NovelToon NovelToon

Berandal Berandalan

Kesalahan akar pohon

Malam itu tidak seharusnya pernah terjadi, karena kecerobohan yang tidak di sengaja oleh Gian harus terjebak di situs yang mustahil untuk dirinya lepaskan.

"Kek. Gian pergi beli nasi goreng bentar",pamit Gian berlari kecil keluar rumah dengan mengenakan pakaian santai lengkap dengan sweater rajut merah tua polos yang ia kenakan.

"Neng lari Neng, ada tawuran di sana",seorang mas tukang nasi goreng yang tergopoh-gopoh mendorong gerobak nasi goreng menjauh dengan sesekali sedikit oleng ke kiri dan ke kanan.

Dari kejauhan Gian yang memang melihat ada sekelompok pemuda bersenjata berlari mendekat, segera ikut berlari menyusul mang tukang nasi goreng dan beberapa orang lain yang ikut berlarian menjauh.

Berhasil lari menyusul mang tukang nasi goreng tadi. Gian yang memang sangat panik masih sempat-sempatnya teringat tentang isi perut.

"Mas, mas aku tadi mau beli nasi goreng nya",sembaring tetap berlari kecil di samping gerobak mang penjual nasi goreng.

"Yagusti neng, nanti dulu neng kalau sudah dapat tempat aman",kata Mang penjual nasi goreng."Bakal rugi besar neng kalau mereka sampai menghancurkan gerobak mamang. Anak bini mau di kasih makan apa neng",

'Eh!Malah adu nasib',gumam Gian dalam hari sembaring masih tetap berlari.

"Woooowww.......".

"Aaaaaaa.........".

Kedua tugu terlibat bentrokan dengan sangat sengit. Sama-sama dominan menguasai area tawuran membuat bentrokan antar remaja ini semakin larut malam semakin memanas.

Sampai-sampai polisi di bantu dengan beberapa tentara yang kebetulan lewat ikut turut serta turun tangan langsung membubarkan tawuran, yang semakin parah menganggu lingkungan sekitar.

Para remaja yang awalnya saling serang lambat lau berhamburan melarikan diri untuk menghindari polisi yang akan menangkap mereka.

Zaka yang berhasil keluar dari area keributan terus berlari sekencang mungkin menerabas dinginnya angin malam. Hingga akhir ia masuk ke dalam area pemukiman warga. Suasana yang awalnya riuh kini berganti sunyi senyap. Walau saat ini waktu masih menujuk pukul 10 malam.

Berlahan-lahan ia lambatkan laju larinya, berjalan masuk ke dalam salah satu perkebunan warga untuk bersembunyi di bawah pohon mangga besar. Dan benar saja firasatnya, jika suara hentakan kaki yang Zaka dengar samar-samar sejak tadi tengah melangkah mendekat ke arah nya adalah kelompok polisi yang di bantu oleh beberapa warga mencari anak-anak tawuran yang masuk ke pemukiman.

Syukurlah Zaka yang memiliki insting kuat segera bersembunyi. Walupun begitu ia yang sudah aman, tetap sesekali ia masih melihat sekeliling nya, waspada. Zaka sebisa mungkin untuk tidak tertangkap. Sudah cukup sering ia berurusan dengan polisi. Untuk kali ini, Zaka sudah tidak ingin lagi.

Bukan takut dengan polisi. Melainkan Zaka sudah lelah jika harus ribut lagi dengan ayahnya.

Zaka yang masih bersembunyi di balik kegelapan bawah pohon mangga. Kembali ia melihat situasi di sekeliling nya. Untuk memastikan para polisi-polisi itu tidak kembali melewati jalan ini.

Tempat persembunyian saat ini juga sangat beresiko untuk dirinya tertangkap. Akan tetapi jika ia pergi mencari tempat lain, itu jauh lebih beresiko. Karena saat ini mereka pasti sudah mulai berkeliling mencari keberadaan para remaja tawuran di seluruh kampung. Alhasil Zaka pun terjebak di tempat ini sampai beberapa jam. Sampai situasi benar-benar aman, jika ia tidak tertangkap.

Masih belum cukup sampai Zaka bersembunyi, ia baru menyadari jika lengan jaket nya sobek cukup lebar hingga memperlihatkan luka sayat yang cukup dalam di sana. Sehingga ia dapat melihat jelas darah bercucuran keluar. Rasa nyeri, peri mulai ia rasakan karena luka yang menganga cukup dalam ini.'Sial!Bagiamana gue tidak sadar?Siapa yang berani membuat gue terluka?', pikir Zaka geram.

+++

Selesai membeli satu bungkus nasi goreng yang akhirnya berhenti tepat di depan masjid. Gian pun berlalu pergi untuk segera pulang dengan membawa satu bungkus nasi goreng yang baru saja ia beli.

"Makasih mang",

"iya neng, hati-hati. Kalau bisa jangan lewat sana neng bahaya",mang penjual nasi goreng yang memang sudah sangat akrab dengan Gian pelanggan setianya.

"Siap mang",

Entah karena lupa?Atau memang Gian sengaja. Gian justru kembali pulang melewati gang sepi yang cukup dekat sekali dengan area tawuran tadi. Mungkin karena gang sepi ini sajalah yang sangat dekat dengan rumah Gian. Bisa jadi itu alasan Gian memilih untuk melewati jalan ini.

Tidak hanya sepi, jalan ini juga di kelilingi banyak pepohonan mangga besar dan hanya ada beberapa rumah di sana. Tapi tenang, jalanan ini tetap tidak menakutkan, toh sudah banyak penerangan lampu di jalan ini. Karena jalan ini satu arah untuk pergi ke mushola terdekat.

Namun tiba-tiba di tengah langkahnya Gian menghentikan langkah kaki. 'Eh!Itu orang apa bukan?', bergumam dalam hati saat ia melihat sesosok laki-laki yang tengah terduduk di balik kegelapan belakang pohon mangga.

Gian mencoba menghiraukan dan memilih untuk tetap melanjutkan perjalanan nya. Namun karena terlalu terburu-buru. Gian tanpa sengaja tersandung akar pohon yang memang ada sedikit menjalar ke tengah jalan.

Oh hampir lupa memberitahu kalian, jika jalanan yang Gian lalu belum di aspal atau di paving. Jalanan itu masih alami berupa tanah yang beberapa berbatu.

Next....

Gian tersandung sampai tersungkur,"Asitt!!Sial",merintih kesakitan.

Ia beranjak bangun untuk duduk, sembaring meraih kantong plastik berisikan bungkus nasi goreng yang terlempar.

'Syukurlah tidak tumpah',Gian yang lekas beranjak dari tempat duduknya. Namun ia kembali terduduk karena luka di pergelangan kakinya.

"Aduh ceroboh",kesalnya pada diri sendiri.

Tangan seorang laki-laki tiba-tiba terulur di depan Gian. Membuat tubuh Gian ngefreeze tidak bisa bergerak. Di saat Gian ingat betul wajah laki-laki di depannya sama persis seperti dia yang samar-samar ia lihat di balik kegelapan itu. Ditambah lagi dia sekarang terlihat sangat jelas sekali di depan mata Gian.

Melihat katana yang di selipkan di lingkar pinggang nya. Ketakutan Gian rasakan semakin menjadi membuat tubuhnya mematung di tempat.

Suara langkah kaki banyak kembali terdengar samar dari kejauhan berjalan mendekat. Zaka segera tergerak meraih pergelangan tangan perempuan yang sudah ia sadari sangat ketakutan pada dirinya.

Dengan susah payah Gian memaksa dirinya untuk berdiri dengan baik. Mengikuti keinginan laki-laki yang tidak di kenalnya.

Di sinilah hal terduga yang tidak harus menjadi kenyataan tejadi. Saat katana berlumuran darah ini menggantung di leher Gian. Alhasil Gian semakin terdiam membeku ngefreeze. Bahkan ia sampai mengabaikan kantung plastik berisikan bungkus nasinya kembali terjatuh.

Zaka mendekat wajah di dekat daun telinga Gian,"Jangan coba-coba teriak atau berani bilang ke mereka. Mendekam di dalam penjara pun gue tetap bisa membunuh lu",bisikkan Zaka berakhir tepat saat salah seorang pria berpakaian polisi masuk gang ini.

Semakin dekat dengan Gian. Salah seorang warga yang mengenal Gian bertanya,"Gian kenapa di sini?".

"Hah?", Gian belum sepenuhnya puluh dari rasa ketakutan nya.

