NovelToon NovelToon

Cinta Di SMK

Bab 1

Mentari masih malu-malu menambahkan cahayanya. Namun Prisha sudah bangun dan siap-siap untuk ke sekolah. Rencananya hari ini ia akan mendaftar sekolah di SMK Kusuma. Ia sengaja memilih sekolah di SMK karena tau orang tuanya tidak mampu untuk membiayai sekolah sampai ke perguruan tinggi. Setidaknya dengan sekolah di SMK ia sudah memiliki keahlian sehingga mampu mencari kerja dan menghidupi dirinya sendiri.

Ia persiapkan semua persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftar sebelum berangkat ke sekolah. Tak lupa ia juga mematutkan diri didepan cermin. Berpakaian rapi agar tak direndahkan oleh orang lain. Berharap tak ada lagi bullyan yang selalu mewarnai harinya seperti di sekolah menengah pertama dulu.

Tangan terulur meminta restu kepada orang tua. Berharap mendapat ridho dan berkah dalam setiap proses hidup yang akan di laluinya. Sejenak ibunya yang bernama Ratna menghentikan aktifitas menjahitnya hanya untuk memberikan pelukan hangat dan usapan lembut di punggungnya. Tak lupa Ratna juga memberikan usng saku untuk bekal Prisha menempuh perjalanan menuju ke sekolah.

...****************...

SMK tempat Prisha mendaftar sekolah tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa murid yang jaga di stan penerimaan siswa baru. Ia pun segera masuk dan menuju meja pendaftaran.

"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?"

Tanya seorang siswa yang name tag nya Rama Rahardian. Ia adalah salah satu siswa yang bertugas menjaga stan PPDB.

"Siang kak. Ini saya mau mendaftar sekolah disini." Jawab Prisha

"Baik. Kalau begitu silahkan isi formulir pendaftarannya terlebih dahulu."

Rama menyodorkan kertas kepada Prisha yang langsung di terima.

"Sudah membawa persyaratannya?" Tanya Rama kemudian.

"Persyaratannya apa saja ya kak? Saya mau daftar lewat jalur prestasi." Jawab Prisha

"Kalau mau lewat jalur prestasi, selain persyaratan umum seperi kartu keluarga dan pas foto juga harus menyertakan rapot sekolah dan bukti prestasi seperti sertifikat misalnya" terang Rama ramah.

"Baik kak. Sudah saya persiapkan" jawab Prisha sambil mengisi formulir pendaftaran. Formulir yang berisi data diri itu ia isi dengan teliti. Kemudian ia mengambil persyaratan yang ada di dalam tas dan melampiri formulir tersebut dengan persyaratan yang di butuhkan.

"Ini Kak formulirnya sudah saya isi dan juga persyaratannya sudah saya lengkapi silakan dicek."

Rama terlihat serius mengecek formulir dan persyaratan yang baru diberikan Prisha. Detik kemudian

"Oke sudah lengkap semua. Ini slip registrasi pendaftaran. Untuk tahap selanjutnya silakan mengikuti ujian tes masuk yang akan dilaksanakan pada tanggal 3 juli nanti. Jangan lupa kertas ini nanti dibawa pada saat tes seleksi untuk bukti pendaftaran dan tempat duduk." Rama dengan ramah menyampaikan tahapan pendaftaran sambil menyodorkan kertas yang bertuliskan nomor registrasi.

"Baik Kak. Terima kasih."

"Iya sama-sama"

Prisha segera keluar dari ruangan pendaftaran dan segera melangkahkan kaki keluar gerbang sekolah. Namun alangkah terkejutnya dia, ia justru bertemu dengan seseorang yang sangat ia benci di sekolahnya dulu. Namanya Elina. Ketua geng remaja cantik anak orang kaya yang sering membuat ulah. Elina tidak segan-segan mencelakai orang yang ia benci. Termasuk Prisha.

"Hello hai, ini beneran Prisha gembel yang dulu disekolah kita nggak sih guys" tatap Elina angkuh.

"Kayaknya sih iya ya. Bisa dilihat dari gaya pakaiannya yang katrok dan ngegembel itu" jawab temannya yang bernama Mega.

"Hai Prisha. Sombong banget sih, ketemu temen lama nggak mau nyapa. Orang kayak gini enaknya diapain ya guys..?"

Prisha tidak mampu berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menunduk ketakutan. Ia tahu pasti Elina end the geng akan membully ia seperti biasanya.

"Coba cek tasnya siapa tahu ada yang berguna" perintah Elina kepada teman- temennya.

Fita dan Mega mendekat merampas tas punggung milik Prisha.

"Jangan Fit nggak ada apa-apanya di sini"

Prisha mencoba menahan tas punggungnya namun tenaganya kalah dengan dua orang itu.

"Diem kamu" bentak Fita.

"Lagian di dalam tas lo memangnya ada apa? Mana mungkin gembel kayak lo kuat beli barang-barang mahal." Kata Mega merendahkan. Kemudian ia mengacak-acak isi tas Prisha. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menunduk dan menangis. Pasalnya di tas itu ia meletakkan beberapa persyaratan daftar sekolah dan juga ada slip registrasi pendaftaran. Jika persyaratan sekolah ia masih bisa fotocopy lagi. Tapi jika kartu registrasi yang disobek bisa panjang urusannya. Dan benar saja mereka mengambil kartu tanda pendaftaran itu.

"Nih ada kartu tanda pendaftaran dari panitia PPDB El. Bisa nih kita buat wadah kulit kwaci nanti."

Mega memberikan selembar kertas itu kepada Elina.

"Jangan El. Jangan. Aku mohon jangan apa apain kertas itu. Kertas itu buat ikut tes seleksi nanti. Tolong El."

Prisha mencoba merebut kertas itu. Memohon kepada Elina agar tak merusaknya. Namun permintaan Prisha justru seperti tantangan bagi Elina. Tanpa ampun Elina merobek-robek kertas itu menjadi puing-puing kecil. Lalu melemparkankan ke arah Prisha.

"Jangan harap lo bisa masuk sekolah ini. Kalaupun bisa aku gak akan segan-segan nyiksa kamu sampai kamu dikeluarin dari sekolah. Faham gak lo" ancam Elina.

"Yah udah, pelajaran buat si gembel kayaknya cukup sampai disini dulu. Yuk kita cabut. Kita harus daftar sekolah juga. Jangan sampai kalah sama gembel itu."

Elina dan teman-temannyapun segera pergi. Mereka pergi sambil menendang tas Prisha dan juga menginjak-ijak barang yang telah berhamburan di tanah.

Sepeninggal Elina dan teman-temannya Prisha memunguti kertas yang berserakan di tanah itu. Sambil menangis Ia memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Tanpa sadar ada langkah yang menghampirinya.

"Kenapa jongkok disitu dek?" Tanya seorang laki laki yang belakangan ia tahu namanya Andrian.

"Mari saya bantu" Andrian berjongkok, membantu Prisha memunguti barang barangnya yang tercecer. Tak ada drama pegangan tangan seperti yang terjadi di film film romantis. Namun Prisha cukup tersentuh dengan sosok baik hati di depannya. Wajahnya tampan. Kulitnya putih. Rambutnya hitam legam. Bibirnya merona. Hidungnya mancung. Tubuhnya tinggi atletis. Sungguh lelaki yang sempurna.

"Ini" Andrian menyodorkan beberapa lembar kertas yang tadi ia punguti.

"Terima kasih pak" Jawab Prisha sambil membungkukkan badannya. Lelaki di hadapannya tersenyum tipis memperlihatkan lesung pipi yang cekung. Kemudian melangkah pergi meninggalkan Prisha yang masih mematung dengan perasaan yang campur aduk.

Setelah sekian lama mematung. Prishapun melangkahkan kakinya menuju pos keamanan. Ia ingin mencari solusi perihal kartu regristrasi yang di sobek sobek Elina.

"Selamat siang pak" sapa Prisha kepada satpam jaga.

