Seperti bantal busa

Tanpa diduga-duga Zaka yang Gian pikiran memang sudah berubah. Justru tidak sama sekali. Zaka tetaplah laki-laki kejam yang sama di malam itu.

Di saat Gian fokus membuat minuman di dapur untuk Zaka. Zaka yang entah sejak kapan sudah masuk ke dalam rumah Gian. Saat ini sudah mengalungkan sebila pisau di leher Gian. Zaka lagi-lagi memberikan Gian ancaman yang membuat Gian benar-benar ketakutan.

"Teriak, hilang kepala lu".

"Di mana kamar lu?".

"Cepat tunjukkan",bentak Zaka.

Dengan ragu-ragu sangat ketakutan Gian menunjukkan di mana tempat kamar tidurnya. Di saat sudah dekat Zaka langsung menyuruh Gian untuk segera membuka pintu nya.

Masih dengan mengalungkan sebila pisau di leher Gian,"Motor gue ada di dalam rumah lu, jika seandainya Opa pulang dan tanya, bilang itu motor teman lu yang titip motor di sini".

"Jangan sesekali lu bilang ada gue di dalam kamar lu".

"Jika lu tidak menuruti keinginan gue, gue

pastikan hidup lu hancur",ancam yang sama membuat bulu kutub Gian berdiri ketakutan.

Gian pun mengangguk ragu-ragu menyetujui kesepakatan Zaka.

Membuat Zaka akhirnya menjauhkan pisau dalam genggaman tangan nya dari leher Gian. Ia berlalu menjauh sembaring memainkan layar ponsel nya.

Gian seketika bisa bernafas dengan lega sejenak.

Dari kejauhan Gian melihat dengan jelas ekspresi wajah serius Zaka yang sibuk berbalas chat melalui ponsel nya. Dengan seseorang di seberang sana.

Namun sesibuk apapun Zaka, saat Gian hendak membuat pintu kamar. Zaka langsung berpaling melihat tajam ke arah Gian.

Dengan nada bicara gugup Gian menyampaikan,"Aku mau mematikan kompor. Kalau kau tidak percaya kamu bisa ikut aku",

"Alasan! Mau kabur kan lu",Zaka bernada marah melihat tajam nan dingin Gian.

Gian tidak berkata apapun lagi selain menghembuskan nafas nya kasar.

Di saat itulah Zaka terdiam tidak mengatakan apapun, melihat Gian dengan tatapan biasa sebelum akhirnya kembali fokus dengan layar ponsel yang menyalah. Sehingga Gian akhirnya bisa pergi keluar untuk mematikan kompor.

Karena bersamaan dengan kepulangan Kakek. Gian pun terlambat kembali ke kamar. Saat akan kembali kamarnya, ia membuka pintu kamar dengan ragu-ragu ketakutan Zaka akan marah. Gian bahkan memiliki pemikiran untuk berteriak saja mencari bantuan. Tapi jika itu terjadi bagaimana dengan ancaman Zaka. Jika dirinya saja yang menderita tidak papa, tapi bagaimana dengan Kakek nya. Tidak!Gian harus tetap diam.

Setelah memiliki cukup keberanian Gian pun membuka pintu kamarnya dengan hati-hati.

Namun saat pintu kamar sudah terbuka dan Gian sudah masuk ke dalam kamar. Gian melihat Zaka hanya terduduk santai di kursi belajar yang Zaka tarik ke dekat jendela kamar yang tentu masih tertutup gorden. Dan ia masih di sibukkan bermain ponselnya.

Masih ragu-ragu Gian berjalan mendekat dan menyodorkan sebotol air putih pada Zaka,"Di..minum".

Zaka sudah menjulurkan tangannya tapi ia tidak kunjung mengambil pemberian Gian. Manik matanya justru terfokus melihat Gian cukup lama membuat Gian semakin ketakutan.

Hingga akhir Zaka mengambil botol itu,"Thanks",ucapnya langsung membuka tutup botol dan menengok isi botol itu.

Sudah selesai memberikan botol minuman Gian justru terdiam mematung terfokus melihat naik turunnya jangkuk Zaka saat minum,'Fantasi gila apa ini Gian??',pikir Gian sembaring melamun. Melihat betapa sixpack nya otot-otot leher Zaka yang sampai ikut keluar, otot-otot lengan yang memegangi botong air minum juga terlihat sangat indah. Zaka terlalu sempurna sebagai remaja pada umumnya.

Karena terlalu hanyut dalam pikiran nya. Saat Zaka sudah berdiri di depan pun Gian tidak menyadari nya,"Lu kenapa?",

Gian hanya terdiam menunduk.

"Gue akan menginap di sini sampai pagi. Berarti perjanjian tadi masih terus berjalan sampai pagi",kata Zaka menatap dingin Gian yang sudah menatapnya balik terkejut.

"Hidup lu ada di tangan gue. Tapi tenang gue akan pergi secepatnya saat situasi sudah aman".

Sudah beberapa jam berlalu. Hari sudah berganti malam. Zaka tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya membuat Gian yang masih terjaga was-was.

Walaupun Gian sudah keluar kamar beberapa kali karena di panggil kakek nya. Entah itu untuk mandi atau makan malam. Dan Zaka tidak mempermasalahkan sama sekali. Tetap saja Gian merasa ketakutan juga nyaman.

Tidak melakukan apapun Zaka hanya menyingkirkan kursi yang ia duduki, agar ia bisa tiduran di sana berbantalkan jaket miliknya.

Lelaki itu tidur membelakangi Gian yang masih terduduk di pojok tempat tidurnya. Terheran-heran melihat lelaki di depannya. Karena ia tidak tau harus menyebut apa lelaki yang ada bersamanya saat ini. Terkadang ia terlihat seperti monster tapi di sisi lain dia juga seperti malaikat.

"Hey Gia, Gia bangun",Zaka sembaring menggoyang-goyangkan bahu Gian.

Menyadari itu. Gian langsung melonjak bangun duduk sedikit menjauh dari tempat Zaka berdiri di samping tempat tidurnya.

"Kamar lu tidak ada kamar mandi nya?",tanya Zaka membuat mata Gian membelalakkan sempurna."Gue butuh kamar mandi secepat nya",sambungnya sembaring menahan sesuatu di bawah sana yang tidak tertahankan.

"Hey Gian",panggil Zaka sedikit membentak pada Gian.

Gian yang baru tersadar langsung beranjak turun dari tempat tidurnya. Ia berjalan membuka pintu kamar untuk memastikan situasi di luar kamarnya sudah tidak ada lagi kakeknya.

"Ayo",ajak Gian pada Zaka yang mengikuti langkah kaki Gian dari belakang sembaring memegangi kaos yang Gian kenakan.

Setibanya di dapur Gian langsung menunjuk kearah kamar mandi rumah nya berada. Zaka secepat kilat melesat masuk ke dalam kamar mandi.

"Gila lega",ujar Zaka yang akhirnya bisa menuntaskan seluruh air emas dunia yang semenjak tadi ia tahan-tahan.

Belum juga menyelesaikan kegiatan nya, pintu kamar mandi tiba-tiba di buka paksa dari luar. Sampai membuat Zaka tercengang kaget dengan kehadiran Gian yang berdiri membelakanginya menempel di belakang pintu kamar mandi.

"Bentar Kek Gian lama, mau buang air besar",kata Gian sedikit berteriak kepada seseorang di luar sana.

"Siapa yang mau ke kamar mandi. Kakek mau buat teh",saut suara lelaki tua di luar sana."Lain kali jangan buru-buru kalau masuk kamar mandi bahaya kalau terpeleset".Pesan kakek Gian.

"Iya kek maaf",

Menepuk bahu Gian membuat Gian terkejut,"Gue sudah selesai lu bisa balik badan",kata Zaka memberitahu.

Bernada rendah Gian menundukkan kepala di depan Zaka,"Ma..maaf masuk tiba-tiba".

Mendekap mulutnya dengan kepalan tangan kanannya menahan tawa,'Lugu kali cewek ini. Seharusnya dia ketakutan, bukan minta maaf',pikir Zaka tidak habis pikir.

"Lu bisa lihat kakek lu sudah pergi atau belum?",tanya Zaka pada Gian.

Gian hanya menggeleng ringan dan mulai mencari sesuatu yang bisa membantu dirinya mengintip dari atas pintu kamar mandi ini yang sengaja di biarkan berlubang sedikit.

Zaka yang pekah akan hal itu langsung memegangi kedua pinggang Gian untuk mengangkat tubuh Gian ke atas. Seperti mengangkat bantal busa.

Gian terkejut bukan main, apalagi ini pertama untuk nya dan ini terlalu dekat. Berada di dalam satu kamar mandi bersama seorang lelaki yang tidak di kenal nya. Bahkan memiliki teman lelaki pun Gian belum pernah sama sekali.

"Ti...sudah tidak ada",kata Gian memberitahu Zaka dengan sedikit bernada suara gugup.

Zaka menurunkan Gian kembali dengan hati-hati, ia mengelus lembut kepala Gian yang lagi-lagi membuat manik mata Gian membulat sempurna.

"Cepat jalan keburu kakek lu keluar lagi",ajak Zaka yang lagi-lagi menyadarkan Gian dari lamunan nya.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

#BULU KUDUK thor,typo beterbangan..tapi gak papa karena cerita nya bagus,aku paham2 aja..😃

2025-01-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!