Cinta Di SMK
Mentari masih malu-malu menambahkan cahayanya. Namun Prisha sudah bangun dan siap-siap untuk ke sekolah. Rencananya hari ini ia akan mendaftar sekolah di SMK Kusuma. Ia sengaja memilih sekolah di SMK karena tau orang tuanya tidak mampu untuk membiayai sekolah sampai ke perguruan tinggi. Setidaknya dengan sekolah di SMK ia sudah memiliki keahlian sehingga mampu mencari kerja dan menghidupi dirinya sendiri.
Ia persiapkan semua persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftar sebelum berangkat ke sekolah. Tak lupa ia juga mematutkan diri didepan cermin. Berpakaian rapi agar tak direndahkan oleh orang lain. Berharap tak ada lagi bullyan yang selalu mewarnai harinya seperti di sekolah menengah pertama dulu.
Tangan terulur meminta restu kepada orang tua. Berharap mendapat ridho dan berkah dalam setiap proses hidup yang akan di laluinya. Sejenak ibunya yang bernama Ratna menghentikan aktifitas menjahitnya hanya untuk memberikan pelukan hangat dan usapan lembut di punggungnya. Tak lupa Ratna juga memberikan usng saku untuk bekal Prisha menempuh perjalanan menuju ke sekolah.
...****************...
SMK tempat Prisha mendaftar sekolah tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa murid yang jaga di stan penerimaan siswa baru. Ia pun segera masuk dan menuju meja pendaftaran.
"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?"
Tanya seorang siswa yang name tag nya Rama Rahardian. Ia adalah salah satu siswa yang bertugas menjaga stan PPDB.
"Siang kak. Ini saya mau mendaftar sekolah disini." Jawab Prisha
"Baik. Kalau begitu silahkan isi formulir pendaftarannya terlebih dahulu."
Rama menyodorkan kertas kepada Prisha yang langsung di terima.
"Sudah membawa persyaratannya?" Tanya Rama kemudian.
"Persyaratannya apa saja ya kak? Saya mau daftar lewat jalur prestasi." Jawab Prisha
"Kalau mau lewat jalur prestasi, selain persyaratan umum seperi kartu keluarga dan pas foto juga harus menyertakan rapot sekolah dan bukti prestasi seperti sertifikat misalnya" terang Rama ramah.
"Baik kak. Sudah saya persiapkan" jawab Prisha sambil mengisi formulir pendaftaran. Formulir yang berisi data diri itu ia isi dengan teliti. Kemudian ia mengambil persyaratan yang ada di dalam tas dan melampiri formulir tersebut dengan persyaratan yang di butuhkan.
"Ini Kak formulirnya sudah saya isi dan juga persyaratannya sudah saya lengkapi silakan dicek."
Rama terlihat serius mengecek formulir dan persyaratan yang baru diberikan Prisha. Detik kemudian
"Oke sudah lengkap semua. Ini slip registrasi pendaftaran. Untuk tahap selanjutnya silakan mengikuti ujian tes masuk yang akan dilaksanakan pada tanggal 3 juli nanti. Jangan lupa kertas ini nanti dibawa pada saat tes seleksi untuk bukti pendaftaran dan tempat duduk." Rama dengan ramah menyampaikan tahapan pendaftaran sambil menyodorkan kertas yang bertuliskan nomor registrasi.
"Baik Kak. Terima kasih."
"Iya sama-sama"
Prisha segera keluar dari ruangan pendaftaran dan segera melangkahkan kaki keluar gerbang sekolah. Namun alangkah terkejutnya dia, ia justru bertemu dengan seseorang yang sangat ia benci di sekolahnya dulu. Namanya Elina. Ketua geng remaja cantik anak orang kaya yang sering membuat ulah. Elina tidak segan-segan mencelakai orang yang ia benci. Termasuk Prisha.
"Hello hai, ini beneran Prisha gembel yang dulu disekolah kita nggak sih guys" tatap Elina angkuh.
"Kayaknya sih iya ya. Bisa dilihat dari gaya pakaiannya yang katrok dan ngegembel itu" jawab temannya yang bernama Mega.
"Hai Prisha. Sombong banget sih, ketemu temen lama nggak mau nyapa. Orang kayak gini enaknya diapain ya guys..?"
Prisha tidak mampu berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menunduk ketakutan. Ia tahu pasti Elina end the geng akan membully ia seperti biasanya.
"Coba cek tasnya siapa tahu ada yang berguna" perintah Elina kepada teman- temennya.
Fita dan Mega mendekat merampas tas punggung milik Prisha.
"Jangan Fit nggak ada apa-apanya di sini"
Prisha mencoba menahan tas punggungnya namun tenaganya kalah dengan dua orang itu.
"Diem kamu" bentak Fita.
"Lagian di dalam tas lo memangnya ada apa? Mana mungkin gembel kayak lo kuat beli barang-barang mahal." Kata Mega merendahkan. Kemudian ia mengacak-acak isi tas Prisha. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menunduk dan menangis. Pasalnya di tas itu ia meletakkan beberapa persyaratan daftar sekolah dan juga ada slip registrasi pendaftaran. Jika persyaratan sekolah ia masih bisa fotocopy lagi. Tapi jika kartu registrasi yang disobek bisa panjang urusannya. Dan benar saja mereka mengambil kartu tanda pendaftaran itu.
