Pagi ini langit begitu cerah. Secerah hati Prisha yang bersemangat untuk mengikuti tes seleksi masuk sekolah. Sesuai jadwal yang sudah ada, tes seleksi masuk di SMK Kusuma akan dilaksanakan pada hari ini. Senin 3 juli 2023 mulai pukul 08.00 WIB. Untuk tahun ini tes seleksi dilaksanakan secara langsung di gedung sekolah. Mengingat pandemi sudah berakhir.
Prisha sudah menyiapkan diri untuk mengikuti tes seleksi. Berbagai materi pembelajaran yang dulu pernah ia pelajari di sekolah menengah pertama ia pelajari lagi. Mulai dari mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa inggris, IPA dan IPS. Tak lupa ia juga mempersiapkan diri untuk tes wawancara dengan menyiapkan berbagai jawaban yang mungkin akan ditanyakan pengujinya.
"Buk, pak, hari ini Prisha ada tes seleksi masuk di SMK Kusuma. Do'akan biar Prisha bisa mengerjakan soalnya dengan mudah. Prisha bisa lulus tes dengan hasil terbaik." Kata Prisha sambil menyajikan secangkir kopi untuk bapaknya yang bernsma Wijaya.
"Amin. Bapak yakin pasti kamu lulus nduk. Kamu kan anak yang pintar. Di SMP saja bapak selalu naik panggung mendampingi kamu yang jadi peringkat kelas kok" kata Wijaya.
Memang begitulah tradisi sekolah Prisha dulu. Tiap akhir tahun akan diadakan acara besar-besaran yang melibatkan siswa dan orang tuanya. Wali murid akan diundang ke sekolah untuk melihat pentas seni siswa sekaligus mengambil rapot hasil belajar selama satu semester. Bagi orang tua yang anaknya mendapat juara 1, 2, dan 3 mereka akan naik panggung mendampingi anaknya untuk mendapatkan hadiah berupa beasiswa, bingkisan dan juga sertifikat. Dan selama 3 tahun Prisha selalu masuk 3 besar.
"Kira-kira kalau tes wawancara yang ditanyain apa ya bu?" Tanya Prisha yang sudah kembali ke dapur untuk membantu ibunya memasak.
"Ibu mana tau yang begituan nduk. Kan ibu sekolahnya cuman sampai SMP saja." Jawab ibu yang cekatan mempersiapkan sarapan pagi mereka.
"Mungkin sama kayak waktu tes seleksi masuk SMP kali ya bu? Cuman bedanya sekarang ada pertanyaan tentang jurusan apa yang mau di ambil. Kan SMA SMK sudah ada jurusan-jurusannya."
Terang Prisha sambil menuang tumis kacang panjang yang sudah matang ke dalam mangkuk.
"Kayak jalan aja ada jurusannya nduk nduk." Sahut ibu.
Karena masakan sudah siap. Maka Prisha dan kedua orang tuanya pun segera sarapan bersama di dapur yang sekaligus digunakan sebagai ruang makan itu.
"Ibu itu kalau ndak tahu mbok ya gak usah nyahut to bu bu. Katanya ibu sekolahnya cuman sampai SMP kok ya komentar aja. Lagian SMP tahun 90an sama zaman sekarang kan udah beda jauh to bu. Pelajaran SMP zaman dulu sekarang udah jadi pelajaran SD"
terang Wijaya yang membuat Ratna sedikit murung. Namun ia tetap mengambilkan nasi, sayur dan lauk untuk suaminya itu.
"Ini kenapa bapak seolah ngremehin ibu ya. Bapak sama aja. Cuman lulusan SMP kayak ibu to. Malah lulusnya duluan bapak. Mungkin pelajaran bapak waktu SMP dulu sekarang jadi pelajarannya TK" Debat ibu tak mau kalah.
Begitulah keluarga Prisha. Mereka selalu mengobrol dimeja makan. Hal itulah yang membuat hubungan keluarga mereka terasa hangat. Walaupun kadang ada sedikit perdebatan namun sebenarnya mereka saling menyayangi satu sama lain.
"Sudah bu, pak. Kenapa malah jadi debat sih. Kan tadi Prisha cuman nanya kemungkinan pertanyaan tes wawancara" skak Prisha menengahi perdebatan pagi.
"Iya. Ya. Ibu minta maaf" kata Ratna yang nasinya tinggal setengah piring itu.
"Paling kamu disuruh memperkenalkan diri. Ditanya alasan memilih jurusan apa. Ditanya cita-cita. Yah intinya pertanyaan dasar lah nduk." Kata Ratna berpendapat.
