Sore ini Kahfi sudah berada di KOBONG Pondok Pesantren milik teman Ayahnya. Motor besarnya terpaksa ditinggal di garasi kesayangan. Afnan yang selalu bertugas mengantarkan adik kesayangannya itu kembali ke habitatnya menjadi seorang santriwan sejati.
"Abang bangga sama keinginan kamu, Fi," ucap Afnan singkat saat berjalan menuju arah Kobong Kahfi.
"Bangga untuk apa Bang? Seharusnya, Fi yang bangga sama Abang. Fans Abang banyak," ucap Kahfi pelan sambil terkekeh kecil melempar senyum nakal pada Afnan.
"Abang lebih memilih sekolah tinggi dan pekerjaan daripada menjadi seorang santri. Tapi kamu sanggup mewujudkan keinginan Bapak dengan baik, terlebih kamu saat ini menuju menjadi seorang Hafidz Qur'an," ucap Afnan dengan penuh semangat dan bangga.
"Tapi Abang lebih keren. Setelah magang ini Abang bekerja di Perusahaan besar," ucap Kahfi pelan mengingatkan kesuksesan Anda yang sudah terbuka lebar.
"Itu semua harus dibayar dengan cinta palsu," ucap Afnan pelan. Ada rasa sesak di dada saat mengungkapkan kata-kata jujur tersebut dari hati.
Kahfi menyimak apa yang diucapkan oleh Afnan Abangnya. Tidak ada respon dan komentar untuk Abangnya itu. Ternyata apa yang dijalani Abangnya itu tidak semudah yang ia lihat.
"Abang berat menerima itu semua," tanya Kahfi pelan dan sedikit takut.
"Sangat berat. Karena Abang tidak pernah mencintai Zura dan selamanya tidak bisa," ucap Afnan tegas.
"Kak Zura itu cantik, sholehah, pintar. Kurang apa Bang?" tanya Kahfi kemudian dengan rasa penasaran.
"Bukankah hati tidak bisa dibohongi. Hati tidak pernah salah memilih. Hati akan mencari yang terbaik diantara yang paling baik?" ucap Afnan singkat dengan senyum yang lebar.
"Kalau seperti itu aku setuju Bang. Jadi ingat senyum Ayumi," ucap Kahfi dengan polos.
"Ayumi? Kamu benar menyukainya, Fi?" tanya Afnan menyelidik.
"Suka iya. Cinta pada pandangan pertama. Tapi kayaknya gak bersambut Bang. Dari sorot matanya, ada seseorang yang Ayumi sukai." ucap Kahfi menebak.
"Kenapa Bang. Kok senyumnya begitu." tanya Kahfi pelan yang sejak tadi memang mengamati gerak gerik Afnan.
Afnan hanya memelototi adiknya itu yang penasaran dengan suasana hati Abangnya.
"Abang suka sama Ayumi?" tanya Kahfi sekenanya dan menatap tajam ke arah Afnan.
Afnan yang merasa sangat terusik dengan pertanyaan adiknya itu segera menepis dan berpura-pura marah.
"Masuk. Itu Pak Kyai sudah menunggu," ucap Afnan singkat sambil menunjuk ke arah Pak Kyai yang sejak tadi mengamati kedua kakak beradik itu.
Kahfi berjalan masuk menuju lorong Kobong dengan membawa tas ransel besar di punggungnya.
Beberapa hari mengenal Ayumi, Kahfi cukup bisa mengetahui tentang Ayumi. Ada beberapa hal yang Kahfi tanya langsung dengan Nenek Arsy tentang Ayumi.
Afnan hanya tersenyum kecut mendengar pengakuan Kahfi adiknya. Senyumnya hanya sedikit, ada perasaan sakit saat mendengar bila adiknya juga menyukai wanita yang sama dengannya.
Afnan membalikkan tubuhnya dan berjalan dengan pikiran berkecamuk. Sedangkan Kahfi menatap punggung Afnan dari kejauhan. Dalam batinnya hanya menebak pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Sang Kakak.
"Kalaupun aku harus mundur dari saudaraku sendiri itu akan aku lakukan demi kebahagiaan orang yang aku cintai," batin Kahfi dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
"Kak Afnan!!" panggil seorang gadis yang sudah tidak asing suaranya.
Ya, itu suara Zura. Zura yang sudah tiga tahun terakhir ini ingin berta'aruf dengannya. Tapi, cinta tidak pernah bisa dipaksakan. Lagi-lagi bayangan gadis kecil sepuluh tahun yang lalu selalu mengganggu pikiran Afnan.
Gadis itu adalah Ayumi. Gadis yang berhasil membuat dirinya jatuh cinta, walaupun saat itu masih sangat kecil. Sepuluh tahun lamanya, Afnan menunggu untuk bisa bertemu kembali.
"Kak Afnan," Panggil Zura kembali dengan mengibaskan telapak tangannya di depan wajah Afnan yang terlihat sedang melamun dan tidak fokus.
"Maaf Zura. Kakak sedang tidak enak badan. Ada apa?" tanya Afnan pelan dan cukup terdengar dingin.
"Tidak ada apa-apa Kak Afnan. Cuma sudah lama, Zura tidak mendengar kabar Kak Afnan," ucap Zura lirih dengan wajah yang ditundukkan ke bawah.
"Kakak harus segera pulang. Maafkan Kakak, Zura. Kakak masih belum bisa menerima ta'aruf itu," ucap Afnan singkat dan dingin.
Afnan meninggalkan Zura begitu saja, dan berjalan menuju parkiran motor.
"Maafkan Kakak, Zura. Kamu wanita sempurna, tentu akan bisa mendapatkan yang lebih baik dari Kakak," ucap Afnan dalam hati.
Kalau sudah bicara hati, kita bisa apa?. Cinta dan sayang semua anugerah dari Allah SWT. Kita hanya bisa memupuk dan membalas rasa cinta dan sayang itu kepada orang yang kita sukai.
Afnan sudah menaiki motornya dan mulai melajukan motornya dengan sangat kencang. Pikirannya terus saja kepada Ayumi. Gadis yang selama ini Afnan sukai, saat ini tengah menjadi anak didiknya sendiri.
Motornya terus melesat kencang hingga akhirnya masuk ke halaman rumah Nenek Arsy. Entah angin apa, yang membawa Afnan ingin menemui gadisnya itu.
"Assalamu'alaikum.." ucap Afnan memberikan salam sambil mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam.." jawab seorang gadis dari balik pintu.
Pintu ruang tamu terbuka. Ada Ayumi yang hanya menggunakan celana pendek dan kaos oblong dengan rambut yang dikunci asal-asalan karena baru terbangun dari tidurnya. Wajah Ayumi yang terlihat masih lelah itu terkejut melihat sosok Afnan yang ada di depannya.
"Ayumi?" panggil Afnan pelan.
"Kak .. eh Pak Afnan," jawab Ayumi sedikit tergagap.
"Panggil Kak Afnan saja kecuali memang di sekolah," ucap Afnan pelan.
Ayumi mengerjapkan kedua matanya dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. Ayumi masih tidak percaya jika Afnan benar-benar ada di depannya saat ini.
"Kakak tidak boleh masuk? Tidak boleh duduk?" tanya Afnan singkat dan menatap kedua bola mata Ayumi yang masih terlihat sayu.
"Astagfirullah.. Maaf Kak. Silahkan masuk dan silahkan duduk, Kak. Ayumi panggil Nenek Arsy dulu," ucap Ayumi dengan sopan.
Afnan masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi tamu setelah dipersilahkan oleh Ayumi. Sedangkan Ayumi masuk ke dalam untuk memanggil Nenek Arsy.
"Oh Nak Afnan. Ada apa Nak Afnan datang kemari? Ada perlu apa?" tanya Nenek Arsy dengan sopan.
"Nenek Arsy sehat?" tanya Afnan kembali saat mencium punggung tangan Nenek Arsy dengan sopan.
"Nenek baik-baik saja. Ada apa Nak Afnan?" tanya Nenek Arsy menyelidik. Karena ini tidak menjadi kebiasaan datang sore-sore jika tidak ada keperluan penting.
"Ini Nek. Mau mengajak Ayumi keluar untuk sekedar jalan-jalan," ucap Afnan singkat.
"Ohh seperti itu. Kalau Nenek tidak keberatan. Nenek harus tanya pada Ayumi," ucap Nenek Arsy pelan.
Ayumi yang sejak tadi menguping pembicaraan antara Afnan dan Nenek Arsy ikut terlonjak bahagia. Karena kedatangan Afnan untuk mengajaknya pergi.
"Ayumi mau Nek," teriak Ayumi dengan suara keras dan spontan dari arah belakang dinding ruang tamu. Ayumi langsung menutup mulutnya yang tidak bisa diajak kompromi disaat-saat seperti ini. Rasa malunya itu bukan lagi. Wajahnya langsung memerah seperti kepiting rebus.
Dari arah ruang tamu, Nenek Arsy hanya bisa tertawa lepas dan menggelengkan kepalanya.
"Dasar anak jaman sekarang," ucap Nenek Arsy lirih dan melempar senyum pada Afnan yang sejak tadi ikut tersenyum lebar saat mendengar teriakan Ayumi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Mamah Dara
dasar bocah ya
2023-07-06
1