"Nih ada kartu tanda pendaftaran dari panitia PPDB El. Bisa nih kita buat wadah kulit kwaci nanti."
Mega memberikan selembar kertas itu kepada Elina.
"Jangan El. Jangan. Aku mohon jangan apa apain kertas itu. Kertas itu buat ikut tes seleksi nanti. Tolong El."
Prisha mencoba merebut kertas itu. Memohon kepada Elina agar tak merusaknya. Namun permintaan Prisha justru seperti tantangan bagi Elina. Tanpa ampun Elina merobek-robek kertas itu menjadi puing-puing kecil. Lalu melemparkankan ke arah Prisha.
"Jangan harap lo bisa masuk sekolah ini. Kalaupun bisa aku gak akan segan-segan nyiksa kamu sampai kamu dikeluarin dari sekolah. Faham gak lo" ancam Elina.
"Yah udah, pelajaran buat si gembel kayaknya cukup sampai disini dulu. Yuk kita cabut. Kita harus daftar sekolah juga. Jangan sampai kalah sama gembel itu."
Elina dan teman-temannyapun segera pergi. Mereka pergi sambil menendang tas Prisha dan juga menginjak-ijak barang yang telah berhamburan di tanah.
Sepeninggal Elina dan teman-temannya Prisha memunguti kertas yang berserakan di tanah itu. Sambil menangis Ia memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Tanpa sadar ada langkah yang menghampirinya.
"Kenapa jongkok disitu dek?" Tanya seorang laki laki yang belakangan ia tahu namanya Andrian.
"Mari saya bantu" Andrian berjongkok, membantu Prisha memunguti barang barangnya yang tercecer. Tak ada drama pegangan tangan seperti yang terjadi di film film romantis. Namun Prisha cukup tersentuh dengan sosok baik hati di depannya. Wajahnya tampan. Kulitnya putih. Rambutnya hitam legam. Bibirnya merona. Hidungnya mancung. Tubuhnya tinggi atletis. Sungguh lelaki yang sempurna.
"Ini" Andrian menyodorkan beberapa lembar kertas yang tadi ia punguti.
"Terima kasih pak" Jawab Prisha sambil membungkukkan badannya. Lelaki di hadapannya tersenyum tipis memperlihatkan lesung pipi yang cekung. Kemudian melangkah pergi meninggalkan Prisha yang masih mematung dengan perasaan yang campur aduk.
Setelah sekian lama mematung. Prishapun melangkahkan kakinya menuju pos keamanan. Ia ingin mencari solusi perihal kartu regristrasi yang di sobek sobek Elina.
"Selamat siang pak" sapa Prisha kepada satpam jaga.
"Siang dek. Ada apa ya? Mau mendaftar jadi siswa baru atau bagaimana?" tanya seorang lelaki berseragam keamanan
"Tidak pak. Tadi saya sudah daftar dan dapat slip nomor regristrasi. Tapi waktu saya mau pulang malah bukti regristrasinya hilang pak. Padahal bukti itu harus dibawa waktu tes seleksi nanti. Apa saya bisa dapat salinannya ya pak?"
Prisha tak mau mengatakan yang sebenarnya karna ia tau itu hanya akan memperkeruh keadaan saja.
"Apa udah dicari dengan teliti dek?" Tanya satpam yang bernama Susilo itu.
"Sudah pak. Tapi gak ketemu"Jawab Prisha
"jelas gak akan ketemu karna kertasnya sudah disobek-sobek oleh Elina" batin Prisha. Namun ia tak berani mengatakannya.
"Kalau begitu silahkan adek ke ruang pendaftaran lagi. Biar nanti dikasih surat kehilangan sama panitia yang bertugas"
"Baik pak. Terima kasih."
Prisha mengangguk dan melangkah pergi. Namun ia tak langsung ke ruang pendaftaran. Ia justru pergi ke ruangan lain yang terletak disamping ruang pendaftaran. Ia bersembunyi disana agar tak bertemu lagi dengan Elina dan teman-temannya.
Ditempat lain Elina sedang menyusun cara untuk menjahili Prisha. Ia meminta tolong kepada Rama yang merupakan tetangganya.
"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?" Sapa Rama sopan.
"Selamat siang juga kak." Jawab Elina, Fita dan Mega kompak.
"Ini kita mau daftar sekolah disini kak." Jawab Fita
"Bentar-bentar. Ini kak Rama yang rumahnya disebelah toko kue itu gak sih?" Tanya Elina mengintruksi.
"Ya. Bener. Kamu bukannya anaknya pak Baskoro yang rumahnya deket pertigaan itu?" Rama balik bertanya.
"Iya kak. Kita kan tetanggaan. Gak nyangka ya kita bakal satu sekolah juga." Jawab Elina riang. Ide jahatpun muncul dijiwa Elina. Terlebih ada peluang untuk mendapatkan bantuan dari orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Astaghfirullah
awal. yg rumit..
sabar ya prisha
2024-01-23
1
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
salken, thor.....
Semangat!!!!
2023-12-30
1
Y16
semangat 🤗
2023-07-10
0