"Gian",seru pak warga ini.

Tersadar,"Habis beli nasi goreng pak, tapi saya ceroboh jadi kesandung di sini",di susul senyum terpaksa malu.

"Sampai merah kayak gitu biar bapak antar pulang Neng".

"Tidak-tidak, tidak perlu saya bisa jalan sendiri, permisi",

"Tunggu neng",hentikan salah seorang pak polisi pada Gian yang baru beberapa langkah berjalan.

"Neng tadi lihat ada laki-laki mencurigakan lari lewat sini?",

'Laki-laki tadi',batin Gian langsung di tepis dengan,'mendekam di dalam penjara pun gue tetap bisa membunuh lu',mengingat ancaman laki-laki itu membuat hati Gian terasa ngilu di ulu hati yang ketakutan.

menggeleng ringan,"Tidak pak, tidak ada yang lewat sini selain saya".

Gian yang bergegas melanjutkan perjalanan nya. Dengan kaki yang sedikit terseret tertatih-tatih Ia lekas pergi.

Selepas bapak itu pergi jauh. Zaka kembali memperhatikan sekelilingnya. Di rasa sudah aman, ia beranjak keluar dari tempat persembunyiannya buru-buru untuk segera pergi sebelum mereka kembali lagi.

+++++

Pertemuan ke Dua

Dua Minggu berlalu dengan baik-baik saja, dan normal-normal saja. Gian menjalani rutinitas selama dua Minggu ini dengan baik-baik saja. Sampai di suatu hari, tepatnya di hari Jum'at.

Gian tengah dalam perjalanan pulang dari sekolah tengah sore hari. Tugas-tugas di sekolah nya sebagai ketua kesehatan PMR yang harus mewajibkan untuk ikut semua kegiatan. Tidak terkecuali dengan kegiatan Pramuka adik kelasnya di hari ini. Membuat Gian benar-benar sangat sibuk karena harus merawat beberapa anak perempuan yang pingsan.

"Sial!Emang kita babu mereka apa. Sudah tahu sakit tidak mau bilang nunggu pingsan duluan. CK merepotkan",ngedumel kesal Gita sahabat akrab dekat Gian.

Gian yang sangat-sangat lelah hanya mengangguk-angguk saja. Ia sudah terlalu lelah untuk mengungkapkan kelelahan nya.

Menghentikan langkah kakinya sembaring melambaikan tangan pada seorang pengendara motor yang masih jauh dari jaraknya,"Itu Abang ku!Uhh leypyou mamak ku".

"Wew Git",Gian yang ikut menghentikan langkah kakinya."Yang jemput itu Abang mu bukan mamak mu",

"iya tau, karena Abang ku mustahil mau jemput aku kalau bukan mamak ku yang paksa dia".

"Oh!!Baru tau aku. Kasihan bang Arya",Ucap Gian yang di susul menepuk bahu Gita."Aku duluan Git. Soalnya harus pergi ke tempat kerja".

"Serius tidak pulang dulu nebeng sama aku, makan-makan dulu gitu di rumah, masak iya langsung berangkat kerja".

"Sudah telat, lagian hari ini shift ku cuma bersih-bersih dua tempat saja jadi cepat pulang",Gian yang buru-buru menyebrang jalan saat jalan raya depan sudah sepi.

'Apa tidak lelah?'pikir Gita memperhatikan kepergian sahabat nya.

+++++

"Sore kak Dewi",sapa Gian pada senior nya.

"Kenapa tidak pulang dulu? Apa tidak lelah maksa buat langsung kerja?",tanya Dewi yang sudah akrab dengan Gian. Remaja perempuan yang sudah dua tahun ini berkerja part time sebagai cleaning service di pusat perbelanjaan terbesar di Kota M.

Gian yang sibuk mengambil pakaian seragam cleaning service yang akan ia kenakan sebelum memulai pekerjaan nya.

"Nanggung kak. Sekolah juga butuh uang",Gian berlalu masuk ke dalam ruang ganti yang tersedia di dalam ruangan khusus karyawan cleaning service perempuan ini.

Singkat cerita acara bersih-bersih Gian telah selesai. Ia berkemas-kemas untuk segera pulang. Di tengah-tengah sibuknya Gian berkemas-kemas. Gian sempat kan untuk menghidupkan layar ponsel.

Terdapat beberapa notifikasi chat di sana. Dari Gita juga Kak Dewi.

Chat Gita\=>"Woy!!! tugas-tugas pr matematika sudah selesai aku kerjakan. Jangan lupa di salin sambil makan".

"Hati-hati di jalan besti. Kalau sudah sampai rumah chat aku. Aku tidak bisa tidur aku khawatir sama kau",di tambah dengan emoji hormat.

Gian membalas keduanya dengan emoji hormat yang sama. Sama juga dengan notifikasi chat dari mbak Dewi.

Chat kak Dewi\=>"Hati-hati di jalan, kalau kemalaman jangan jalan kaki pulang nya, pesan gojek saja".

Gian seharusnya menurut keinginan kak Dewi yang berpesan agar ia pulang dengan menaiki gojek. Namun sudah setengah perjalanan berjalan kaki jauh dari tempat kerjanya. Memang masih lumayan jauh dari rumah. 'Tapi nanggung lah kalau pesan gojek harus nunggu juga buang-buang waktu, juga buang-buang uang',pikir Gian yang akhirnya memilih melanjutkan perjalanan berjalan kaki.

"Kenapa sepi?Tidak seperti biasanya?",gumam Gian merogoh kantong celana untuk mengambil ponsel nya.

Gian nyalakan layar ponsel nya hanya menampilkan pukul jam hari ini berapa sekarang. 22.30 malam,'Pantas sepi',pikir Gian segera melanjutkan perjalanan nya. Melewati jalanan setapak panjang yang sunyi senyap di depan.

Zaka tengah dalam pelariannya. Bukan menghindar dari kejaran polisi. Melainkan berusaha lari dari kejaran para anak-anak gangster yang mengejar dirinya.

Ia memiliki kesempatan besar menghajar mereka semua yang mengejarnya. Tapi karena kejadian tempo hari. Zaka enggan membuat masalah lagi, atau dirinya akan di kurung lagi oleh ayahnya.

Tempo hari kemarin. Selama satu Minggu Zaka di kurung di dalam kamar oleh ayah nya. Karena ia kedapatan pulang dalam keadaan terluka dan membawa katana yang berlumuran darah manusia. Sungguh ayah nya sangat marah sekali, sehingga cukup di hari itu mencari masalah dengan ayahnya. Zaka memilih menghindar dari pada harus di kurung seperti hewan di rumah.

Sttt.....berbelok di tikungan gang yang tajam membuat Zaka hampir terpeleset. Karena terlalu terburu-buru ia lekas lanjut berlari tanpa melihat kedepan. Perhatian Zaka yang terlalu fokus melihat ke belakang.

BRAKK.....

Beberapa menit Gian kehilangan kesadaran karena bertabrakan sangat keras dengan entah apa. Gian belum sempat melihat orang atau motor yang menabrak nya. Dirinya sudah terlanjur terdorong ke belakang sampai tertidur telentang di atas aspal cukup kuat.

"Hey!Hey! bangun jangan pingsan dulu. Ayo cepat bangun",suara samar-samar seorang laki-laki yang belum dapat Gian lihat dengan jelas wajahnya.

Entah kenapa wajah laki-laki ini sangat blur di penglihatan Gian yang masih berkunang-kunang.

Laki-laki ini buru-buru membantu Gian bangkit. Dan tanpa Gian mau laki-laki ini membopong tubuh Gian dalam gendongan bahunya.

"TUNGGU! TUNGGU! MAU DI BAWA KEMANA AKU?TUNGGU!! TOLONG TURUN KAN AKU",Langsung seutuhnya tersadar. Gian yang teriak-teriak di barengi meronta-ronta melepaskan diri. Agar bisa turun dari gendongan laki-laki tidak di kenal nya yang membawa dirinya ikut berlari bersama.

Gian bahkan sudah mulai menangis sesenggukan karena tak kunjung membuahkan hasil usahanya untuk melawan laki-laki ini yang memiliki tenaga lebih besar dari dirinya.

Sampai akhir Gian mengumpulkan tenaga sekuat mungkin, dengan tangan yang mengepal kuat Gian memukul kan tangan nya tepat di belakang kepala dia.

"Aa...damn it...****",umpat Zaka langsung menghentikan langkah kakinya.

Zaka akhirnya menurunkan Gian. Ia terlalu fokus memegangi bekas luka pukulan kuat yang Gian lakukan.

Zaka mengangkat perhatian menatap tajam Gian,"BERANI LU MUKUL GUE??",

"A..aku tidak akan pukul kau kalau kau tidak kurang aja",marah Gian walaupun sudah bergetar ketakutan. Ia bahkan sampai tidak berani menatap langsung manik mata laki-laki di depannya.

"Lebih baik gue tinggalkan saja lu di sana",ucap Zaka bernada sura berat."Biar gue bisa lihat bagaimana mereka menyiksa lu sebelum membunuh bunuh lu",lanjutnya membuat manik mata Vlora membelalakkan kaget,'menyiksa! membunuh ku!',pikirnya.

Zaka berlalu pergi begitu saja lewat di samping Gian yang terdiam mematung syok karena ucapan nya.

"Tunggu",panggil Gian yang sudah melihat punggung laki-laki ini.

"Lebih baik cepat pulang. Cewek macam apa di jam segini masih saja berkeliaran, jaga kehormatan bokap nyokap lu",kata Zaka melanjutkan perjalanan nya.

Akan tetapi walaupun terdengar samar Zaka masih dapat mendengar jelas jika perempuan di belakang nya berkata.

"Aku habis pulang kerja part time. Aku yatim-piatu",kalimat singkat yang terucap membuat Zaka benar-benar menghentikan langkah kakinya dan berbalik badan menghadap Gian.

"Nama lu siapa?",pertanyaan yang membuat perhatian Gian mendongak melihat lawan bicara.

Zaka mengulangi pertanyaan yang tidak mendapat respon dari perempuan di depannya,"Siapa nama lu?",

"Gian".

"Gue Zaka".

"Rumah lu di mana?Biar gue antar",baru sedetik tadi laki-laki ini sangat mengabaikan ku. Tapi kenapa sekarang jadi berbeda. Tanda tanya Gian dalam pikiran nya.

"Kalau lu lewat sana lu akan bertemu mereka. Biar gue antar sampai rumah lu",

"Tap....".

"Cepat sebelum gue berubah pikiran dan mereka menemukan lu, menyiksa, membunuh lu",Zaka sedikit meninggikan nada bicara nya. Membuat Gian sedikit melonjak kaget menatap nya membulat.

"Apa lu hanya akan diam saja melototi gue?",

Membuat Gian menurunkan perhatian menghindar dari kotak mata langsung dengan Zaka.

"Sudah tunjukkan jalannya sembaring jalan",Zaka menarik pergelangan tangan Gian agar lekas mengikuti langkah kaki nya. Karena menunggu gadis ini mengatakan nya sangat merepotkan.

++++++++++

"Itu siapa duduk di depan rumah lu?",tanya Zaka Gian yang berjalan beriringan dengan nya.

"Kakek ku".

Tepat setibanya di depan teras rumah. Kakek Gian langsung beranjak dari tempat duduknya menghampiri Gian.

"Kamu dari mana saja Gia? Kakek sangat khawatir, seharusnya kamu pulang dulu",beliau yang menunjukkan ekspresi wajah benar-benar sangat mengkhawatirkan pada Gian. Apa lagi saat melihat seorang pria bersama nya.

Dengan sopan Zaka mengulurkan tangannya dan mencium punggung kakek Gian.

Sebelum akhirnya di susul dengan,"Saya Zaka Opa, temannya Gian. Tadi kebetulan ketemu di jalan saya inisiatif mengantar Gian pulang karena sudah larut malam".

"Dan maaf Opa tidak bisa lama-lama saya juga harus segera pulang",Zaka kembali mencium punggung kakek Gian untuk berpamitan pulang.

"Hati-hati di jalan nak",

"Siyap Opa, permisi selamat malam",di susul senyum ramahnya sebelum akhirnya berlalu pergi meninggalkan kediaman rumah Gian.

'Laki-laki aneh',pikir Gian setelah memperhatikan sifat berbeda-beda Zaka yang berubah-ubah di setiap tempat yang berbeda dengan sangat cepat.

Pertemuan ke tiga

"Anjing lu",umpat salah seorang laki-laki yang duduk di atas jok motor."Lu dari mana anjing? Kebiasaan kalau janjian tidak pernah datang tepat waktu",omel nya pada Zaka yang baru saja ikut bergabung.

"Sorry gue di kejar-kejar lagi",jelas Zaka tentang apa yang baru saja dirinya alami sebelum sampai di tempat nongkrong nya pada kedua temannya. Alan dan Haikal.

"Heran gue sama mereka. Ngefans kali sama lu. Dari kita bertiga yang paling sering di cari iya lu",Alan melihat heran Zaka.

"Lu lupa Zaka punya apa?".

"Apa? Dia hanya berandalan baji**ngan yang menyandang gelar buaya darat kelas VIP",Alan terang-terangan menghina Zaka yang sudah setya memperhatikan dirinya dengan sorot mata tajam.

Berpaling melihat Zaka,"Cari mati Zak",ucap Haikal."Sikat sekarang atau besok?",

Mengangkat kedua tangan sebatas dada,"Jangan gitu atuhh, mending tenang yok ngopi gue traktir".

Mendorong kepala Alan,"Ngopi di mana jam segini bang**sat",ujar Haikal."Mana ada warung buka jam segini.....Yang banyak tuh warung ciu".

"Jaga ucapan lu",tegur Zaka pada Haikal."Jangan sampai lu coba-coba. Saat gue tau lu bagian dari mereka, habis lu",tersorot tajam terfokus pada Haikal yang seketika itu juga langsung ciut nyali.

"Sorry Zak gue cuma asal bicara, cuma bercanda tidak mungkin tidak",jelas Haikal agar tidak mendapatkan tatapan mengerikan itu.

"Tidak ada info tawuran?",Wajah yang mengerikan itu berubah 180° jadi summering saat mengemukakan jalan hidup yang selalu membuat kehidupan nya berwarna.

Mendorong kasar tubuh Zaka sampai terjungkal dari tempat nya berjongkok ,"Aduh Zak! Lu tidak kapok apa ribut muluk sama bokap lu",semprot Alan yang paling sering menyaksikan adegan berbahaya antara ayah dan anak di depannya ini.

Dengan gelagat santai,"Seperti nya tidak",Zaka bangkit dari tempat nya jatuh.

Haikal,"Astagfirullah",mengelus dada melapangkan kesabaran nya.

"Kayaknya harus segera di bunuh anak ini. Hobby di luar nalar manusia normal, sukanya buat rusuh saja. Sudah saat merukiyah anak ini",ucap Alan terang-terangan kepada Haikal dan Zaka.

"Gue akan tobat sebentar lagi",ucap Zaka membuat kedua manusia yang sangat dekat dengan Zaka ini tercengang tidak percaya.

Menyadari tatapan ketidak percayaan oleh dua sahabat nya,"Yok ngopi, di bayarin yang mengajak gue ngopi",Zaka beranjak dari ke atas boncengan motor Alan."Kunci Lan",minta Zaka pada Alan.

Di sini Haikal sudah melambai-lambai kedua tangan agar Alan tidak memberikan kunci motor pada Zaka. Akan tetapi setengah sadar ataupun tidak Alan sudah terlanjur memberikan kunci motor kepada Zaka.

Hingga di sini titik lah Alan pintu untuk segera bertemu dengan tuhan terbuka sangat lebar untuk Alan. Yang sangat di dukung oleh Zaka yang mengajaknya.

Zaka mengendarai motor Alan dengan kecepatan sangat tinggi meninggalkan Haikal yang naik motor seorang diri di belakang. Sementara Zaka tetep semakin menambah kecepatan. Tanpa ia memperdulikan jika saat ini dirinya tengah membawa anak orang di bonceng belakang.

Oleh karena itulah Alan pikir Zaka adalah manusia yang sangat mencintai Tuhan nya hingga Zaka sampai sangat ingin membawanya ikut bersamanya bertemu dengan Tuhan.

Di posisi duduk menyabuk,"Ibu Ayah maafkan Alan kalau ada salah, dan untuk bidadari ku yang entah ada di mana. Maafkan mas Alan tidak bisa datang melamar.....",Ucap Alan sedikit berteriak sembaring mengencangkan rangkulan pada lingkar pinggang Zaka.

brummmmmm.........

Dari jarak yang cukup jauh,"Gila Zaka. Lu bawa anak orang Zaka",kata Haikal tidak habis pikir.

