Berandal Berandalan
Malam itu tidak seharusnya pernah terjadi, karena kecerobohan yang tidak di sengaja oleh Gian harus terjebak di situs yang mustahil untuk dirinya lepaskan.
"Kek. Gian pergi beli nasi goreng bentar",pamit Gian berlari kecil keluar rumah dengan mengenakan pakaian santai lengkap dengan sweater rajut merah tua polos yang ia kenakan.
"Neng lari Neng, ada tawuran di sana",seorang mas tukang nasi goreng yang tergopoh-gopoh mendorong gerobak nasi goreng menjauh dengan sesekali sedikit oleng ke kiri dan ke kanan.
Dari kejauhan Gian yang memang melihat ada sekelompok pemuda bersenjata berlari mendekat, segera ikut berlari menyusul mang tukang nasi goreng dan beberapa orang lain yang ikut berlarian menjauh.
Berhasil lari menyusul mang tukang nasi goreng tadi. Gian yang memang sangat panik masih sempat-sempatnya teringat tentang isi perut.
"Mas, mas aku tadi mau beli nasi goreng nya",sembaring tetap berlari kecil di samping gerobak mang penjual nasi goreng.
"Yagusti neng, nanti dulu neng kalau sudah dapat tempat aman",kata Mang penjual nasi goreng."Bakal rugi besar neng kalau mereka sampai menghancurkan gerobak mamang. Anak bini mau di kasih makan apa neng",
'Eh!Malah adu nasib',gumam Gian dalam hari sembaring masih tetap berlari.
"Woooowww.......".
"Aaaaaaa.........".
Kedua tugu terlibat bentrokan dengan sangat sengit. Sama-sama dominan menguasai area tawuran membuat bentrokan antar remaja ini semakin larut malam semakin memanas.
Sampai-sampai polisi di bantu dengan beberapa tentara yang kebetulan lewat ikut turut serta turun tangan langsung membubarkan tawuran, yang semakin parah menganggu lingkungan sekitar.
Para remaja yang awalnya saling serang lambat lau berhamburan melarikan diri untuk menghindari polisi yang akan menangkap mereka.
Zaka yang berhasil keluar dari area keributan terus berlari sekencang mungkin menerabas dinginnya angin malam. Hingga akhir ia masuk ke dalam area pemukiman warga. Suasana yang awalnya riuh kini berganti sunyi senyap. Walau saat ini waktu masih menujuk pukul 10 malam.
Berlahan-lahan ia lambatkan laju larinya, berjalan masuk ke dalam salah satu perkebunan warga untuk bersembunyi di bawah pohon mangga besar. Dan benar saja firasatnya, jika suara hentakan kaki yang Zaka dengar samar-samar sejak tadi tengah melangkah mendekat ke arah nya adalah kelompok polisi yang di bantu oleh beberapa warga mencari anak-anak tawuran yang masuk ke pemukiman.
Syukurlah Zaka yang memiliki insting kuat segera bersembunyi. Walupun begitu ia yang sudah aman, tetap sesekali ia masih melihat sekeliling nya, waspada. Zaka sebisa mungkin untuk tidak tertangkap. Sudah cukup sering ia berurusan dengan polisi. Untuk kali ini, Zaka sudah tidak ingin lagi.
Bukan takut dengan polisi. Melainkan Zaka sudah lelah jika harus ribut lagi dengan ayahnya.
Zaka yang masih bersembunyi di balik kegelapan bawah pohon mangga. Kembali ia melihat situasi di sekeliling nya. Untuk memastikan para polisi-polisi itu tidak kembali melewati jalan ini.
Tempat persembunyian saat ini juga sangat beresiko untuk dirinya tertangkap. Akan tetapi jika ia pergi mencari tempat lain, itu jauh lebih beresiko. Karena saat ini mereka pasti sudah mulai berkeliling mencari keberadaan para remaja tawuran di seluruh kampung. Alhasil Zaka pun terjebak di tempat ini sampai beberapa jam. Sampai situasi benar-benar aman, jika ia tidak tertangkap.
Masih belum cukup sampai Zaka bersembunyi, ia baru menyadari jika lengan jaket nya sobek cukup lebar hingga memperlihatkan luka sayat yang cukup dalam di sana. Sehingga ia dapat melihat jelas darah bercucuran keluar. Rasa nyeri, peri mulai ia rasakan karena luka yang menganga cukup dalam ini.'Sial!Bagiamana gue tidak sadar?Siapa yang berani membuat gue terluka?', pikir Zaka geram.
+++
Selesai membeli satu bungkus nasi goreng yang akhirnya berhenti tepat di depan masjid. Gian pun berlalu pergi untuk segera pulang dengan membawa satu bungkus nasi goreng yang baru saja ia beli.
"Makasih mang",
"iya neng, hati-hati. Kalau bisa jangan lewat sana neng bahaya",mang penjual nasi goreng yang memang sudah sangat akrab dengan Gian pelanggan setianya.
"Siap mang",
Entah karena lupa?Atau memang Gian sengaja. Gian justru kembali pulang melewati gang sepi yang cukup dekat sekali dengan area tawuran tadi. Mungkin karena gang sepi ini sajalah yang sangat dekat dengan rumah Gian. Bisa jadi itu alasan Gian memilih untuk melewati jalan ini.
Tidak hanya sepi, jalan ini juga di kelilingi banyak pepohonan mangga besar dan hanya ada beberapa rumah di sana. Tapi tenang, jalanan ini tetap tidak menakutkan, toh sudah banyak penerangan lampu di jalan ini. Karena jalan ini satu arah untuk pergi ke mushola terdekat.
Namun tiba-tiba di tengah langkahnya Gian menghentikan langkah kaki. 'Eh!Itu orang apa bukan?', bergumam dalam hati saat ia melihat sesosok laki-laki yang tengah terduduk di balik kegelapan belakang pohon mangga.
Gian mencoba menghiraukan dan memilih untuk tetap melanjutkan perjalanan nya. Namun karena terlalu terburu-buru. Gian tanpa sengaja tersandung akar pohon yang memang ada sedikit menjalar ke tengah jalan.
Oh hampir lupa memberitahu kalian, jika jalanan yang Gian lalu belum di aspal atau di paving. Jalanan itu masih alami berupa tanah yang beberapa berbatu.
Next....
Gian tersandung sampai tersungkur,"Asitt!!Sial",merintih kesakitan.
Ia beranjak bangun untuk duduk, sembaring meraih kantong plastik berisikan bungkus nasi goreng yang terlempar.
'Syukurlah tidak tumpah',Gian yang lekas beranjak dari tempat duduknya. Namun ia kembali terduduk karena luka di pergelangan kakinya.
"Aduh ceroboh",kesalnya pada diri sendiri.
Tangan seorang laki-laki tiba-tiba terulur di depan Gian. Membuat tubuh Gian ngefreeze tidak bisa bergerak. Di saat Gian ingat betul wajah laki-laki di depannya sama persis seperti dia yang samar-samar ia lihat di balik kegelapan itu. Ditambah lagi dia sekarang terlihat sangat jelas sekali di depan mata Gian.
Melihat katana yang di selipkan di lingkar pinggang nya. Ketakutan Gian rasakan semakin menjadi membuat tubuhnya mematung di tempat.
Suara langkah kaki banyak kembali terdengar samar dari kejauhan berjalan mendekat. Zaka segera tergerak meraih pergelangan tangan perempuan yang sudah ia sadari sangat ketakutan pada dirinya.
Dengan susah payah Gian memaksa dirinya untuk berdiri dengan baik. Mengikuti keinginan laki-laki yang tidak di kenalnya.
Di sinilah hal terduga yang tidak harus menjadi kenyataan tejadi. Saat katana berlumuran darah ini menggantung di leher Gian. Alhasil Gian semakin terdiam membeku ngefreeze. Bahkan ia sampai mengabaikan kantung plastik berisikan bungkus nasinya kembali terjatuh.
Zaka mendekat wajah di dekat daun telinga Gian,"Jangan coba-coba teriak atau berani bilang ke mereka. Mendekam di dalam penjara pun gue tetap bisa membunuh lu",bisikkan Zaka berakhir tepat saat salah seorang pria berpakaian polisi masuk gang ini.
Semakin dekat dengan Gian. Salah seorang warga yang mengenal Gian bertanya,"Gian kenapa di sini?".
"Hah?", Gian belum sepenuhnya puluh dari rasa ketakutan nya.
"Gian",seru pak warga ini.
Tersadar,"Habis beli nasi goreng pak, tapi saya ceroboh jadi kesandung di sini",di susul senyum terpaksa malu.
"Sampai merah kayak gitu biar bapak antar pulang Neng".
"Tidak-tidak, tidak perlu saya bisa jalan sendiri, permisi",
"Tunggu neng",hentikan salah seorang pak polisi pada Gian yang baru beberapa langkah berjalan.
"Neng tadi lihat ada laki-laki mencurigakan lari lewat sini?",
'Laki-laki tadi',batin Gian langsung di tepis dengan,'mendekam di dalam penjara pun gue tetap bisa membunuh lu',mengingat ancaman laki-laki itu membuat hati Gian terasa ngilu di ulu hati yang ketakutan.
menggeleng ringan,"Tidak pak, tidak ada yang lewat sini selain saya".
Gian yang bergegas melanjutkan perjalanan nya. Dengan kaki yang sedikit terseret tertatih-tatih Ia lekas pergi.
Selepas bapak itu pergi jauh. Zaka kembali memperhatikan sekelilingnya. Di rasa sudah aman, ia beranjak keluar dari tempat persembunyiannya buru-buru untuk segera pergi sebelum mereka kembali lagi.
+++++
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments