," seringai Dolken.

"Tidak! Jangan Pak," jawab Rose, dengan cepat menutup mulutnya.

Hum, Dolken menarik ujung bibirnya. "Dengan pria beristri seperti Jacob kamu tidak keberatan, tuh!" Sindirnya.

"Tapi itu nanti setelah menikah," jawab Rose. "Aku gak keberatan jika itu suamiku."

"Suami," desis Dolken. "Beri aku ciuman pertamamu Rose," pinta Dolken membuat Rose membelalak.

"Jangan Pak," tolak gadis itu mendorong Dolken.

Pemuda itu bergeming. "Rose, perkawinan antara kamu dan Jacob hanya sepuluh hari. Nikah mut'ah tidak sah dimata hukum agama, bahkan dosanya besar. Ciuman tidak membuat mu berdosa sebesar dosa zinah," jelas Dolken.

"Ah." Rose terperangah. "Aku terlanjur tandatangan, mana bisa mundur lagi."

"Yang kamu khawatirkan dendanya bukan dosanya," geleng Dolken.

"Bagiku yang penting ada ijab kabul ada wali dan saksi itu cukup membuatku nyaman," jawab Rose. "Lagian istri sahnya yang meminta sendiri."

Hah, desah Dolken. "Setelah itu datanglah padaku, Rose. Aku gak masalah biarpun kamu sudah dimakan tupai. Jadilah pacarku, apa saja kebutuhanmu aku yang tanggung." Pemuda itu tidak bisa menahan keinginannya lebih lama lagi, kemudian mendekatkan bibirnya ke bibir Rose. Sedikit lagi sampai jika gadis itu tidak menutup mulutnya.

"Ayo cium aku Rose," desak Dolken.

Hais.

"Kenapa sekarang baru bilang, jika sebelumnya kan aku ada alasan menolak tawaran Maria Lili," ujar Rose dari balik tangannya yang menutupi bibirnya rapat.

"Tak masalah bagiku, asal kamu tau saja. Perasaanku padamu serius, hanya aku gak bisa menjalin hubungan serius sekarang. Aku masih butuh uang yang banyak untuk membangun rumah tangga denganmu."

Ha, lagi-lagi Rose terperangah mendengar perkataan Dolken. Rumah tangga? Biar benar kamu Pak, batin Rose.

"Kamu gak keberatan kalau kita backstreet dulu kan," kata Dolken yakin bahwa Rose juga menyukai nya.

"Hum." Rose mendesah, kasian melihat wajah Dolken sampai memelas gitu. Panjar 10 juta telah berkurang buat belanja oleh-oleh pulang kampung. "Apa Pak Dolken punya uang sebanyak sepuluh juta? Batalkan saja kontraknya kalau begitu," usul Rose.

"Tidak! Jangan!" Ucap Dolken cepat.

Pula! Apa maunya si Dolken ini batin Rose. "Pak Dolken tidak benar-benar mencintaiku," kata Rose kecewa gak mengerti jalan pikiran Dolken.

Hah, aku hanya ingin bersenang-senang dulu batin pria itu. "Aku mencintaimu Rose, sungguh!" Dolken terpaksa berbohong. "Tapi aku hanya karyawan biasa, tidak berani menentang atasan. Aku berharap kamu punya harga diri untuk menolak, taunya sama saja dengan perempuan matre di luar sana." katanya sinis pura-pura kecewa.

Perkataan Dolken sangat menyakiti hati Rose, tak terasa air matanya menitik setetes. "Lalu kenapa kamu masih berharap aku datang padamu? Aku gak mau hubungan di luar nikah, ingat itu! Biarkan aku turun, Pak. Sebaiknya aku pulang naik mobil online saja," rajuk Rose.

Dolken menatapnya geram. "Tidak ada hubungan diluar nikah, Rose. Hanya peluk cium wajar, kan! Layaknya orang pacaran."

"Tidak mau!" Teriak Rose. "Turunkan Aku! Atau nanti aku ngaku pada Nyonya Direktur bahwa kamu mencium ku."

"Rose!" Pekik Dolken naik darting, diancam begitu tentu saja ia keder. Bisa mati dia dibunuh Maria Lili. "Sekali saja, please. Tandanya kita jadian."

"Tidak mau," kekeh Rose. "Aku mau turun, please."

Tit tit it.