+++++++++

++++++++++++++++

Tapp.....tapp......

Zaka berlari menerabas dinginnya angin malam. Karena lagi-lagi untuk menghindar dari kejaran para komplotan preman yang hendak menangkap nya.

Sebelum ini Zaka sempat terlibat tawuran kecil dengan para rekan-rekan preman ini. Akan tetapi setelah Zaka berhasil memenangkan pertarungan seorang diri. Tiba-tiba saja para bala bantu datang jauh lebih banyak. Zaka yang menyadari dirinya sudah di ambang kelelahan memilih untuk melarikan diri. Akan tetapi karena keputusan itulah saat ini Zaka justru jadi kejar-kejar para komplotan preman.

Di tengah pelarian nya. Zaka masih menyempatkan untuk menyalahkan layar ponsel untuk menghubungi salah seorang nomer telpon yang tertera di kontaknya.

Tersambung.

*Lan.....jemput gue di bawah jembatan......gue akan segera sampai di sana beberapa menit lagi".

*lu kena.....".

Tututtt....tutu..,..

"Smprul!!",umpat Alan.

Belum sempat mendengarkan balasan Alan dari seberang sana. Zaka sudah lebih dulu buru-buru menutup panggilan telepon dari seberang sini.

Brugkk......

"Aahh.....",rintih seseorang yang tanpa sengaja Zaka tabrak sampai seseorang itu tersungkur terjatuh.

Zaka bergegas mengukur tangan, akan tetapi saat ia melihat wajah sesosok seseorang itu."Lu!".

"CK Sial!Lu kenapa selalu menemui gue setiap gue terlihat masalah",semprot Zaka kesal juga marah.

Tanpa bak bik buk lagi Zaka langsung menarik pergelangan tangan Gina agar segera kembali berdiri.

Namun setelah berdiri,"A...aku akan pulang, maaf".Gian merangkul tas ransel ketakutan hendak meninggalkan Zaka. Namun Zaka cekatan mencengkeram pergelangan tangan Gian.

"Ikut gue kalau lu masih pingin hidup",kata Zaka menatap tajam nan dingin Gian.

Gian sudah sangat ketakutan apalagi setelah Zaka tiba-tiba menariknya paksa dirinya masuk ke gang sepi nan sepit jalanan ini.

"Lepaskan jaket lu",suruh Zaka dengan tatapan tetap terfokus melihat ke arah belakang gang ini. Di saat melihat Gian masih terdiam,"Cepat",suruh Zaka sedikit membentak marah pada pada Gian.

Akan tetapi Gian tetap tidak berkutik. Gian tetap terdiam enggan menuruti apa yang Zaka perintahkan padanya.

Zaka yang mendengar suara langkah kaki banyak semakin mendekat ke arahnya. Lekas berbalik pandangan menatap kembali ke arah Gian.

Ia melepaskan jaket hitam yang ia kenakan dan melemparkannya asal ke arah sudut kegelapan malam gang ini. Sebelum akhirnya Zaka menghimpit mengunci pergerakan Gian, dengan mencium bibir Gian yang menolak.

Gian memberontak menolak, apalagi saat tangan Zaka ikut megerayai tubuhnya sampai membuka jaket yang Gian kenakan. Mantannya membulat Gian semakin mencengkeram surai rambut Zaka kuat. Dengan harapan Zaka segera melepaskan nya.

Namun seakan sudah mengetahui Zaka segera menarik menjauhkan tangan Gian dari sana. Menggenggam kuat tangan Gian menekan di dinding gang ini. Membuat pergerakan Gian benar-benar terkunci dengan Zaka yang terus memaksa ******* bibir nya.

Di tengah-tengah ketakutan nya akan laki-laki mesum di depannya. Gian tiba-tiba mendengar suara langkah kaki yang sangat banyak berjalan melewati gang ini. Sebagian sempat berhenti sebentar dan berkata,"Seperti tidak ada tempat lain".

"Ayo cabut",ajak lain segera pergi melanjutkan perjalanan.

Langkah kaki yang banyak itu masih dapat Gian dengan jelas begitu juga dengan suara tadi. Membuat Gian teringat dengan ucapan pertama kali Gian bertemu dengan Zaka,'CK Sial!Kenapa lu selalu menemui gue setiap gue terlihat masalah',di situ Gian baru menyadari jika laki-laki di depannya saat ini sedang terlibat masalah yang sama seperti pertama, dan ketiga kalinya ia bertemu dengan Gian.

Zaka tiba-tiba menyudahi mencumbu Gian. Ia berbalik badan melihat sekeliling gang ini seakan sedang memantau situasi dari indera pendengarannya.

Di rasa sudah aman Zaka kembali berpaling melihat Gian yang sudah menangis ke takut merangkul tas ransel nya. Merasa sangat bersalah Zaka yang hendak bermaksud baik ingin memperbaiki jaket yang Gian kenakan justru langsung di tepis kasar oleh Gian sebelum benar-benar menyentuh Gian.

Zaka langsung menatap tajam Gian yang masih menangis sesenggukan,'Dia benar-benar ketakutan',pikir Zaka berlalu mengambil jaket milik nya yang ia lemparkan asal tadi.

Setelah mendapatkan jaketnya, ia kembali mendekati Gian untuk mengenakan jaket miliknya pada Gian. Membuat perhatian Gian terangkat menatap nya.

"Sorry soal tadi, karena tidak ada cara lain untuk menghindar dari mereka dengan kaki mu yang cidera. Sekali lagi sorry....aku akan mengantar mu pulang",kata Zaka bernada lembut penuh penyesalan.

Dengan nada bicara terbata-bata Gian berkata,"Ak..aku, aku akan pulang sendiri",tolak Gian hendak berlalu meninggalkan Zaka.

Baru saja selangkah di depan Zaka Gian sudah hilang keseimbangan hampir tersungkur jika saja Zaka tidak cekatan menangkap tubuh Gian.

"Gue benci penolakan, lu harus ikut bersama gue",tegas Zaka bukan bernada bicara bersahabat lagi.

Zaka mengambil alih membawa tas ransel Gian setelah membawa tas ransel Gian. Ia berjongkok di depan Gian mempersilahkan Gian untuk segera naik ke atas punggung nya.

"Cepat! Keburu mereka kembali...".

'mereka',pikir Gian yang belum selesai ketakutan malah di buat ketakutan kembali. Karena berarti sewaktu-waktu mereka yang tadi mengejar lelaki ini pasti akan kembali untuk menyusuri jalan awal mereka datang.

Namun setelah Zaka berhasil mengendong Gian. Zaka berlalu pergi melewati jalan lain, bukan arah jalan pulang ke rumah Gian.

Di posisi bukannya takut. Gian justru merasa lebih aman ikut dengan laki-laki yang beberapa waktu tadi hampir melecehkan dirinya.'Entah! Perasaan gila macam apa ini',pikir Gian.

+++++

Singkat cerita sampailah Zaka di tempat di mana Alan tengah menunggu kedatangan nya seorang diri di dalam mobil miliknya.

Zaka yang sudah ada di dekat kaca jendela mobil Alan, yang sengaja Alan biarkan terbuka,"Bangun, buka pintunya",suruh Zaka langsung membuat laki-laki yang tertidur pulas di kursi mobil ini langsung melonjak bangun.

Beranjak turun dari dalam mobil,"Baji***ngan! Katanya cuma nunggu beberapa menit tapi hampir sejam lebih gue di sini tol*"*ol",omel Alan pada Zaka.

Sampai Alan hendak memukul Zaka. Namun urung karena sepasang mata dalam gendongan belakang Zaka terfokus memperhatikan nya.

"Anak siapa itu Zak. Gue tau lu buaya breng**sek baji***ngan tapi iya jangan sampai nekat menculik anak orang",semprot omel Alan.

Sorot mata yang tetap tenang,"Sudah selesai?".

"Kalau sudah antar gue dan dia pulang sekarang. Gue capek, besok gue ganti uang bensin nya".Zaka berlalu pergi membuka pintu mobil tengah. Mempersilahkan Gian untuk masuk ke dalam mobil sebelum akhirnya di susul oleh dirinya.

Alan yang sudah duduk di kursi pengemudi kedua tangan yang memegang setir mobil, namun dengan sorot mata yang masih melihat ke kaca di atas nya.

"Sudah nebeng di perlakukan seperti supir",gumamnya tersenyum kecut menyalahkan mesin motor.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!