Cinta Di SMK

Cinta Di SMK

Bab 1

Mentari masih malu-malu menambahkan cahayanya. Namun Prisha sudah bangun dan siap-siap untuk ke sekolah. Rencananya hari ini ia akan mendaftar sekolah di SMK Kusuma. Ia sengaja memilih sekolah di SMK karena tau orang tuanya tidak mampu untuk membiayai sekolah sampai ke perguruan tinggi. Setidaknya dengan sekolah di SMK ia sudah memiliki keahlian sehingga mampu mencari kerja dan menghidupi dirinya sendiri.

Ia persiapkan semua persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftar sebelum berangkat ke sekolah. Tak lupa ia juga mematutkan diri didepan cermin. Berpakaian rapi agar tak direndahkan oleh orang lain. Berharap tak ada lagi bullyan yang selalu mewarnai harinya seperti di sekolah menengah pertama dulu.

Tangan terulur meminta restu kepada orang tua. Berharap mendapat ridho dan berkah dalam setiap proses hidup yang akan di laluinya. Sejenak ibunya yang bernama Ratna menghentikan aktifitas menjahitnya hanya untuk memberikan pelukan hangat dan usapan lembut di punggungnya. Tak lupa Ratna juga memberikan usng saku untuk bekal Prisha menempuh perjalanan menuju ke sekolah.

...****************...

SMK tempat Prisha mendaftar sekolah tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa murid yang jaga di stan penerimaan siswa baru. Ia pun segera masuk dan menuju meja pendaftaran.

"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?"

Tanya seorang siswa yang name tag nya Rama Rahardian. Ia adalah salah satu siswa yang bertugas menjaga stan PPDB.

"Siang kak. Ini saya mau mendaftar sekolah disini." Jawab Prisha

"Baik. Kalau begitu silahkan isi formulir pendaftarannya terlebih dahulu."

Rama menyodorkan kertas kepada Prisha yang langsung di terima.

"Sudah membawa persyaratannya?" Tanya Rama kemudian.

"Persyaratannya apa saja ya kak? Saya mau daftar lewat jalur prestasi." Jawab Prisha

"Kalau mau lewat jalur prestasi, selain persyaratan umum seperi kartu keluarga dan pas foto juga harus menyertakan rapot sekolah dan bukti prestasi seperti sertifikat misalnya" terang Rama ramah.

"Baik kak. Sudah saya persiapkan" jawab Prisha sambil mengisi formulir pendaftaran. Formulir yang berisi data diri itu ia isi dengan teliti. Kemudian ia mengambil persyaratan yang ada di dalam tas dan melampiri formulir tersebut dengan persyaratan yang di butuhkan.

"Ini Kak formulirnya sudah saya isi dan juga persyaratannya sudah saya lengkapi silakan dicek."

Rama terlihat serius mengecek formulir dan persyaratan yang baru diberikan Prisha. Detik kemudian

"Oke sudah lengkap semua. Ini slip registrasi pendaftaran. Untuk tahap selanjutnya silakan mengikuti ujian tes masuk yang akan dilaksanakan pada tanggal 3 juli nanti. Jangan lupa kertas ini nanti dibawa pada saat tes seleksi untuk bukti pendaftaran dan tempat duduk." Rama dengan ramah menyampaikan tahapan pendaftaran sambil menyodorkan kertas yang bertuliskan nomor registrasi.

"Baik Kak. Terima kasih."

"Iya sama-sama"

Prisha segera keluar dari ruangan pendaftaran dan segera melangkahkan kaki keluar gerbang sekolah. Namun alangkah terkejutnya dia, ia justru bertemu dengan seseorang yang sangat ia benci di sekolahnya dulu. Namanya Elina. Ketua geng remaja cantik anak orang kaya yang sering membuat ulah. Elina tidak segan-segan mencelakai orang yang ia benci. Termasuk Prisha.

"Hello hai, ini beneran Prisha gembel yang dulu disekolah kita nggak sih guys" tatap Elina angkuh.

"Kayaknya sih iya ya. Bisa dilihat dari gaya pakaiannya yang katrok dan ngegembel itu" jawab temannya yang bernama Mega.

"Hai Prisha. Sombong banget sih, ketemu temen lama nggak mau nyapa. Orang kayak gini enaknya diapain ya guys..?"

Prisha tidak mampu berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menunduk ketakutan. Ia tahu pasti Elina end the geng akan membully ia seperti biasanya.

"Coba cek tasnya siapa tahu ada yang berguna" perintah Elina kepada teman- temennya.

Fita dan Mega mendekat merampas tas punggung milik Prisha.

"Jangan Fit nggak ada apa-apanya di sini"

Prisha mencoba menahan tas punggungnya namun tenaganya kalah dengan dua orang itu.

"Diem kamu" bentak Fita.

"Lagian di dalam tas lo memangnya ada apa? Mana mungkin gembel kayak lo kuat beli barang-barang mahal." Kata Mega merendahkan. Kemudian ia mengacak-acak isi tas Prisha. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menunduk dan menangis. Pasalnya di tas itu ia meletakkan beberapa persyaratan daftar sekolah dan juga ada slip registrasi pendaftaran. Jika persyaratan sekolah ia masih bisa fotocopy lagi. Tapi jika kartu registrasi yang disobek bisa panjang urusannya. Dan benar saja mereka mengambil kartu tanda pendaftaran itu.

"Nih ada kartu tanda pendaftaran dari panitia PPDB El. Bisa nih kita buat wadah kulit kwaci nanti."

Mega memberikan selembar kertas itu kepada Elina.

"Jangan El. Jangan. Aku mohon jangan apa apain kertas itu. Kertas itu buat ikut tes seleksi nanti. Tolong El."

Prisha mencoba merebut kertas itu. Memohon kepada Elina agar tak merusaknya. Namun permintaan Prisha justru seperti tantangan bagi Elina. Tanpa ampun Elina merobek-robek kertas itu menjadi puing-puing kecil. Lalu melemparkankan ke arah Prisha.

"Jangan harap lo bisa masuk sekolah ini. Kalaupun bisa aku gak akan segan-segan nyiksa kamu sampai kamu dikeluarin dari sekolah. Faham gak lo" ancam Elina.

"Yah udah, pelajaran buat si gembel kayaknya cukup sampai disini dulu. Yuk kita cabut. Kita harus daftar sekolah juga. Jangan sampai kalah sama gembel itu."

Elina dan teman-temannyapun segera pergi. Mereka pergi sambil menendang tas Prisha dan juga menginjak-ijak barang yang telah berhamburan di tanah.

Sepeninggal Elina dan teman-temannya Prisha memunguti kertas yang berserakan di tanah itu. Sambil menangis Ia memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Tanpa sadar ada langkah yang menghampirinya.

"Kenapa jongkok disitu dek?" Tanya seorang laki laki yang belakangan ia tahu namanya Andrian.

"Mari saya bantu" Andrian berjongkok, membantu Prisha memunguti barang barangnya yang tercecer. Tak ada drama pegangan tangan seperti yang terjadi di film film romantis. Namun Prisha cukup tersentuh dengan sosok baik hati di depannya. Wajahnya tampan. Kulitnya putih. Rambutnya hitam legam. Bibirnya merona. Hidungnya mancung. Tubuhnya tinggi atletis. Sungguh lelaki yang sempurna.

"Ini" Andrian menyodorkan beberapa lembar kertas yang tadi ia punguti.

"Terima kasih pak" Jawab Prisha sambil membungkukkan badannya. Lelaki di hadapannya tersenyum tipis memperlihatkan lesung pipi yang cekung. Kemudian melangkah pergi meninggalkan Prisha yang masih mematung dengan perasaan yang campur aduk.

Setelah sekian lama mematung. Prishapun melangkahkan kakinya menuju pos keamanan. Ia ingin mencari solusi perihal kartu regristrasi yang di sobek sobek Elina.

"Selamat siang pak" sapa Prisha kepada satpam jaga.

"Siang dek. Ada apa ya? Mau mendaftar jadi siswa baru atau bagaimana?" tanya seorang lelaki berseragam keamanan

"Tidak pak. Tadi saya sudah daftar dan dapat slip nomor regristrasi. Tapi waktu saya mau pulang malah bukti regristrasinya hilang pak. Padahal bukti itu harus dibawa waktu tes seleksi nanti. Apa saya bisa dapat salinannya ya pak?"

Prisha tak mau mengatakan yang sebenarnya karna ia tau itu hanya akan memperkeruh keadaan saja.

"Apa udah dicari dengan teliti dek?" Tanya satpam yang bernama Susilo itu.

"Sudah pak. Tapi gak ketemu"Jawab Prisha

"jelas gak akan ketemu karna kertasnya sudah disobek-sobek oleh Elina" batin Prisha. Namun ia tak berani mengatakannya.

"Kalau begitu silahkan adek ke ruang pendaftaran lagi. Biar nanti dikasih surat kehilangan sama panitia yang bertugas"

"Baik pak. Terima kasih."

Prisha mengangguk dan melangkah pergi. Namun ia tak langsung ke ruang pendaftaran. Ia justru pergi ke ruangan lain yang terletak disamping ruang pendaftaran. Ia bersembunyi disana agar tak bertemu lagi dengan Elina dan teman-temannya.

Ditempat lain Elina sedang menyusun cara untuk menjahili Prisha. Ia meminta tolong kepada Rama yang merupakan tetangganya.

"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?" Sapa Rama sopan.

"Selamat siang juga kak." Jawab Elina, Fita dan Mega kompak.

"Ini kita mau daftar sekolah disini kak." Jawab Fita

"Bentar-bentar. Ini kak Rama yang rumahnya disebelah toko kue itu gak sih?" Tanya Elina mengintruksi.

"Ya. Bener. Kamu bukannya anaknya pak Baskoro yang rumahnya deket pertigaan itu?" Rama balik bertanya.

"Iya kak. Kita kan tetanggaan. Gak nyangka ya kita bakal satu sekolah juga." Jawab Elina riang. Ide jahatpun muncul dijiwa Elina. Terlebih ada peluang untuk mendapatkan bantuan dari orang lain.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Astaghfirullah
awal. yg rumit..
sabar ya prisha

2024-01-23

1

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Assalamu'alaikum
salken, thor.....
Semangat!!!!

2023-12-30

1

Y16

Y16

semangat 🤗

2023-07-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 pengumuman tes seleksi
6 Teman Baru
7 pembekalan MPLS
8 cinta pada pandangan pertama
9 Malaikat berkemeja Putih
10 Hari ke2 MPLS
11 Malam keakraban
12 Pentas seni
13 Renungan Malam
14 Tertangkap Basah
15 Disekap
16 Menghadap guru BP
17 Cerita Sebenarnya
18 Bab 18
19 bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 Bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36 Outbound
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88 : Mengganti panggilan
89 Bab 89 : Flashback jebakan untuk Prisha
90 Bab 90 : Rumah Mertua
91 Bab 91 : Dulu atasan sekarang mertua
92 bab 92 : mengulik
93 Bab 93 : Ketika Hati Nurani Bicara
94 Bab 94 : Mengantar pulang
95 Bab 95 : Masa lalu Andrian
96 Bab 96 : Memboyong
97 Bab 97 : Keputusan Alfan
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
pengumuman tes seleksi
6
Teman Baru
7
pembekalan MPLS
8
cinta pada pandangan pertama
9
Malaikat berkemeja Putih
10
Hari ke2 MPLS
11
Malam keakraban
12
Pentas seni
13
Renungan Malam
14
Tertangkap Basah
15
Disekap
16
Menghadap guru BP
17
Cerita Sebenarnya
18
Bab 18
19
bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
Bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36 Outbound
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88 : Mengganti panggilan
89
Bab 89 : Flashback jebakan untuk Prisha
90
Bab 90 : Rumah Mertua
91
Bab 91 : Dulu atasan sekarang mertua
92
bab 92 : mengulik
93
Bab 93 : Ketika Hati Nurani Bicara
94
Bab 94 : Mengantar pulang
95
Bab 95 : Masa lalu Andrian
96
Bab 96 : Memboyong
97
Bab 97 : Keputusan Alfan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!