Ponsel di dashboard berbunyi. Ck, decak Dolken. Ia tau siapa yang memanggilnya. "Iya! Ini otw," jawab pemuda itu.

"......" Maria Lili

"Iya, enggak. Aku cuma ngetes tadi. Tunggulah, sepuluh menit sampai."

"......" Maria Lili.

"Hm bye," jawab Dolken menekan tombol off di ponselnya.

Menarik nafas kasar pemuda itu menghidupkan mesin mobil, dalam diam mereka berangkat menjumpai Ibu Wakil Direktur. Dolken lupa yang dikemudikan nya menjemput Rose adalah mobil Maria Lili. Maka apa yang dilakukannya di mobil ini ternyata bisa diketahui oleh yang punya mobil dimanapun ia berada. "Sial" Pemuda itu membanting stir.

Rose bersyukur Pak Dolken tidak memaksanya. Betapapun ia menyukai laki-laki ini, tapi untuk melakukan yang diminta Dolken tidak akan Rose berani coba-coba. Setan tidak tidur, 24 jam nonstop berkerja menyesatkan anak keturunan adam untuk menemaninya di Neraka.

*

Mereka sampai di kediaman Sandy Purnomo Residen. Luasnya gak tanggung, Rose terpukau. Betapa enaknya jadi orang kaya. Kapan aku bisa seperti ini batinnya.

Beberapa penjaga terlihat siaga berpakaian kantor resmi, lengkap dengan jas dan dasi. Seperti di film-film Action. Rose bergidik seram membayangkan senjata api yang ada di balik jas para bodyguard.

Dolken membawa Rose naik ke lantai dua melalui tangga antik yang berputar cantik. Di langit-langit lampu-lampu tergantung cantik. Ya Tuhan ini bukan rumah tapi istana Surgawi, dalam hati Rose terkagum-kagum.

Masuk ke ruangan yang luas seperti aula, terlihat beberapa orang sudah menunggu kedatangan mereka. Beberapa pria memakai baju koko lengkap dengan kopiah. Rose belum dikabarkan kapan Jacob akan menikahinya, ternyata malam ini juga. Dikiranya nanti di Maldives.

*

Rose tidak berdandan layaknya pengantin biasanya, ia bahkan masih mengenakan pakaian kerjanya tadi pagi. Syukurnya bukan seragam Office girl, hanya Rose diminta mengenakan kerudung.

Gadis itu tidak berani mengangkat wajahnya, duduk gelisah di bangku yang telah disediakan. Sekilas ia melirik Pak Direktur mengenakan kemeja biru muda, duduk di samping Nyonya Wakil Direktur mengenakan gaun sederhana namun tetap elegan. Tidak terlihat di wajah Nyonya cantik itu ada rasa kesedihan layaknya perempuan yang akan dimadu.

"Nona Rose Diana binti Angling Darma usia 19 tahun," panggil Pak Hakim.

"Saya," jawab Rose.

"Benarkah kamu tidak punya wali?"

"Benar Pak Hakim," jawab Rose. "Keluarga saya hanya Paman dari pihak ibu, Ayah sudah menghilang selama lebih sepuluh tahun."

"Apa keluargamu tau malam ini kamu menikah," tanya Pak Hakim.

Rose berusaha menekan debaran di dadanya, nerveus karena harus berbohong. "Barusan saya dari rumah Paman. Karena mendadak, mereka minta maaf tidak bisa turut menyaksikan," jawab Rose berusaha untuk tidak gemetar namun tidak berhasil. Itu terdengar dari suaranya yang seperti orang ketakutan.

Hum, desah Pak Hakim kemudian menoleh pada Jacob dan Maria Lili. "Ini kedua kali saya menjadi wali nikah istri anda, Tuan Pattinson. Kenapa saya tidak melihat gadis yang pertama," kata Pak Hakim.

Ha. Jadi aku bukan yang kedua setelah Maria Lili batin Rose.

Ehm. "Pak Hakim, yang kemarin itu sudah diceraikan." Kata Maria Lili mewakili suaminya.

"Cerai!" Pak Hakim mengerut dahi. "Boleh saya tau sebabnya?"

"Ada ketidak cocokan antara suami saya dengan istri keduanya," jawab Maria Lili lagi.

"Apa dia masih hidup?"

Ha, Rose tercengang mendengar pertanyaan Pak Hakim. Apa maksudnya masih hidup, perempuan itu bertambah gemetar.

*** to be continued.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!