Jangan Sebut Aku Pelakor

Jangan Sebut Aku Pelakor

Bab 1

"Zoya, menikahlah dengan Mas Leo!" Wanita dengan mata berkaca-kaca itu menggenggam tangan temannya. 

"Hey, ini tidak lucu! Tiba-tiba minta ketemu tahunya cuma bikin prank. Aku tahu Minggu kemarin kamu lupa kasih aku hadiah ulang tahun, kan!" Terkekeh dan menggeleng pelan. 

"Lihatlah, apa aku terlihat sedang bercanda?"

Zoya menatap wajah sendu itu lekat-lekat. Mendadak jadi tak enak hati. "Sebenarnya kamu kenapa, Carissa?"

Perempuan berambut panjang bergelombang itu tertunduk. "Aku sedang sekarat. Entah berapa bulan lagi aku bisa bertahan. Aku terkena kanker otak."

Zoya melebarkan mata tapi belum bisa berkata-kata. Ini adalah kabar yang mengejutkan dan teramat buruk. Dia harap ini beneran prank.

"Untuk itulah aku ingin kamu menikah dengan suamiku. Aku tidak akan terlalu khawatir meninggalkannya nanti jika sudah ada kamu. Mas Leo tidak akan terlalu hancur karena masih ada istrinya yang lain." 

"Kamu gila, Rissa! Otakmu error karena terlalu banyak nonton sinetron istri tersakiti."

Carissa menatapnya tajam meski pandangan mata terhalang cairan memuakkan. "Aku sangat serius! Aku sudah memikirkan ini matang-matang. Tiap hari selama seminggu aku memikirkan ini. Mempersiapkan dan meyakinkan diriku untuk mengatakannya padamu. Waktu semakin berkurang, aku tidak mau menunda lagi." Menyusut kasar kedua pipinya secara bersamaan kemudian membuang muka. 

"Aku rasa kamu tidak akan pernah siap berbagi suami. Siapa juga wanita bodoh yang mau dimadu apalagi dengan sahabat sendiri! Dan aku tidak mau jadi istri kedua. Dengar, meski Leo bukan suamimu dan masih single, aku tetap tidak mau menikah dengan pria sombong sepertinya. Riss, fokus saja dengan kesehatanmu dan jangan riweuh mencari istri baru untuk Leo! Keajaiban itu selalu ada. Lupakan ide konyolmu itu karena aku tidak akan pernah bersedia jadi madumu. Itu sangat menjijikkan, tahu!" Zoya menahan matanya agar tidak mengeluarkan bulir bening. Mengerjap-ngerjap seraya mengulas senyum lebar berharap bisa menenangkan keresahan Carissa. 

"Aku mohon, bantu aku untuk kali ini saja! Aku sangat mencintai Mas Leo. Jangan sampai dia kehilangan semangat hidup setelah nanti aku pergi."

Zoya melotot setengah membentak, "Riss, aku benci kamu mengatakan ini terus. Aku bilang lupakan dan fokus dengan kesehatan! Aku yakin kamu akan sembuh dan hidup bahagia dengan suamimu sampai kalian punya banyak cucu. Bertahanlah demi aku!" Memegang kedua pundak, tatapannya melunak.

"Menikahlah dengan suamiku!"

**

Pria dengan wajah lelah memasuki kamar. Berulang kali memanggil nama seseorang tapi tak ada sahutan. Menggerakkan mata liar ke seluruh ruangan tapi sosok indah yang membuatnya kembali bersemangat, tak muncul juga. 

"Carissa ke mana?" gumamnya berdiri termenung dengan sebelah tangan mencengkram pinggang. Tidak biasanya sang istri pergi tanpa pamit. 

Melonggarkan dasi dan mengempaskan bokong di tepian kasur. Mengotak-atik ponsel dan menunggu beberapa saat hingga akhirnya telepon terhubung.

"Maaf, Mas. Malam ini aku tidur di rumah Zoya. Tadinya mau pulang tapi dia sedang demam. Aku tidak tega meninggalkannya sendirian."

"Kamu sekarang di rumah gadis urakan itu? Aku pernah bilang jangan terlalu dekat dengan Zoya. Dia itu bukan gadis baik-baik. Dia bisa memberi pengaruh buruk untukmu."

"Mas, please …! Zoya itu sebenarnya baik. Dia satu-satunya yang tulus berteman denganku. Aku sangat tahu karakternya seperti apa. Jangan menilai orang dari luarnya saja, Mas. Bayangkan, ada temanmu yang sakit dan tidak ada yang menemani. Apa kamu tega meninggalkannya sendirian?"

Leo mengusap wajahnya lalu mengembuskan napas berat. "Oke. Nanti pagi-pagi aku jemput ke sana. Bilang sama dia supaya jaga kesehatan biar tidak menyusahkan orang lain!"

"Mas …, jangan begitu! Siapa juga yang mau sakit, sih? Semua orang juga inginnya selalu sehat dan bugar, berumur panjang dan bahagia dengan keluarganya. Tapi kalau Tuhan berkata lain, apa boleh buat selain pasrah?" Suara lembut Carissa berubah meninggi dan agak bergetar. 

"Sayang, maaf. Hey, jangan sedih begitu! Kenapa kamu jadi sensitif sekali? Iya, aku izinkan kamu tidur di sana tapi jangan begadang karena sibuk merawat Zoya! Kamu sudah makan?"

"Sudah, Mas. Ehm, maaf. Malam ini kamu makan masakannya Bik Tuti saja karena aku belum sempat masak."

"Never mind! Kamu lekas istirahat, ya!"

"Mas juga. Aku sayang kamu, Mas Leo."

Sejenak pria itu tertegun. Tidak biasanya Carissa mengatakan itu duluan. Tapi tentunya dia senang. Ah, apa ini sebagai imbalan karena dia mengizinkan istrinya menginap? Not bad.

"Aku lebih sayang kamu, Carissa!"

Di tempat lain.

Perempuan berambut panjang itu terisak setelah sambungan telepon terputus. Ini sebenarnya berat, tidak ada perempuan yang benar-benar rela berbagi suami. Tapi Carissa sanggup menahan sakit hatinya demi kebahagiaan Leo. Terdengar bodoh dan konyol bagi hampir semua orang, tapi tidak baginya. Inilah tingkatan cinta paling tinggi. Berkorban demi yang dicintai.

"Riss, kamu belum tidur?" Suara dari kamar sebelah yang merupakan ruangan khusus melukis. "Jangan nangis terus! Cepat istirahat! Aku masih lama selesainya. Jadi, tidur saja duluan!"

"Aku belum ngantuk, Zoya."

Si gadis berambut dicepol tertegun sejenak sebelum kembali menyesap nikotin. Sebelah tangannya mencoret-coret kanvas. "Dengarkan aku! Buang jauh-jauh ide gilamu tentang poligami! Suamimu itu sangat bucin. Harusnya kamu jaga baik-baik, jangan sampai jatuh ke tangan wanita lain. Ini malah mau dikasih secara cuma-cuma. Konyol! Nanti kamu yang akan menyesal."

"Aku tidak bisa pergi dengan tenang jika Mas Leo belum menikah denganmu."

"Ckkk, astaga! Kalau saja kamu itu bukan sahabatku, ingin sekali aku merendam kepalamu di ember penuh deterjen, biar bersih dari hal-hal gila." 

"Aku sadar mengatakan ini, Zo. Tidak bisakah kamu mengabulkan permintaanku?"

"Aku tidak mau dengar, diamlah! Pergi tidur! Kamu malah mengganggu konsentrasiku."

Carissa malah terkekeh, sudah biasa kena omel. "Pikirkan lagi rencanaku itu. Aku sangat berharap sama kamu, Zo."

"Tidak akan! Cepat tidur kalau tidak mau kuusir!"

"Silakan saja kalau kamu berani melakukannya!"

"Setidaknya, jangan bahas itu lagi kalau kamu masih ingin ngobrol! Ngeri, tahu!"

"Zo, kamu itu cewek normal, kan? Kenapa tidak mau menikah dengan Mas Leo? Dia itu ganteng dan tampan. Aku yakin banyak yang tergila-gila padanya. Kenapa kamu malah nolak?" Berdenyut nyeri di dada saat Carissa mengatakannya. 

Zoya bangkit lalu berdiri di ambang pintu kamar. "Dasar konyol! Mana ada istri yang mempromosikan suaminya sendiri. Dengar, aku tidak akan pernah mau menikah dengan Mas Leo-mu itu! Bukan berarti aku tidak normal dan suka sesama apem. Riss, aku tidak mau merusak kebahagiaanmu. Selain itu, aku sudah bilang kalau aku tidak suka dengan si Leo yang judes itu."

Carissa menoleh penuh harap. "Zo, pilih menikah dengan Mas Leo atau kamu lebih suka aku pergi jauh?"

Terpopuler

Comments

👑Meylani Putri Putti

👑Meylani Putri Putti

hadir teh semangat selalu 🥰🥰🥰

2023-05-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!