Ayumi sudah duduk di kursinya setelah perkenalan dengan seluruh teman baru sekelasnya. Ayumi duduk di barisan kedua, tepat di sebelahnya ada Rara, Si Gadis pendiam.
"Hai, aku Ayumi. Siapa namamu?" tanya Ayumi kepada teman di sebelahnya.
Merasa dirinya diajak bicara, Rara menoleh ke arah Ayumi dan menjawab pertanyaan Ayumi.
"Aku Rara," jawabnya singkat tanpa basa basi.
Ayumi mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan Rara.
"Kita bisa bersahabat kan?" tanya Ayumi pelan dengan sedikit ragu.
Lagi-lagi Rara menoleh sekilas ke arah Ayumi dan menganggukkan kepalanya tanpa senyum.
Rara adalah gadis pendiam. Wajahnya cantik, rambutnya terurai panjang sebahu berwarna hitam pekat.
Hari ini terasa begitu cepat, ditambah materi pelajaran yang cukup padat karena sudah akan mendekati ujian nasional. Bel pulang berbunyi sangat kencang. Semua siswa dan siswi merapikan semua peralatan sekolahnya ke dalam tas dan berebut untuk pulang.
"Rara pulang ke arah mana?" tanya Ayumi disela-sela merapikan buku-buku ke dalam tas sekolahnya.
"Aku dijemput oleh Kakakku," jawabnya singkat.
"Ohh iya," ucap Ayumi sedikit keki.
"Mau pulang sekarang?" tanya Rara tiba-tiba kepada Ayumi.
"Eh, ayo," jawab Ayumi sedikit terkejut, tiba-tiba Rara mengajaknya untuk berjalan bersama sampai depan gerbang sekolah.
Ayumi dan Rara berjalan bersama disepanjang koridor menuju pintu gerbang sekolah. Mereka berdua bercerita satu sama lain seperti sudah akrab dan dekat.
"Itu Kakakku. Namanya Kak Zura. Rumahku agak jauh dari sini, kalau mau main silahkan Ayumi," ucap Rara pelan kepada Ayumi.
"Iya Ra. Nanti kapan-kapan aku main ke rumahmu. Aku harus ijin pada Nenek," ucap Ayumi pelan.
Tin ... Tin ... Suara motor besar yang sudah tidak asing lagi dengan klakson yang khas.
"Ayumi, ayo pulang. Kasihan Nenek Arsy." teriak Kahfi dari balik helm full facenya.
Ayumi menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Rara juga menoleh dan tersenyum manis ke arah Kahfi.
Ayumi melihat senyum Rara yang mengembang dan terlihat manis saat menatap Kahfi, seperti ada yang beda.
"Itu Kak Kahfi kan? Dia siapa kamu Ayumi?" tanya Rara sedikit menyelidik.
"Kak Kahfi hanya tetangga rumah. Kebetulan kami satu arah jadi sekalian ikut membonceng di motornya," jawab Ayumi pelan sekenanya.
"Salam untuk Kak Kahfi," ucap Rara pelan sambil mengedipkan satu matanya kepada Ayumi.
"Rara!!" panggil Kak Zura setengah berteriak kepada adiknya.
"Iya Kak," jawab Rara sambil berlari ke arah Kak Zura dan mengacungkan jempolnya ke arah Ayumi.
Ayumi naik ke atas motor besar milik Kahfi. Kahfi melajukan motornya dengan kencang. Tak ada pembicaraan apapun hingga motor besar itu berhenti di pinggir sungai.
"Kok berhenti Kak?" tanya Ayumi pelan kepada Kahfi.
"Kita makan batagor dulu ya? Kamu lapar kan?" tanya Kahfi pelan dan meninggalkan Ayumi yang masih berdiri di samping motor untuk memesan batagor.
Ayumi tidak menjawab. Namun langkah kakinya mengikuti Kahfi.
"Kita duduk disana ya. Lesehan gak masalah kan?" tanya Kahfi kemudian.
"Iya Kak," ucap Ayumi singkat dan berjalan menuju tikar plastik yang ada di dekat aliran sungai. Pemandangannya sangat bagus, udaranya juga sejuk sekali.
Kahfi datang membawa dua piring batagor dan air mineral di dalam kantong plastik.
"Ini makan dulu," ucap Kahfi sambil menyodorkan satu piring berisi batagor lengkap dengan saos dan sambalnya.
Ayumi menerima dengan wajah yang biasa saja. Setelah melihat begitu banyak sambal dan saus, wajahnya langsung berubah sedikit cemberut.
"Kenapa? Kok, cuma dilihat aja. Makan?" ucap Kahfi pelan.
"Aku gak suka pedes. Aku juga gak suka pare," ucap Ayumi pelan.
"Sini aku ambil saja. Ganti ya, kalau gak suka sesuatu itu bilang, gak diem aja," ucap Kahfi dengan sabar. Piring tersebut diambil dari tangan Ayumi. Kahfi beranjak berdiri dan kembali memesan sesuai keinginan Ayumi.
Kahfi kembali dengan satu piring batagor pesanan baru untuk Ayumi.
"Makan dan habiskan. Setelah itu kita pulang. Aku harus kembali ke pondok," ucap Kahfi pelan dan mulai makan makanan yang ada didepannya.
Ayumi menerima satu piring batagor tersebut dengan sumringah. Batagor adalah salah satu makanan favoritnya.
"Setelah lulus, kamu mau melanjutkan kemana?" tanya Kahfi pelan sambil menatap aliran sungai yang cukup deras.
"Entah Kak. Belum kepikiran," ucap Ayumi singkat dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Ini minum, nanti kamu tersedak. Pelan-pelan kalau makan," ucap Kahfi pelan dan menyodorkan satu botol air mineral untuk Ayumi. Ayumi menerima botol itu dan meneguk air mineral itu sedikit.
"Terima kasih Kak. Kakak kenal Rara?" tanya Ayumi pelan dan sedikit ragu.
Kahfi menoleh dan menatap ke arah Ayumi yang juga menatapnya meminta sebuah jawaban. Kahfi langsung memalingkan wajahnya saat kedua matanya bertemu dengan kedua mata Ayumi. Mata sendu itu yang selalu terbayang setiap saat.
"Kenapa Kak? Pertanyaan Ayumi gak dijawab?" tanya Ayumi kemudian.
"Suatu saat kamu akan tahu Ayumi. Kakak tidak perlu bercerita. Ini bukan waktu yang tepat," ucap Kahfi pelan dan menghabiskan batagor yang masih ada di piringnya.
Ayumi hanya terdiam mendengar jawaban Kahfi dan meneruskan makannya.
"Habiskan. Setelah ini kita pulang," ucap Kahfi singkat.
Pikirannya melayang beberapa tahun yang lalu. Saat itu Kahfi dan Afnan kakaknya pergi dengan motor besarnya. Melihat dua orang wanita yang tampak sedang diganggu oleh segerombolan pria hidung belang. Ya, mereka Zura dan Rara.
"Kenapa Kak?" tanya Ayumi pelan kepada Kahfi yang terlihat melamun.
"Sudah selesai? Yuk kita pulang?" ucap Kahfi pelan dan bangkit berdiri lalu berjalan menuju motor besarnya.
"Iya sudah Kak. Makasih atas traktirannya,' ucap Ayumi pelan.
"Iya sama-sama," ucap Kahfi pelan menjawab ucapan Ayumi.
Ayumi sudah berada di atas motor besar milik Kahfi. Motor melaju dengan sangat kencang. Beberapa menit kemudian, sampailah di rumah Nenek Arsy.
"Terima kasih Kak Kahfi," ucap Ayumi pelan. Hatinya sedikit luluh dengan perlakuan dan sikap baik Kahfi kepadanya.
"Iya. Aku pulang ya. Mau ke pondok," ucap Kahfi pelan kepada Ayumi
"Iya Kak. Hati-hati di jalan," ucap Ayumi menatap lekat pada kedua mata Kahfi.
Kahfi pun langsung melajukan kendaraan bermotornya menuju rumah.
Semua barang sudah dipersiapkan untuk kembali lagi ke Pondok Pesantren dekat sekolah.
"Adikku Kahfi. Sudah mau jalan sekarang?" tanya Afnan kepada adiknya itu.
"Iya Bang. Titip Ayumi ya Bang?" ucap Kahfi pelan kepada Afnan.
"Ayumi? Oh rupanya adikku ini sedang jatuh cinta?" ucap Afnan pelan sambil menggoda.
"Gak Bang, gak usah kayak gitu deh. Tadi Kahfi lihat Kak Zura, Bang," ucap Kahfi pelan kepada Afnan.
"Lalu?" ucap Afnan singkat dan cuek.
"Bukannya Abang sedang ta'aruf dengan Kak Zura?" tanya Kahfi kemudian.
"Gak. Kalau Zura cinta Abang. Abang bisa apa? Tapi hati Abang hanya menginginkan gadis kecil yang sudah merebut hati Abang sejak kecil," ucap Afnan pelan lalu terkekeh kecil.
"Sebenarnya siapa sih Bang? Gadis kecil itu, kok spesial banget," tanya Kahfi menyelidik.
"Anak kecil bau kencur gak perlu kepo," ucap Afnan singkat lalu masuk ke dalam kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Mamah Dara
jgn Ayumi Dong kak Afnan
2023-07-06
1