"Apapun pertanyaannya yang penting kamu tenang. Jangan minder. Jangan takut. Biar lancar jawabnya." Pesan Wijaya yang dijawab anggukan oleh Prisha.
"Kalau boleh tau emangnya kamu nanti mau ambil jurusan apa nduk?" Tanya Ratna kemudian.
"Ambil jurusan tata busana bu. Biar bisa jahit kayak ibu. Syukur-syukur bisa buat konveksi atau butik. Biar kita bisa membantu para tetangga yang nganggur." Jelas Prisha.
"Amiin. Semoga cita-cita kamu dikabulkan Tuhan ya nduk" kata bapak yang kompak diamini mereka.
"Tapi kalau cuman pengen bisa jahit ngapain sekolah segala nduk. Belajar sama ibu kan bisa. Malah lebih hemat. Seharusnya kamu itu bercita-cita jadi desainer. Punya brend sendiri. Punya toko pakaian banyak. Biar bisa bangkit dari keadaan perekonomian kita. Kalau jadi orang kaya kan enak. Pengen ini bisa, itu bisa. Pokoknya apa apa keturutan."
Sekilas kata-kata Ratna seolah tidak mengizinkan Prisha sekolah lagi. Tapi sebenarnya ada arti yang mendalam dari kata-kata tersebut. Sebuah motifasi untuk memiliki cita-cita yang tinggi. Ratna ingin Prisha berfikir jauh menatap masa depan. Menjadi orang yang lebih sukses darinya yang hanya penjahit kampung.
"Ibu itu ngomong apa sih? Anak mau sekolah gak didukung kok malah dibuat down"
Rupanya Wijaya salah mengartikan maksud Ratna. Dia tidak mampu menangkap makna yang disampaikan oleh istrinya itu.
"Prisha takut bermimpi buk" kata Prisha.
"Memangnya apa yang salah dengan mimpi nduk? Itu kan titik tujuan kita. Yang membuat kita bersemangat. Jadi buatlah titik itu setinggi mungkin. Berusahalah sekuat tenaga. Jangan lupa berdo'a. Biar Tuhan yang menentukannya. Ibu bapak akan selalu mendukungmu dan mendo'akanmu nduk".
Mereka mengakhiri sarapan pagi dengan sebuah do'a yang indah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.15. Prisha sudah siap berangkat ke sekolah.
"Buk.. Prisha berangkat dulu ya" pamit Prisha pada Ratna yang sedang sibuk menjahit.
Prisha mengulurkan tangan kepada ibunya. Ratna sejenak menghentikan aktifitas menjahitnya. Ia langsung menyambut uluran tangan anaknya. Prisha mencium tangan ibunya dengan takdim.
"Ini untuk transport dan uang jajan" kata Ratna sambil menyodorkan uang kepada Prisha dan langsung diterima dengan senyum riang.
"Makasih bu. Prisha berangkat dulu" pamit Prisha yang langsung melangkah keluar rumah.
"Ya nduk. Hati-hati di jalan. Semoga tesnya berjalan dengan lancar dan sukses. Semangat nduk !" Kata Ratna menyemangati. Setelah itu Ratnapun kembali sibuk dengan jahitannya.
Karena rumah Prisha terletak di dalam gang, maka ia berjalan menuju jalan raya untuk menunggu angkot. Terlihat dari jauh ada angkot berjalan ke arahnya, ia pun segera melambaikan tangan untuk menyetop angkat tersebut.
"SMK Kusuma Pak" kata Prisha kepada sopir angkot setelah ia masuk dan duduk di dalam angkot tersebut.
"baik" kata supir angkot langganan Prisha itu.
"Kamu sekarang sekolah di SMK Kusuma ya Sha?" Sapa Sopir itu kepada Prisha.
"Iya Pak. Saya daftar di situ. Tapi belum tahu keterima apa enggaknya. Hari ini baru tes seleksi. Do'akan Prisha ya pak biar keterima. Ntar kan kita jadi langganan terus." Kata Prisha sambil tersenyum.
"Kamu ini bisa aja Sha. Ya, bapak doakan semoga kamu keterima dan cita-cita kamu bisa terwujud. Amiin." Kata sopir itu mendoakan yang langsung di amini oleh Prisha.
Karnadi, sopir angkot yang Prisha tumpangi memang sudah kenal Prisha sejak lama. Mereka sudah berlangganan sejak Prisha SD. Dulu Prisha selalu diantar ibunya naik angkot yang dikemudikan Karnadi. Namun semenjak SMP Prisha sudah berani naik angkot sendiri. Karena itulah Karnadi akrab dengan Prisha bahkan sudah dianggap seperti anak sendiri. Setiap hari Karnadi selalu ngetem ditempat Prisha biasa menunggu jika Prisha belum ada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments