"Kamu harus rutin periksa ke dokter, jalani terapi dan minum obat dengan semangat biar cepat sembuh!"
Carissa mengangguk mantap. "Aku akan melakukannya, aku janji! Ingat, kamu juga harus janji untuk jadi istrinya Mas Leo!"
Selama ini Carissa malas untuk pergi ke dokter lagi setelah tahu penyakit yang dia derita. Mungkin nanti setelah Zoya dan suaminya resmi menikah, dia akan ke rumah sakit.
Zoya memutar bola matanya jengah sebelum menyambut jabatan tangan Carissa. "Oke!" Tapi sebenarnya Zoya tidak janji. Dia melakukan itu demi Carissa.
Lagipula pernikahan konyol itu tidak akan terjadi karena dia yakin bahwa Leo akan menolaknya.
"Karena kamu sudah mau menuruti keinginanku, jadi sekarang aku traktir. Kamu mau makan di mana?"
"Nasi Padang enak, tuh! Kebetulan aku memang belum makan dari pagi."
**
Setelah pulang dari luar kota, sikap Carissa pada suaminya kembali lembut dan manja, tidak melow dan sensitif seperti kemarin-kemarin. Wanita itu juga sering datang ke kantor sekedar untuk menemaninya makan siang atau sekalian bawa makanan dari rumah.
"Mas, besok malam kita dinner lagi, yuk! Aku ada tempat yang bagus, rekomendasi dari teman." Carissa tersenyum menggenggam tangan Leo.
"Apapun untuk kamu, aku pasti penuhi."
"Makasih, Mas. Kamu memang yang terbaik. Makin cinta, deh!" Memeluk erat.
"Aku juga lebih cinta kamu. Ehm, Sayang. Maaf, sebentar lagi aku harus ketemu klien. Kamu lebih baik istirahat di rumah. Biar sopirku yang antar."
"Oke, aku pulang sekarang tapi tidak perlu diantar. Aku mau belanja dulu, sudah janjian sama Mama Mirna. Sampai ketemu di rumah, Mas!" Carissa mengecup pipi dan bibir suaminya sebelum meninggalkan ruangan.
Tersenyum menyapa sekertaris Leo kemudian mempercepat langkah memasuki lift. Naik ke taksi yang dia pesan lewat sebuah aplikasi dan meluncur ke sebuah pusat perbelanjaan.
"Mama lama nungguin aku? Maaf." Carissa memeluk ibu mertua lalu duduk di kursi berhadapan.
"Lumayan, tapi tidak masalah. Sebelum kita hunting tas, mending makan dulu. Mama belum sempat makan siang di rumah."
"Aku tadi sudah makan bareng Mas Leo. Aku pesan minum saja."
Keluar dari restoran, keduanya menjelajah tiap toko. Melihat-lihat dan memilih sesuka hati. Seorang sopir menemani untuk membawakan barang belanjaan; tas, sepatu, make up, dan parfum. Kali ini masuk lagi ke toko pakaian import.
Carissa memindai sebuah gaun panjang tanpa lengan berwarna merah dengan belahan hingga ke paha, di bagian punggungnya terbuka lebar. "Ini sepertinya bagus kalau dipakai Zoya," pikirnya tersenyum tipis.
Bagaimana reaksi Leo saat nanti melihat teman Carissa memakai gaun itu? Mungkin akan langsung terpesona dan …. Apa mungkin akan langsung jatuh cinta? Sebenarnya ini adalah ide yang sangat brilian tapi kenapa masih saja terasa sesak?
"Sayang, gaun itu pasti sangat cocok untukmu. Leo makin bucin nantinya." Mirna terkekeh menutup mulut dengan tangan.
"Gaunnya memang sangat bagus, Mah. Siapapun perempuan yang mengenakannya pasti akan terlihat menakjubkan. Oke, aku ambil yang ini saja."
**
Begadang semalaman membuat Zoya tepar. Jam tidur digilir ke siang hari saat orang-orang biasanya sibuk beraktivitas, sudah seperti kelelawar saja. Sore hari barulah gadis tomboi itu bangun.
Zoya pergi mencuci muka lalu mengambil mie instan untuk dimasak, plus seduh moccacino sachet juga. Sesekali menguap lebar tanpa ditutup.
Seperti biasa, dia makan dengan posisi kaki diangkat ke atas kursi, entah sebelah atau dua-duanya. Mulut sibuk ngunyah tapi mata tertuju ke layar ponsel. Video lucu selalu jadi tontonannya ketika jenuh.
"Lihatlah, dasar tidak waras!" Terbahak-bahak lalu kembali melahap mie.