"Siang dek. Ada apa ya? Mau mendaftar jadi siswa baru atau bagaimana?" tanya seorang lelaki berseragam keamanan

"Tidak pak. Tadi saya sudah daftar dan dapat slip nomor regristrasi. Tapi waktu saya mau pulang malah bukti regristrasinya hilang pak. Padahal bukti itu harus dibawa waktu tes seleksi nanti. Apa saya bisa dapat salinannya ya pak?"

Prisha tak mau mengatakan yang sebenarnya karna ia tau itu hanya akan memperkeruh keadaan saja.

"Apa udah dicari dengan teliti dek?" Tanya satpam yang bernama Susilo itu.

"Sudah pak. Tapi gak ketemu"Jawab Prisha

"jelas gak akan ketemu karna kertasnya sudah disobek-sobek oleh Elina" batin Prisha. Namun ia tak berani mengatakannya.

"Kalau begitu silahkan adek ke ruang pendaftaran lagi. Biar nanti dikasih surat kehilangan sama panitia yang bertugas"

"Baik pak. Terima kasih."

Prisha mengangguk dan melangkah pergi. Namun ia tak langsung ke ruang pendaftaran. Ia justru pergi ke ruangan lain yang terletak disamping ruang pendaftaran. Ia bersembunyi disana agar tak bertemu lagi dengan Elina dan teman-temannya.

Ditempat lain Elina sedang menyusun cara untuk menjahili Prisha. Ia meminta tolong kepada Rama yang merupakan tetangganya.

"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?" Sapa Rama sopan.

"Selamat siang juga kak." Jawab Elina, Fita dan Mega kompak.

"Ini kita mau daftar sekolah disini kak." Jawab Fita

"Bentar-bentar. Ini kak Rama yang rumahnya disebelah toko kue itu gak sih?" Tanya Elina mengintruksi.

"Ya. Bener. Kamu bukannya anaknya pak Baskoro yang rumahnya deket pertigaan itu?" Rama balik bertanya.

"Iya kak. Kita kan tetanggaan. Gak nyangka ya kita bakal satu sekolah juga." Jawab Elina riang. Ide jahatpun muncul dijiwa Elina. Terlebih ada peluang untuk mendapatkan bantuan dari orang lain.

Bab 2

Detik berganti menit. Prisha tak lelah menunggu Elina end the geng keluar dari ruang pendaftaran. Hingga terdengar suara riuh Elina bersama teman-temannya yang sedang bercanda diluar sana. Suara itu semakin menjauh. Menandakan kepergian mereka. Setelah suara itu tidak terdengar lagi, Prishapun keluar dari persembunyiannya menuju ruang pendaftaran kembali.

"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu" Tanya Rama yang masih jaga stan.

"Lho kamu lagi. Bukannya tadi udah kesini ya" imbuhnya heran.

"Ya kak. Tadi emang saya udah kesini daftar. Tapi bukti pendaftarannya hilang. Apa saya bisa dapat salinannya ya?" Tangan Prisha gemetar. Ada rasa takut yang hinggap di dadanya mengingat ia memang gadis yang lugu dan pemalu.

"Ooo jadi bukti pendaftarannya hilang? Apa udah dicari dengan teliti?" Rama tersenyum miring seolah tahu sesuatu.

"Sudah kak. Tapi masih gak ketemu" jawab Prisha dengan kepala tertunduk.

"Atas nama siapa?" Tanya Rama. Walau kenyataannya ia tahu bahwa gadis yang dihadapannya adalah Prisha.

"Atas nama Prisha Maharani kak" jawab Prisha.

"Atas nama Prisha Maharani ya. Baiklah. Karena slip buat siswa cuman 1 dan ini hanya ada salinan buat panita PPDB. Jadi maaf saja. Kamu gak bisa dapet bukti pendaftaran lagi. Kamu tau artinya apa? Artinya kamu gak bisa ikut tes seleksi."

Air mata Prisha jatuh dipipi. Ia takut mimpinya akan pupus karena ulah musuh bebuyutannya.

"Kenapa begitu kak? Apa tidak ada solusi?" Tanya Prisha yang hanya dibalas gelengan oleh Rama.

"Tolong kak. Tolong beri aku salinan itu biar aku bisa ikut tes seleksi. Setidaknya biarlah aku berjuang dulu. Toh aku juga belum pasti diterima sekolah disini kan" kata Prisha memelas. Ia bukannya pesimis. Jika dilihat dari prestasinya ia tergolong anak yang cerdas disekolahnya dulu. Dan pasti ia akan diterima. Namun ia sadar bahwa kecerdasan yang ia miliki tidak akan berguna jika dibandingkan dengan mereka yang kurang pintar namun punya banyak uang. Ibaratnya uang bisa membeli segalanya. Termasuk nilai.

"Kalau gak yakin diterima ngapain daftar? Udah lah pulang aja sana. Daripada waktumu terbuang sia-sia" Perkataan Rama barusan membuat hati Prisha semakin sedih. Ia merasa sekolah barunya ini seperti penjara yang isinya orang jahat semua.

"Ya sudah kak kalau gak bisa. Aku pulang saja." Prisha hampir menyerah. Ia melangkahkan kakinya menuju keluar ruangan. Namun sepersekian detik Rama pun menghentikan langkahnya.

"Sebenernya sih ada cara lain biar kamu bisa ikut tes" Kata Rama yang sontak membuat Prisha langsung membalikkan badan.

"Apa kak? Ada cara lain" tanya Prisha antusias. Senyum cerah kembali terpancar di wajahnya.

"Ya ada cara lain. Tapi kamu harus bener-bener cari slip regristrasi itu dulu. Kalau gak ketemu ntar aku kasih surat tanda kehilangan" Pernyataan Rama membuat Prisha semakin lega. Itu artinya ada kesempatan untuknya mengikuti tes seleksi.

"Udah kak. Tadi udah aku cari kemana-mana tapi gak ketemu." Jawab Prisha lagi.

"Lalu apa buktinya kalau kamu udah bener-bener nyari?" Rama seperti meragukan ucapan Prisha.

"Maksud kakak?" Tanya Prisha bingung.

"Maksudku kamu punya bukti apa kalau udah nyari slip itu? Kalau seandainya kamu udah bener-bener nyari, apa kamu bisa buat denah sekolah ini sampai ke detail-detailnya? Kalau kamu tadi udah bener-bener cari slip itu pasti tadi udah muter-muter sekolah dong. Gampang kan tinggal gambar gitu aja." Prisha berfikir keras. Bagaimana bisa ia menggambar denah ruangan yang ada disekolah ini jika pada kenyataannya ia memang tak pernah menyusuri sekolah tersebut.

"Kalau nggak bisa ya sudah sana pulang" Usir Rama penuh kemenangan.

"Gak gak kak. Bukannya gimana-gimana. Tadi aku waktu cari slip kan cuman konsen ke slip registrasi aja. Jadi nggak terlalu memperhatikan ruangan yang ada. Kalau kakak nyuruh menggambar sampai ke detailnya aku nggak bisa. Lagian tadi aku kan nyarinya dari ruangan ini sampai ke gerbang saja kak" Prisha mencoba bernegosiasi dengan Rama. Ia tidak mau kehilangan kesempatan untuk ikut tes seleksi masuk. Namun Ia juga tidak mau mempersulit diri sendiri dengan cara menyusuri lingkungan sekolah SMK Kusuma. Sebab ruangannya sangat banyak. Pasti membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mengintari dan menggambarnya.

"Ya sudah kalau begitu gambar saja denah ruangan tempat pendaftaran sampai ke gerbang. Kamu punya waktu 30 menit dari sekarang. Nanti kalau jam 11.30 belum sampai, aku tinggal. Karena waktu jaga stan hanya sampai jam segitu. Setelah itu istirahat." Jawab Rama angkuh.

"Ya kak. Aku akan segera balik kesini dengan gambarnya. Terima kasih atas kesempatannya kak." Prisha menundukkan kepalanya dan segera keluar dari ruang pendaftaran tersebut.

Setelah kepergian Prisha dari ruang pendaftaran. Rama pun dihampiri temannya. Iya merasa penasaran dengan sikap Rama yang sedang mempermainkan calon siswa baru.

"Eh Ram lo ngerjain anak baru itu" tanya Kevin.

"Gak ngerjain sih, lebih tepatnya cuman ngasih pelajaran kecil buat anak baru yang punya masa lalu kurang baik di sekolahnya dulu" jawab Rama tanpa rasa bersalah.

"Maksud lo gimana sih? Lo kenal sama cewek yang tadi?" Tanya Kevin heran.

"nggak kenal juga sih. Cuman tadi gue dikasih tahu sama tetangga gue yang dulu satu sekolah sama cewek tadi. Katanya dulu ia sering nyuri di sekolah. Makanya gue kasih pelajaran aja dia. Biar nggak betah di sini. Nyolong itu kan kayak penyakit yang bisa nular. Entar kalau di sekolah kita banyak yang kecolongan gimana? Lebih baik kehilangan satu murid kan daripada banyak orang yang jadi korban kelakuan jahatnya" jelas Rama.

"Iya sih. Emang bener kata elo. Daripada nanti banyak murid yang jadi korban pencuriannya mending kehilangan 1 murid. Toh yang daftar di sini juga banyak. Sekolah kita gak bakalan kekurangan murid." Kevin ikut terpengaruh dengan perkataan Rama. Walau pada kenyataannya Prisha tak pernah melakukan hal tersebut di sekolahnya dulu. Fitnahan Elina sungguh berdampak buruk kepada Prisha. Orang-orang jadi memandang remeh sebelum mereka mengenal lebih dekat siapa Prisha yang sebenarnya.

"Kalau gitu entar gue ikut bantuin loe ngerjain dia deh. Lagian jam segini yang daftar udah sepi, palingan entar siang habis istirahat baru rame lagi." Lanjut Kevin. Yang dijawab dengan acungan jempol oleh Rama. Tanpa mereka sadari perbincangan mereka didengar oleh orang lain.

"Apa barusan yang saya dengar? Kalian mau ngerjain calon siswa baru?" Kata Andrian yang baru saja masuk dan langsung menegur Rama dan Kevin. Ia adalah anak ketua yayasan SMK Kusuma yang sekaligus bekerja sebagai TU disekolah tersebut.

"Enggak Kak. Kita cuman main-main sama anak baru yang katanya sering nyolong di sekolahnya dulu. Cuman ngasih pelajaran kecil aja sih, biar dia nggak jadi daftar sekolah di sini. Takutnya ntar bawa pengaruh buruk buat siswa lain." Jawab Rama menjelaskan.

"Tahu dari mana kamu kalau dia dulu nyolong. Apa ada bukti surat keterangan dari kepolisian?" Andrian tidak mau percaya begitu saja dengan ucapan Rama.

"Nggak ada sih kak. Cuman Tadi aku dikasih tahu sama tetangga aku yang dulu satu sekolah sama dia, katanya dia itu sering nyolong di sekolahnya dulu. Ya faktor ekonomi lah. Maklum, dia itu dari kalangan orang miskin." Cibir Rama yang sudah termakan hasutan dari Elina.

"Nggak usah asal nuduh kalau nggak ada bukti. Takutnya nanti jadi fitnah. Lagian itu kan hanya masa lalu. Bisa jadi ia sudah berubah dan berkelakuan baik ketika berada di sekolah kita" kata Andrian bijak.

" Iya kak maaf" kata Rama mengalah.

"Minta maafnya jangan sama saya. Tetapi sama calon siswa baru yang kamu kerjain itu." Jawab Andrian dengan wajah cueknya.

"Saya gak mau ada kejadian kayak gini lagi. Kalau ada yang minta bantuan dibantu sebisanya. Jangan malah dipersulit. Terkhusus buat Rama, jangan menilai orang dari apa yang dikatakan orang lain. Tapi selidiki dulu kebenarannya. Jangan malah ikut menghakimi tapi ternyata orang itu tak seperti yang dituduhkan." Imbuh Andrian memperingatkan. Rama, Kevin dan teman-teman yang jaga stan hanya mengangguk mengiyakan.

"Ya sudah. Karna sudah siang saya mau pulang dulu. Di kantor ada makanan. Nanti kalian berlima kalau sudah jam istirahat makan saja dikantor. Jangan lupa stan dikasih papan informasi sedang istirahat. Agar tidak mengecewakan pendaftar." Andrian keluar menuju parkiran melewati Prisha yang masih duduk bersimpuh menggambar denah ruangan. Tanpa ia sadari, gadis itu yang barusan dibelanya tadi.

Di sisi lain Prisha duduk di depan sebuah ruangan yang bertuliskan Koprasi Sekolah. Ia mengamati setiap ruangan yang ia lewati dari ruang pendaftaran sampai ke gerbang sekolah. Ia menghitung ruangan yang ada. Menggambarnya menjadi sebuah denah. Kemudian kembali menuju ruang pendaftaran yang sudah terlihat sepi.

Prisha berjalan sedikit berlari ketika melihat beberapa panitia PPDB yang tadi menjaga stan keluar dari ruangan tersebut. Sampai diruangan ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 11.20. Hatinya begitu lega mengetahui kalau ia tak melewati batas waktu maksimal yang ditentukan oleh Rama.

"Ini kak denah lokasi yang kakak minta." Kata Prisha sambil menyodorkan kertas yang sudah ada gambar ruangannya.

"Kenapa lama banget? Gambar gini aja sampe 20 menit. Anak TK aja gambar gini paling 5 menit jadi" Kata Rama meremehkan.

"Maaf kak. Tadi sambil nyari-nyari slip lagi. Siapa tau ketemu. Kan kakak tadi nyuruh nyari secara bener-bener. Baru dibuktikan dengan gambar." Elak Prisha membela diri.

"Nyali elo gede juga ya. Berani bantah senior." Bentak Rama

"Maaf kak" tunduk Prisha takut-takut.

"Ya udah kalau gitu gue buatin surat kehilangan dulu. Tunggu disitu"

Rama menunjuk sebuah kursi kosong yang terletak didepan meja pendaftaran. Prisha segera melangkah menuju kursi tersebut lalu mendudukinya. Tidak butuh waktu lama, Rama sudah mencetak surat kehilang yang dilampiri fotocopy slip regristrasi dari panitia PPDB. Yang langsung diterima oleh Prisha.

"Ini surat kehilangan. Belakangnya udah gue lampirin fotocopy slip registrasi milik panitia. Lo tinggal minta tanda tangan satpam di pos jaga." Kata Rama.

"Baik kak. Terima kasih sudah mau bantu. Kalau gak ada kak Rama mungkin saya akan gagal ikut tes seleksi." Prisha begitu tulus mengucapkan terima kasih. Walau dalam kenyataan justru Rama yang mempersulit keadaan.

"Gak usah terima kasih. Itu udah jadi tugas gue sebagai panitia." Jawab Rama masih dengan nada judes. Namun Prisha tetap ramah seolah tak tahu apa-apa. Sebenarnya Rama masih ingin mengerjai Prisha. Hanya saja ia tak mau gegabah dan mendapat teguran lagi dari Andrian. Disamping itu waktu jaga stan sudah habis. Ia tidak mau waktu istirahatnya terpotong hanya karena siswa baru itu.

Bab 3

Pagi ini langit begitu cerah. Secerah hati Prisha yang bersemangat untuk mengikuti tes seleksi masuk sekolah. Sesuai jadwal yang sudah ada, tes seleksi masuk di SMK Kusuma akan dilaksanakan pada hari ini. Senin 3 juli 2023 mulai pukul 08.00 WIB. Untuk tahun ini tes seleksi dilaksanakan secara langsung di gedung sekolah. Mengingat pandemi sudah berakhir.

Prisha sudah menyiapkan diri untuk mengikuti tes seleksi. Berbagai materi pembelajaran yang dulu pernah ia pelajari di sekolah menengah pertama ia pelajari lagi. Mulai dari mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa inggris, IPA dan IPS. Tak lupa ia juga mempersiapkan diri untuk tes wawancara dengan menyiapkan berbagai jawaban yang mungkin akan ditanyakan pengujinya.

"Buk, pak, hari ini Prisha ada tes seleksi masuk di SMK Kusuma. Do'akan biar Prisha bisa mengerjakan soalnya dengan mudah. Prisha bisa lulus tes dengan hasil terbaik." Kata Prisha sambil menyajikan secangkir kopi untuk bapaknya yang bernsma Wijaya.

"Amin. Bapak yakin pasti kamu lulus nduk. Kamu kan anak yang pintar. Di SMP saja bapak selalu naik panggung mendampingi kamu yang jadi peringkat kelas kok" kata Wijaya.

Memang begitulah tradisi sekolah Prisha dulu. Tiap akhir tahun akan diadakan acara besar-besaran yang melibatkan siswa dan orang tuanya. Wali murid akan diundang ke sekolah untuk melihat pentas seni siswa sekaligus mengambil rapot hasil belajar selama satu semester. Bagi orang tua yang anaknya mendapat juara 1, 2, dan 3 mereka akan naik panggung mendampingi anaknya untuk mendapatkan hadiah berupa beasiswa, bingkisan dan juga sertifikat. Dan selama 3 tahun Prisha selalu masuk 3 besar.

"Kira-kira kalau tes wawancara yang ditanyain apa ya bu?" Tanya Prisha yang sudah kembali ke dapur untuk membantu ibunya memasak.

"Ibu mana tau yang begituan nduk. Kan ibu sekolahnya cuman sampai SMP saja." Jawab ibu yang cekatan mempersiapkan sarapan pagi mereka.

"Mungkin sama kayak waktu tes seleksi masuk SMP kali ya bu? Cuman bedanya sekarang ada pertanyaan tentang jurusan apa yang mau di ambil. Kan SMA SMK sudah ada jurusan-jurusannya."

Terang Prisha sambil menuang tumis kacang panjang yang sudah matang ke dalam mangkuk.

"Kayak jalan aja ada jurusannya nduk nduk." Sahut ibu.

Karena masakan sudah siap. Maka Prisha dan kedua orang tuanya pun segera sarapan bersama di dapur yang sekaligus digunakan sebagai ruang makan itu.

"Ibu itu kalau ndak tahu mbok ya gak usah nyahut to bu bu. Katanya ibu sekolahnya cuman sampai SMP kok ya komentar aja. Lagian SMP tahun 90an sama zaman sekarang kan udah beda jauh to bu. Pelajaran SMP zaman dulu sekarang udah jadi pelajaran SD"

terang Wijaya yang membuat Ratna sedikit murung. Namun ia tetap mengambilkan nasi, sayur dan lauk untuk suaminya itu.

"Ini kenapa bapak seolah ngremehin ibu ya. Bapak sama aja. Cuman lulusan SMP kayak ibu to. Malah lulusnya duluan bapak. Mungkin pelajaran bapak waktu SMP dulu sekarang jadi pelajarannya TK" Debat ibu tak mau kalah.

Begitulah keluarga Prisha. Mereka selalu mengobrol dimeja makan. Hal itulah yang membuat hubungan keluarga mereka terasa hangat. Walaupun kadang ada sedikit perdebatan namun sebenarnya mereka saling menyayangi satu sama lain.

"Sudah bu, pak. Kenapa malah jadi debat sih. Kan tadi Prisha cuman nanya kemungkinan pertanyaan tes wawancara" skak Prisha menengahi perdebatan pagi.

"Iya. Ya. Ibu minta maaf" kata Ratna yang nasinya tinggal setengah piring itu.

"Paling kamu disuruh memperkenalkan diri. Ditanya alasan memilih jurusan apa. Ditanya cita-cita. Yah intinya pertanyaan dasar lah nduk." Kata Ratna berpendapat.

"Apapun pertanyaannya yang penting kamu tenang. Jangan minder. Jangan takut. Biar lancar jawabnya." Pesan Wijaya yang dijawab anggukan oleh Prisha.

"Kalau boleh tau emangnya kamu nanti mau ambil jurusan apa nduk?" Tanya Ratna kemudian.

"Ambil jurusan tata busana bu. Biar bisa jahit kayak ibu. Syukur-syukur bisa buat konveksi atau butik. Biar kita bisa membantu para tetangga yang nganggur." Jelas Prisha.

"Amiin. Semoga cita-cita kamu dikabulkan Tuhan ya nduk" kata bapak yang kompak diamini mereka.

"Tapi kalau cuman pengen bisa jahit ngapain sekolah segala nduk. Belajar sama ibu kan bisa. Malah lebih hemat. Seharusnya kamu itu bercita-cita jadi desainer. Punya brend sendiri. Punya toko pakaian banyak. Biar bisa bangkit dari keadaan perekonomian kita. Kalau jadi orang kaya kan enak. Pengen ini bisa, itu bisa. Pokoknya apa apa keturutan."

Sekilas kata-kata Ratna seolah tidak mengizinkan Prisha sekolah lagi. Tapi sebenarnya ada arti yang mendalam dari kata-kata tersebut. Sebuah motifasi untuk memiliki cita-cita yang tinggi. Ratna ingin Prisha berfikir jauh menatap masa depan. Menjadi orang yang lebih sukses darinya yang hanya penjahit kampung.

"Ibu itu ngomong apa sih? Anak mau sekolah gak didukung kok malah dibuat down"

Rupanya Wijaya salah mengartikan maksud Ratna. Dia tidak mampu menangkap makna yang disampaikan oleh istrinya itu.

"Prisha takut bermimpi buk" kata Prisha.

"Memangnya apa yang salah dengan mimpi nduk? Itu kan titik tujuan kita. Yang membuat kita bersemangat. Jadi buatlah titik itu setinggi mungkin. Berusahalah sekuat tenaga. Jangan lupa berdo'a. Biar Tuhan yang menentukannya. Ibu bapak akan selalu mendukungmu dan mendo'akanmu nduk".

Mereka mengakhiri sarapan pagi dengan sebuah do'a yang indah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.15. Prisha sudah siap berangkat ke sekolah.

"Buk.. Prisha berangkat dulu ya" pamit Prisha pada Ratna yang sedang sibuk menjahit.

Prisha mengulurkan tangan kepada ibunya. Ratna sejenak menghentikan aktifitas menjahitnya. Ia langsung menyambut uluran tangan anaknya. Prisha mencium tangan ibunya dengan takdim.

"Ini untuk transport dan uang jajan" kata Ratna sambil menyodorkan uang kepada Prisha dan langsung diterima dengan senyum riang.

"Makasih bu. Prisha berangkat dulu" pamit Prisha yang langsung melangkah keluar rumah.

"Ya nduk. Hati-hati di jalan. Semoga tesnya berjalan dengan lancar dan sukses. Semangat nduk !" Kata Ratna menyemangati. Setelah itu Ratnapun kembali sibuk dengan jahitannya.

Karena rumah Prisha terletak di dalam gang, maka ia berjalan menuju jalan raya untuk menunggu angkot. Terlihat dari jauh ada angkot berjalan ke arahnya, ia pun segera melambaikan tangan untuk menyetop angkat tersebut.

"SMK Kusuma Pak" kata Prisha kepada sopir angkot setelah ia masuk dan duduk di dalam angkot tersebut.

"baik" kata supir angkot langganan Prisha itu.

"Kamu sekarang sekolah di SMK Kusuma ya Sha?" Sapa Sopir itu kepada Prisha.

"Iya Pak. Saya daftar di situ. Tapi belum tahu keterima apa enggaknya. Hari ini baru tes seleksi. Do'akan Prisha ya pak biar keterima. Ntar kan kita jadi langganan terus." Kata Prisha sambil tersenyum.

"Kamu ini bisa aja Sha. Ya, bapak doakan semoga kamu keterima dan cita-cita kamu bisa terwujud. Amiin." Kata sopir itu mendoakan yang langsung di amini oleh Prisha.

Karnadi, sopir angkot yang Prisha tumpangi memang sudah kenal Prisha sejak lama. Mereka sudah berlangganan sejak Prisha SD. Dulu Prisha selalu diantar ibunya naik angkot yang dikemudikan Karnadi. Namun semenjak SMP Prisha sudah berani naik angkot sendiri. Karena itulah Karnadi akrab dengan Prisha bahkan sudah dianggap seperti anak sendiri. Setiap hari Karnadi selalu ngetem ditempat Prisha biasa menunggu jika Prisha belum ada.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!