Bab 2

Detik berganti menit. Prisha tak lelah menunggu Elina end the geng keluar dari ruang pendaftaran. Hingga terdengar suara riuh Elina bersama teman-temannya yang sedang bercanda diluar sana. Suara itu semakin menjauh. Menandakan kepergian mereka. Setelah suara itu tidak terdengar lagi, Prishapun keluar dari persembunyiannya menuju ruang pendaftaran kembali.

"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu" Tanya Rama yang masih jaga stan.

"Lho kamu lagi. Bukannya tadi udah kesini ya" imbuhnya heran.

"Ya kak. Tadi emang saya udah kesini daftar. Tapi bukti pendaftarannya hilang. Apa saya bisa dapat salinannya ya?" Tangan Prisha gemetar. Ada rasa takut yang hinggap di dadanya mengingat ia memang gadis yang lugu dan pemalu.

"Ooo jadi bukti pendaftarannya hilang? Apa udah dicari dengan teliti?" Rama tersenyum miring seolah tahu sesuatu.

"Sudah kak. Tapi masih gak ketemu" jawab Prisha dengan kepala tertunduk.

"Atas nama siapa?" Tanya Rama. Walau kenyataannya ia tahu bahwa gadis yang dihadapannya adalah Prisha.

"Atas nama Prisha Maharani kak" jawab Prisha.

"Atas nama Prisha Maharani ya. Baiklah. Karena slip buat siswa cuman 1 dan ini hanya ada salinan buat panita PPDB. Jadi maaf saja. Kamu gak bisa dapet bukti pendaftaran lagi. Kamu tau artinya apa? Artinya kamu gak bisa ikut tes seleksi."

Air mata Prisha jatuh dipipi. Ia takut mimpinya akan pupus karena ulah musuh bebuyutannya.

"Kenapa begitu kak? Apa tidak ada solusi?" Tanya Prisha yang hanya dibalas gelengan oleh Rama.

"Tolong kak. Tolong beri aku salinan itu biar aku bisa ikut tes seleksi. Setidaknya biarlah aku berjuang dulu. Toh aku juga belum pasti diterima sekolah disini kan" kata Prisha memelas. Ia bukannya pesimis. Jika dilihat dari prestasinya ia tergolong anak yang cerdas disekolahnya dulu. Dan pasti ia akan diterima. Namun ia sadar bahwa kecerdasan yang ia miliki tidak akan berguna jika dibandingkan dengan mereka yang kurang pintar namun punya banyak uang. Ibaratnya uang bisa membeli segalanya. Termasuk nilai.

"Kalau gak yakin diterima ngapain daftar? Udah lah pulang aja sana. Daripada waktumu terbuang sia-sia" Perkataan Rama barusan membuat hati Prisha semakin sedih. Ia merasa sekolah barunya ini seperti penjara yang isinya orang jahat semua.

"Ya sudah kak kalau gak bisa. Aku pulang saja." Prisha hampir menyerah. Ia melangkahkan kakinya menuju keluar ruangan. Namun sepersekian detik Rama pun menghentikan langkahnya.

"Sebenernya sih ada cara lain biar kamu bisa ikut tes" Kata Rama yang sontak membuat Prisha langsung membalikkan badan.

"Apa kak? Ada cara lain" tanya Prisha antusias. Senyum cerah kembali terpancar di wajahnya.

"Ya ada cara lain. Tapi kamu harus bener-bener cari slip regristrasi itu dulu. Kalau gak ketemu ntar aku kasih surat tanda kehilangan" Pernyataan Rama membuat Prisha semakin lega. Itu artinya ada kesempatan untuknya mengikuti tes seleksi.

"Udah kak. Tadi udah aku cari kemana-mana tapi gak ketemu." Jawab Prisha lagi.

"Lalu apa buktinya kalau kamu udah bener-bener nyari?" Rama seperti meragukan ucapan Prisha.

"Maksud kakak?" Tanya Prisha bingung.

"Maksudku kamu punya bukti apa kalau udah nyari slip itu? Kalau seandainya kamu udah bener-bener nyari, apa kamu bisa buat denah sekolah ini sampai ke detail-detailnya? Kalau kamu tadi udah bener-bener cari slip itu pasti tadi udah muter-muter sekolah dong. Gampang kan tinggal gambar gitu aja." Prisha berfikir keras. Bagaimana bisa ia menggambar denah ruangan yang ada disekolah ini jika pada kenyataannya ia memang tak pernah menyusuri sekolah tersebut.

"Kalau nggak bisa ya sudah sana pulang" Usir Rama penuh kemenangan.

"Gak gak kak. Bukannya gimana-gimana. Tadi aku waktu cari slip kan cuman konsen ke slip registrasi aja. Jadi nggak terlalu memperhatikan ruangan yang ada. Kalau kakak nyuruh menggambar sampai ke detailnya aku nggak bisa. Lagian tadi aku kan nyarinya dari ruangan ini sampai ke gerbang saja kak" Prisha mencoba bernegosiasi dengan Rama. Ia tidak mau kehilangan kesempatan untuk ikut tes seleksi masuk. Namun Ia juga tidak mau mempersulit diri sendiri dengan cara menyusuri lingkungan sekolah SMK Kusuma. Sebab ruangannya sangat banyak. Pasti membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mengintari dan menggambarnya.

"Ya sudah kalau begitu gambar saja denah ruangan tempat pendaftaran sampai ke gerbang. Kamu punya waktu 30 menit dari sekarang. Nanti kalau jam 11.30 belum sampai, aku tinggal. Karena waktu jaga stan hanya sampai jam segitu. Setelah itu istirahat." Jawab Rama angkuh.

"Ya kak. Aku akan segera balik kesini dengan gambarnya. Terima kasih atas kesempatannya kak." Prisha menundukkan kepalanya dan segera keluar dari ruang pendaftaran tersebut.

Setelah kepergian Prisha dari ruang pendaftaran. Rama pun dihampiri temannya. Iya merasa penasaran dengan sikap Rama yang sedang mempermainkan calon siswa baru.

"Eh Ram lo ngerjain anak baru itu" tanya Kevin.

"Gak ngerjain sih, lebih tepatnya cuman ngasih pelajaran kecil buat anak baru yang punya masa lalu kurang baik di sekolahnya dulu" jawab Rama tanpa rasa bersalah.

"Maksud lo gimana sih? Lo kenal sama cewek yang tadi?" Tanya Kevin heran.

"nggak kenal juga sih. Cuman tadi gue dikasih tahu sama tetangga gue yang dulu satu sekolah sama cewek tadi. Katanya dulu ia sering nyuri di sekolah. Makanya gue kasih pelajaran aja dia. Biar nggak betah di sini. Nyolong itu kan kayak penyakit yang bisa nular. Entar kalau di sekolah kita banyak yang kecolongan gimana? Lebih baik kehilangan satu murid kan daripada banyak orang yang jadi korban kelakuan jahatnya" jelas Rama.

"Iya sih. Emang bener kata elo. Daripada nanti banyak murid yang jadi korban pencuriannya mending kehilangan 1 murid. Toh yang daftar di sini juga banyak. Sekolah kita gak bakalan kekurangan murid." Kevin ikut terpengaruh dengan perkataan Rama. Walau pada kenyataannya Prisha tak pernah melakukan hal tersebut di sekolahnya dulu. Fitnahan Elina sungguh berdampak buruk kepada Prisha. Orang-orang jadi memandang remeh sebelum mereka mengenal lebih dekat siapa Prisha yang sebenarnya.

"Kalau gitu entar gue ikut bantuin loe ngerjain dia deh. Lagian jam segini yang daftar udah sepi, palingan entar siang habis istirahat baru rame lagi." Lanjut Kevin. Yang dijawab dengan acungan jempol oleh Rama. Tanpa mereka sadari perbincangan mereka didengar oleh orang lain.

"Apa barusan yang saya dengar? Kalian mau ngerjain calon siswa baru?" Kata Andrian yang baru saja masuk dan langsung menegur Rama dan Kevin. Ia adalah anak ketua yayasan SMK Kusuma yang sekaligus bekerja sebagai TU disekolah tersebut.

"Enggak Kak. Kita cuman main-main sama anak baru yang katanya sering nyolong di sekolahnya dulu. Cuman ngasih pelajaran kecil aja sih, biar dia nggak jadi daftar sekolah di sini. Takutnya ntar bawa pengaruh buruk buat siswa lain." Jawab Rama menjelaskan.

"Tahu dari mana kamu kalau dia dulu nyolong. Apa ada bukti surat keterangan dari kepolisian?" Andrian tidak mau percaya begitu saja dengan ucapan Rama.

"Nggak ada sih kak. Cuman Tadi aku dikasih tahu sama tetangga aku yang dulu satu sekolah sama dia, katanya dia itu sering nyolong di sekolahnya dulu. Ya faktor ekonomi lah. Maklum, dia itu dari kalangan orang miskin." Cibir Rama yang sudah termakan hasutan dari Elina.

"Nggak usah asal nuduh kalau nggak ada bukti. Takutnya nanti jadi fitnah. Lagian itu kan hanya masa lalu. Bisa jadi ia sudah berubah dan berkelakuan baik ketika berada di sekolah kita" kata Andrian bijak.

" Iya kak maaf" kata Rama mengalah.

"Minta maafnya jangan sama saya. Tetapi sama calon siswa baru yang kamu kerjain itu." Jawab Andrian dengan wajah cueknya.

"Saya gak mau ada kejadian kayak gini lagi. Kalau ada yang minta bantuan dibantu sebisanya. Jangan malah dipersulit. Terkhusus buat Rama, jangan menilai orang dari apa yang dikatakan orang lain. Tapi selidiki dulu kebenarannya. Jangan malah ikut menghakimi tapi ternyata orang itu tak seperti yang dituduhkan." Imbuh Andrian memperingatkan. Rama, Kevin dan teman-teman yang jaga stan hanya mengangguk mengiyakan.

"Ya sudah. Karna sudah siang saya mau pulang dulu. Di kantor ada makanan. Nanti kalian berlima kalau sudah jam istirahat makan saja dikantor. Jangan lupa stan dikasih papan informasi sedang istirahat. Agar tidak mengecewakan pendaftar." Andrian keluar menuju parkiran melewati Prisha yang masih duduk bersimpuh menggambar denah ruangan. Tanpa ia sadari, gadis itu yang barusan dibelanya tadi.

Di sisi lain Prisha duduk di depan sebuah ruangan yang bertuliskan Koprasi Sekolah. Ia mengamati setiap ruangan yang ia lewati dari ruang pendaftaran sampai ke gerbang sekolah. Ia menghitung ruangan yang ada. Menggambarnya menjadi sebuah denah. Kemudian kembali menuju ruang pendaftaran yang sudah terlihat sepi.

Prisha berjalan sedikit berlari ketika melihat beberapa panitia PPDB yang tadi menjaga stan keluar dari ruangan tersebut. Sampai diruangan ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 11.20. Hatinya begitu lega mengetahui kalau ia tak melewati batas waktu maksimal yang ditentukan oleh Rama.

"Ini kak denah lokasi yang kakak minta." Kata Prisha sambil menyodorkan kertas yang sudah ada gambar ruangannya.

"Kenapa lama banget? Gambar gini aja sampe 20 menit. Anak TK aja gambar gini paling 5 menit jadi" Kata Rama meremehkan.

"Maaf kak. Tadi sambil nyari-nyari slip lagi. Siapa tau ketemu. Kan kakak tadi nyuruh nyari secara bener-bener. Baru dibuktikan dengan gambar." Elak Prisha membela diri.

"Nyali elo gede juga ya. Berani bantah senior." Bentak Rama

"Maaf kak" tunduk Prisha takut-takut.

"Ya udah kalau gitu gue buatin surat kehilangan dulu. Tunggu disitu"

Rama menunjuk sebuah kursi kosong yang terletak didepan meja pendaftaran. Prisha segera melangkah menuju kursi tersebut lalu mendudukinya. Tidak butuh waktu lama, Rama sudah mencetak surat kehilang yang dilampiri fotocopy slip regristrasi dari panitia PPDB. Yang langsung diterima oleh Prisha.

"Ini surat kehilangan. Belakangnya udah gue lampirin fotocopy slip registrasi milik panitia. Lo tinggal minta tanda tangan satpam di pos jaga." Kata Rama.

"Baik kak. Terima kasih sudah mau bantu. Kalau gak ada kak Rama mungkin saya akan gagal ikut tes seleksi." Prisha begitu tulus mengucapkan terima kasih. Walau dalam kenyataan justru Rama yang mempersulit keadaan.

"Gak usah terima kasih. Itu udah jadi tugas gue sebagai panitia." Jawab Rama masih dengan nada judes. Namun Prisha tetap ramah seolah tak tahu apa-apa. Sebenarnya Rama masih ingin mengerjai Prisha. Hanya saja ia tak mau gegabah dan mendapat teguran lagi dari Andrian. Disamping itu waktu jaga stan sudah habis. Ia tidak mau waktu istirahatnya terpotong hanya karena siswa baru itu.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

jahatnya manusia.. ....

2024-01-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 pengumuman tes seleksi
6 Teman Baru
7 pembekalan MPLS
8 cinta pada pandangan pertama
9 Malaikat berkemeja Putih
10 Hari ke2 MPLS
11 Malam keakraban
12 Pentas seni
13 Renungan Malam
14 Tertangkap Basah
15 Disekap
16 Menghadap guru BP
17 Cerita Sebenarnya
18 Bab 18
19 bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 Bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36 Outbound
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88 : Mengganti panggilan
89 Bab 89 : Flashback jebakan untuk Prisha
90 Bab 90 : Rumah Mertua
91 Bab 91 : Dulu atasan sekarang mertua
92 bab 92 : mengulik
93 Bab 93 : Ketika Hati Nurani Bicara
94 Bab 94 : Mengantar pulang
95 Bab 95 : Masa lalu Andrian
96 Bab 96 : Memboyong
97 Bab 97 : Keputusan Alfan
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
pengumuman tes seleksi
6
Teman Baru
7
pembekalan MPLS
8
cinta pada pandangan pertama
9
Malaikat berkemeja Putih
10
Hari ke2 MPLS
11
Malam keakraban
12
Pentas seni
13
Renungan Malam
14
Tertangkap Basah
15
Disekap
16
Menghadap guru BP
17
Cerita Sebenarnya
18
Bab 18
19
bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
Bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36 Outbound
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88 : Mengganti panggilan
89
Bab 89 : Flashback jebakan untuk Prisha
90
Bab 90 : Rumah Mertua
91
Bab 91 : Dulu atasan sekarang mertua
92
bab 92 : mengulik
93
Bab 93 : Ketika Hati Nurani Bicara
94
Bab 94 : Mengantar pulang
95
Bab 95 : Masa lalu Andrian
96
Bab 96 : Memboyong
97
Bab 97 : Keputusan Alfan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!