Video terjeda karena ada panggilan video yang masuk dari nomor Carissa.
"Ada apa, Riss?" Menyeruput kuah mie dengan mangkoknya langsung.
"Zo, besok malam kamu ada acara?" Suara dari sosok yang ada di ponsel.
"Acaraku sangat padat. Pagi sampai siang sibuk melukis, disambung lagi pemotretan untuk majalah sampai malam. Nah, langsung disambung shooting sinetron istri tersakiti sampai subuh." Lanjut menyesap kopi.
"Aku serius, Zoya. Besok malam kamu free?"
"Mau ngajak ke mana memang? Langsung bicara saja! Kamu tahu sendiri kalau aku tidak sesibuk itu."
"Pokoknya besok aku jemput kamu ke rumah. Aku traktir kamu makan di restoran mahal. Oke?"
"Traktir? Oh, kalau itu sih hayu!"
"Oke, aku jemput kamu besok."
Zoya pikir sahabatnya itu akan datang malam hari tapi sejak pukul satu siang, Carissa sudah stand by di rumahnya padahal Zoya masih ngantuk.
"Ayo, cepat!" Carissa menarik tangan Zoya agar segera masuk ke mobilnya.
"Astaga! Kamu ini kenapa? Aku baru bangun tidur. Setidaknya biarkan aku cuci iler dulu, Riss. Bukannya acaranya nanti malam? Kamu terlalu riweuh."
"Memang acaranya nanti malam, tapi aku mau bawa kamu ke suatu tempat. Pokoknya jangan banyak protes! Kamu percaya aku, kan?"
"Iya, tenang dulu! Sebentar. Aku mau ambil hp, mau kunci pintu, mau cuci muka dulu, Carissa! Memangnya kamu tidak malu bawa teman yang kucel dan bau jigong?"
"Tidak masalah. Gih, sana tapi jangan lama-lama! Cuma bawa hp sama kunci pintu."
"Kamu ini kenapa sih?" Geleng-geleng pelan.
Lepas dari Carissa, Zoya gegas kembali ke kamar untuk membawa ponsel. Sekalian cuci muka dulu sebentar.
**
"Riss, kenapa bawa aku ke sini?" Celingukan memperhatikan gedung berlantai dua di depannya.
Carissa menarik tangan Zoya agar segera masuk ke salon kecantikan.
"Riss, kamu jangan aneh-aneh!"
"Ikuti saja dan nikmati!"
"Aku tidak mau."
Zoya tidak bisa menolak saat datang beberapa wanita membawanya ke suatu ruangan.
Carissa melambaikan tangan. "Enjoy …!"
Dia yakin jika Zoya akan berubah glowing dan wangi setelah melakukan berbagai perawatan.
**
"Mas, kenapa melihatku seperti itu? Apa aku aneh?"
Leo memeluk istrinya dan menempelkan dagunya di bahu. "Kamu semakin cantik. Aku jadi malas pergi. Bagaimana kalau kita makan malam di kamar saja?"
"Mas …! Kamu selalu saja nakal. Kamu kan sudah janji. Aku kecewa banget."
"Baiklah, tapi kiss dulu!"
Carissa berbalik lalu menangkup wajah suaminya. Mendaratkan banyak kecupan di pipi dan bibir, terakhir di kening. Leo lantas memegang tengkuk Carissa dan menyerangnya dengan ciuman di bibir.
Carissa mendorong dada pria itu tapi rupanya Leo belum mau berhenti. Setelah Carissa kehabisan oksigen barulah ciumannya terlepas.
Leo terpaksa mengalah karena istrinya kukuh ingin pergi.
Di tempat lain, Zoya baru saja masuk ke sebuah mobil. Carissa memang telah menyiapkan kendaraan sekaligus sopir untuknya. Dia mengirim pesan balasan karena Carissa menanyakan keberadaannya.
Gadis dengan rambut sebahu yang dibuat curly di bagian ujungnya itu melangkah pelan memasuki restoran. Sebenarnya agak risih karena harus berpenampilan sangat feminim dan menor tapi kalau dia memakai kaos dan celana sobek seperti biasanya, auto diusir dari restoran, itu kata Carissa.
"Mbak, meja nomor sepuluh di sebelah mana?" tanyanya pada pramusaji.
"Di depan sana, Mbak. Yang dekat jendela."
Zoya mengikuti petunjuk gadis tadi. Senang karena sosok yang dia cari tengah melambai ke arahnya. Namun, matanya melebar ketika menemukan pria yang duduk di depan Carissa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments