Bulan Di Antara Bintang
Malam ini, bulan purnama terlihat sangat cantik berada di antara bintang yang berkelap kelip di langit. Cahaya bulan purnama begitu terpancar aura keindahannya. Bintang pun ikut bersinar dan terlihat indah menguasai langit malam.
"Ayumi!!" panggil Bunda Ayumi dari arah dapur.
Ayumi yang sedang berdiri di teras rumah neneknya dan memandang terang bulan purnama yang terlihat berbeda dari biasanya. Mendengar suara Bunda memanggil namanya, Ayumi segera membalikkan tubuhnya dan berlari ke arah asal suara.
Langkah kakinya yang mungil berlari dengan sangat cepat. Melewati ruang keluarga yang cukup luas, disana terlihat Ayah Ayumi dan Nenek Arsy sedang berbincang dengan sangat serius.
Nenek Ayumi sedang duduk bersantai di kursi goyangnya dan berbincang serius dengan Ayah Ayumi. Nadanya memang tidak keras, namun guratan wajah kesal Nenek pada Ayah Ayumi sangat terlihat jelas.
"Bunda memanggil Ayumi?" tanya Ayumi dengan wajah yang sangat polos saat berdiri di belakang Bundanya.
"Iya Nak. Bantu Bunda menyiapkan makan malam ya. Anak perempuan harus bisa mengerjakan pekerjaan yang ada di dapur tanpa memilih-milih," ucap Bunda Ayumi dengan pelan.
Ayumi bergegas menata piring diatas meja makan. Hanya ada Nenek, Ayah, Bunda dan Ayumi saja. Sudah tiga hari hari Ayumi menginap di rumah Nenek di Yogyakarta.
Semenjak usaha Ayah gulung tikar karena ditipu sahabatnya sendiri. Keluarga Ayumi pun memilih untuk kembali ke kampung halamannya di Yogyakarta.
"Panggil Nenek dan Ayah untuk segera makan malam," ucap Bunda Ayumi menitah.
"Ya Bunda," jawab Ayumi pelan.
Ayumi bergegas menuju ruang keluarga, lalu memanggil Nenek Arsy dan Ayahnya sesuai titah Bundanya.
"Nenek, Ayah. Makan malam sudah siap, kata Bunda segera untuk makan selagi hangat," ucap Ayumi pelan.
"Iya Ayumi. Nanti Nenek dan Ayah akan segera menyusul," ucap Ayah pelan dan tersenyum kepada Ayumi.
"Lihat anak gadismu itu Bayu. Cantik, pintar, sholehah. Jangan biarkan apa yang menjadi cita-citanya terkubur begitu saja karena masalahmu," ucap Nenek Arsy dengan tegas.
"Iya Bu. Mau tidak mau Bayu harus ke Bali ikut bekerja dengan Mas Agung disana. Alisha akan ikut bersamaku, sementara Ayumi dengan Ibu disini. Apakah Ibu keberatan?" ucap Bayu pelan kepada Sang Ibu.
"Kalau itu jalan terbaik untuk kalian, Ibu hanya bisa ikut mendoakan yang terbaik saja," ucap Nenek Arsy dengan suara pelan. Tatapan matanya kosong menatap wajah Bayu anaknya yang terlihat berbeda malam ini.
"Terima kasih Bu. Ayo kita makan malam dahulu. Alisha sudah masak makanan kesukaan Ibu," ucap Bayu pelan.
Saat di meja makan, tidak ada satu orang pun yang berbicara saat makan. Nenek Arsy yang terlihat begitu menikmati makan malamnya dengan sangat tenang. Ayah Bayu dan Bunda Alisha yang ikut menikmati makan malamnya dengan segala pikiran yang masih kacau, sedangkan Ayumi yang terlihat tenang dan santun menghabiskan makanan yang ada di dalam piringnya.
Nenek Arsy memecah keheningan malam itu. Meletakkan sendok dan garpu nya lalu meneguk air putih yang sudah ada dimeja makan.
"Setelah ini kita bicara di Kamar Ibu. Ayumi setelah ini ke kamar dan istirahat." ucap Nenek Arsy dengan tegas tanpa ada yang berani membantah.
"Iya Nek." ucap Ayumi pelan dan dengan cepat menghabiskan makanannya.
Ayah Bayu dan Bunda Alisha hanya mengangguk setuju dengan hormat.
Malam telah larut, saat ini waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ayah Bayu, Bunda Alisha dan Nenek Arsy sudah berada di dalam kamar Nenek Arsy.
"Ibu tidak tahu harus membantu kalian dengan cara seperti apa. Ibu hanya bisa memberikan ini untuk bekalmu nanti selama di Bali. Pergunakan semuanya dengan baik. Jangan risaukan Ayumi, Ibu akan merawat Ayumi dengan baik." ucap Ibu yang terdengar sangat lirih.
"Ibu .. kami hanya sementara disana. Kami berdua pasti kembali dan akan merawat Ibu disini. Bayu janji Bu." ucap Ayah Bayu pelan dan memeluk Nenek Arsy dengan penuh ketulusan.
"Bersiap-siaplah, bukankah tiket kapal sudah kalian beli sejak kemarin." tanya Nenek Arsy kepada Ayah Bayu.
"Sudah Ibu." jawab Ayah Bayu dengan singkat.
Bunda Alisha melepaskan kalung emas dengan liontin hijau yang nampak kemilau.
"Ibu titip ini untuk Ayumi. Kami tidak pernah terpisah walau sedetik saja. Perpisahan ini akan sangat berat baginya. Berikan kalung ini, agar Ayumi tidak merasa sendirian." ucap Bunda Alisha dengan singkat dan senyumnya terlihat sangat berbeda sekali.
Nenek Arsy menerima kalung itu dan menatap kalung cantik itu. Air matanya tak terasa menetes dan membasahi pipi.
"Setiap kehidupan akan selalu berubah-ubah. Bagaimana kita bisa membawa diri disetiap suasana. Jika roda itu terus dikayuh maka kehidupan juga akan bergerak mengikuti laju kayuhan kita. Kalian mengerti maksud Ibu?" tanya Nenek Arsy kepada Ayah Bayu dan Bunda Alisha.
"Kami mengerti Ibu. Ibu selalu mengajarkan kepada kami arti sabar, ikhlas, sederhana, sedekah dan bersyukur. Mungkin ini semua cobaan Ibu. Aku dan Alisha menerima semuanya dengan ikhlas walaupun itu berat tapi kami berdua berusaha bangkit dari keterpurukan itu semua." ucap Ayah Bayu pelan mencium kedua tangan Sang Ibu dan memeluk Sang Ibu dengan sangat erat.
"Alisha dampingi Bayu dalam keadaan apapun. Sebagai istri, doakan selalu suamimu agar setiap pergi ke luar rumah, Bayu selalu mendapatkan keberkahan." ucap Nenek Arsy sambil memeluk menantu kesayangannya itu.
"Iya Ibu. Alisha akan selalu mendampingi Mas Bayu, hingga maut yang akan memisahkan kita berdua." jawab Alisha pelan kepada Nenek Atau Sang Mertua.
"Kalian akan berangkat jam brapa?" tanya Nenek Arsy kepada keduanya.
"Malam ini juga Ibu, kita berdua akan berangkat ke Surabaya. Agar sampai di pelabuhan tidak terlambat." ucap Bayu pelan menjawab pertanyaan Ibu.
"Salam untuk Agung Kakakmu itu. Sudah lama Agung dan Marsha tak pulang sekedar menengok Ibu." ucap Nenek Arsy yang begitu rindu kepada anak sulungnya itu.
"Salam dan rindu Ibu akan Bayu sampaikan kepada Mas Agung dan Mbak Marsha." ucap Bayu pelan.
Ayah Bayu dan Bunda Alisha kembali ke kamarnya dan merapikan barang-barang yang akan dibawanya. Taksi online yang sudah dipesannya telah datang untuk mengantarkan ke terminal dan melanjutkan perjalanan menuju kota Surabaya berakhir di Pelabuhan Tanjung Mas.
Tangisan ketiganya pecah saat Bayu dan Alisha sudah menaiki mobil yang akan mengantarkan mereka menuju terminal.
Nenek Arsy tidak bisa menahan rasa iba dan sedih dengan kehidupan yang sedang dialami oleh anak bungsunya itu. Kepergian Bayu dan Alisha seperti berbeda ketika melepas mereka untuk pergi seperti biasanya.
Ayumi yang sudah terlelap, tidak mengetahui kepergian kedua orangtuanya yang ingin mengadu nasib ke pulau seberang untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga kecil mereka. Cita-cita Ayumi sebagai dokter menjadi semangat bagi Bayu dan Alisha untuk terus mencari rejeki untuk bisa menyekolahkan Ayumi setinggi mungkin.
"Arghhhhhh Ayah ... Bunda ... !!!!" teriak Ayumi dengan sangat keras.
Ayumi terbangun dengan keringat yang membasahi disekitar dahinya. Napasnya tersengal-sengal dan kedua matanya membola menatap ke sekeliling kamarnya yang gelap gulita. Hanya sinar rembulan yang masih menyorot ke arah jendela kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Feisya Caca
aku mampir thor baru episode awal🤭🤭
2023-08-18
1
Mamah Dara
nyimak dl ya mba huma
2023-06-27
0