Bagi sebagian orang, senin adalah hari yang berat. Pasalnya mereka harus beraktifitas kembali setelah libur. Namun hal itu tidak berlaku untuk Prisha. Baginya tiada hari yang berat karena setiap harinya ia harus bersemangat untuk membantu orang tuanya mencari uang. Prisha memanglah gadis yang rajin. Di umurnya yang baru menginjak 17 tahun ia sudah mandiri. Setiap pagi ia membantu orang tuanya mempersiapkan sarapan pagi. Membersihkan rumah, mencuci pakaian, kemudian membantu Ratna menjahit. Dengan begitu ia akan mendapat upah dari hasil jahitnya itu. Terkadang ia juga ditugaskan mengantar jahitan ke pelanggan dengan mengunakan sepeda. Jika beruntung ia bisa mendapatkan upah dari pelanggan tersebut sebagai uang transpot. Namun terkadang ia juga harus ikhlas ketika mereka tidak memberi uang sepersen pun. Karena menurut pelanggan, jasa antar termasuk fasilitas dari penjahit.
Pagi ini setelah rutinitas paginya dilaksanakan, Prisha segera memakai pakaian yang rapi dan segera berangkat ke sekolah untuk melihat hasil tes seleksi sesuai intruksi yang dikirim oleh panitia melalui pesan singkat kemarin. Tidak lupa ia juga berpamitan kepada Ratna. Ibunya. Ia tidak berpamitan kepada bapaknya karena beliau sudah berangkat ke sawah untuk bekerja.
"Prisha berangkat dulu ya bu. Do'akan Prisha jadi peserta dengan nilai tertinggi" kata Prisha sambil mencium tangan ibunya.
Ratna mengamini ucapan anaknya itu. Kemudian seperti biasa ia akan memberikan uang saku senilai 20ribu kepada Prisha yang selalu disambut dengan senyum bahagia.
...****************...
Pukul 07.30 sekolah sudah ramai. Mereka semua mengepung mading sekolah untuk melihat hasil tes seleksi. Namun ada juga siswa yang memilih duduk-duduk di depan ruangan dan mengakses website sekolah untuk melihat pengumuman kelulusan. Dengan dada berdebar Prisha segera menuju mading sekolah. Ia mencari namanya dari urutan terbawah. Hingga pada akhirnya ia melihat namanya di urutan 3 teratas. Hati Prisha begitu bahagia. Ia yakin orang tuanya juga ikut bahagia dan bangga dengan hasil tes Prisha.
Kebahagiaan Prisha ternyata hanya bertahan sesaat. Karena lagi dan lagi kebetulan yang tidak di inginkan selalu terjadi. Ia bertemu dengan Elina end the geng didepan ruang kelas ketika ia ingin melihat daftar pembagian kelas. Terlihat dari jauh musuh bebuyutannya itu sudah memperhatikan dirinya. Itu artinya tidak lama lagi ia akan mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan dari mereka. Prishapun hanya bisa menarik nafas panjang dan membuangnya dengan kasar. Sampai akhirnya Prisha lewat di depan gerombolan Elina and the geng. Tiba-tiba saja Fita mendorongnya dari belakang hingga ia jatuh tersungkur.
"Aduh" pekik Prisha yang terjatuh karena dorongan Fita.
"Ups maaf gak sengaja. Sakit ya?" Tanya Fita pura-pura peduli.
"Habis gak kelihatan sih. Kirain tadi orang-orangan sawah. Bajunya gak layak dipakai ke sekolah sih. Lebih pantes di pajang disawah buat jaga hama."
Ejek Fita yang langsung disambut dengan gelak tawa.
Hati Prisha lagi dan lagi harus terluka karena bullyan Elina and the geng.
Prisha memang gadis miskin, tapi dia sudah berusaha memakai pakaian yang layak untuk datang kesekolah. Ia memakai baju batik yang dipadukan dengan rok span warna hitam. Bahkan ia sendiri yang membuat baju batik itu. Memang bukan pakaian mahal, tapi cukup sopan dan layak dipakai ke sekolah.
Prisha sungguh tak perduli dengan semua ejekan Elina. Ia berdiri lalu membersihkan tangan dan pakaiannya yang kotor terkena debu. Ia tak mau menjawab apa-apa. Karna bantahannya justru akan membuat keadaan semakin panas. Ia tidak mau menimbulkan keributan di sekolah barunya.
Prisha bermaksud untuk melanjutkan langkah ke kelas nya. Namun Elina sengaja menjulukkan kakinya secara tiba-tiba. Karena tak siap, Prisha pun menyandung kaki Elina dan terjatuh lagi. Kali ini ia segera bangun dan melangkah menjauh. Tidak perduli dengan kesakitannya. Karena pada kenyataannya luka fisik yang ia derita tidak ada apa-apanya jika dibandingkan luka hati yang terus digores oleh temannya itu.
Elina dan teman-temannya masih berceloteh mengejek Prisha. Namun Prisha menulikan telinganya seolah tidak ada yang berbicara. Ia terus melangkah, hingga akhirnya sampai pada ruang kelas jurusan tata busana dan menemukan namanya di kelas X D1.
Sebagaimana yang kita tahu, SMK Kusuma memiliki beberapa jurusan yang bisa dipilih. Dan jurusan itu dibagi menjadi beberapa kelas. Jurusan keperawatan yang dihuni Elina dan teman-temannya ada di kelas A. Jurusan administrasi perkantoran di kelas B. Jurusan multimedia di kelas C. Jurusan tata busana di kelas D. Dan masih ada jurusan yang lain lagi. Mereka membagi kelas sesuai jurusan yang diambil siswa. Bukan dari prestasi ataupun nomor urut regristrasi.
Kelas yang Prisha masuki sudah begitu ramai. Ia mencoba berbaur dengan teman sekelasnya yang mayoritas perempuan itu. Awalnya ia minder melihat penampilan teman-temannya yang terkesan glamor. Namun ia memberanikan diri menyapa mereka. Terserah nanti dijawab atau dicueki atau yang lebih parahnya lagi di hina seperti yang sudah di lakukan Elina. Prisha tidak perduli. Toh setiap hari ia juga sudah dibully temannya dulu.
"Hai teman-teman" sapa Prisha pada kelompok teman yang bergerombol.
"Hai juga" jawab mereka serentak.
Prisha hanya bisa tersenyum mendapat jawaban itu. Setidaknya teman barunya mau menjawab sapaannya. Itu artinya mereka masih menghargai Prisha. Dan ada kemungkinan untuk mereka berteman.
"Ambil jurusan tata busana juga?" Tanya seorang perempuan berambut sebahu yang belum diketahui namanya itu.
"Iya. Kenalin namaku Prisha. Prisha maharani. Aku ambil jurusan tata busana. Apa kalian juga ambil jurusan yang sama dengan ku?"
Prisha mengulurkan tanganya sebagai bentuk ajakan perkenalan.
"Ya. Namaku Gita." jawab gadis itu. Senyumnya manis terlihat ada lesung pipit di pipinya.
"Yang ini Manda, itu Sinta, dan yang paling cantik sendiri ini namanya Hani. Kita semua ambil jurusan tata busana kayak kamu. Jadi ntar kita akan ketemu terus dikelas yang sama"
Gita menunjuk teman-temannya dan memperkenalkannya kepada Prisha. Lalu satu persatu dari mereka saling menjabat tangan dan berkenalan.
Sebenarnya Hani bukanlah teman yang paling cantik melainkan paling unik. Penampilannya agak tomboy. Sangat kontras dengan teman-temannya yang berpenampilan feminim.
"Selamat siang anak-anak" sapa guru perempuan yang tiba-tiba masuk menjeda perkenalan mereka.
"Siang bu" jawab mereka serentak.
"Ayo semuanya cari tempat duduk. Dan duduk yang rapi. Ibu guru akan memberikan beberapa pengumuman." Kata guru itu yang melangkahkan kaki menuju meja guru.
"Yuk duduk sampingku" ajak Gita.
"Di kursi paling depan ini?" Tanya Prisha sambil menunjuk kursi kosong disamping Gita.
"Iya lah. Masak duduk dibelakang sih. Kejauhan" kata Gita.
"Tapi aku takut kalau duduk didepan. Ntar kalau ada apa-apa disuruh maju sama bu guru lagi" kata Prisha memberi alasan.
"Ngapain takut sih. Kayak anak kecil aja takut maju. Sini duduk." Ajak Gita sambil menepuk kursi kosong di sampingnya.
Prisha masih enggan duduk. Matanya mengamati kesana kemari untuk mencari tempat duduk yang terletak di belakang dan masih kosong. Hingga akhirnya Gita menarik tangannya tak sabar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments