Mentari Di Hati Angkasa ( MDHA )
Mentari Amalia Wijaya, seorang gadis cantik berusia 23 tahun. Mentari bekerja sebagai guru Taman Kanak-kanak. Terbiasa hidup sendiri sejak kehilangan orang tuanya, membuat Mentari menempuh pendidikan anak usia dini dan mendedikasikan diri untuk mengajar anak-anak.
Siang itu, Mentari tengah menyelesaikan pekerjaannya saat suara langkah kaki terdengar dari luar kelas tempat ia mengajar.
Suara ketukan pintu terdengar. Mentari memgangkat kepalanya lalu menoleh ke arah pintu. Nampak Pak Ujang, penjaga sekolah di tempatnya mengajar berdiri di depan pintu. Wajahnya terlihat panik.
" Kenapa Pak ? " tanya Mentari.
" Aduh, punten Miss Tari... Saya harus pulang sekarang soalnya istri saya teh mau melahirkan " jawabnya dengan logat sunda yang kentara.
" Oh ya udah, Pak. Pak Ujang cepetan pulang kasihan istrinya " sahut Mentari.
" Iya, Miss... Tapi masalahnya itu Den Bintang belum ada yang jemput. Saya bingung harus gimana " ucap Pak Ujang menimpali.
" Gak apa-apa, Pak. Pak Ujang pulang aja, biar nanti saya yang temenin Bintang sampai ada yang jemput " sahut Mentari memberikan solusi.
" Ya udah atuh, Miss. Saya pamit pulang dulu. Nanti kalau istri saya sudah melahirkan, saya balik lagi " pamit Pak Ujang.
" Iya, semoga persalinan istri Pak Ujang dilancarkan, sehat dan selamat ya Pak " ucap Mentari memberikan doa untuk Pak Ujang.
" Aamiin... Terima kasih ya, Miss " sahut Pak Ujang kemudian bergegas pergi.
Mentari merapikan barang-barangnya, kemudian bergerak keluar dari ruangan kelas. Seperti biasanya, Mentari lebih senang menghabiskan waktu di sekolah tempatnya mengajar sebelum pulang ke rumah.
Kini Mentari sudah berada di taman depan sekolah bersama dengan seorang anak laki-laki yang lucu dan tampan, Bintang namanya. Bintang sangat dekat dengan Mentari karena hanya Mentari saja yang bisa menaklukannya.
Bintang anak yang terkenal arogan, dingin dan keras kepala. Apa yang ia inginkan harus didapatkannya. Mungkin disebabkan karena kedua orang tuanya sibuk bekerja sehingga apapun yang Bintang inginkan akan mereka penuhi. Padahal bocah tampan tersebut hanya menginginkan kasih sayang dan perhatian.
Semua guru yang ada di sekolah sudah angkat tangan menghadapi sikap Bintang, hanya Mentari yang bisa meluluhkan hatinya. Hingga pada akhirnya Bintang menjadi dekat dan akrab dengan Mentari. Lambat laun sikap arogan bocah itu pun berkurang.
" Bintang belum dijemput ? " tanya Mentari sambil ikut duduk di ayunan yang ada di samping Bintang.
" Mama sama Papa lagi ke luar kota, Miss. Bintang nungguin Om Kas jemput tapi kayaknya Om Kas kelupaan, padahal Mama udah ingetin Om Kas supaya gak telat jemput Bintang " ceroscos bocah tampan itu.
" Ya udah, tunggu aja dulu. Mungkin Omnya Bintang kejebak macet, jadi terlambat datang " ucap Mentari menenangkan Bintang.
" Tapi Bintang udah kesel, Miss. Dari tadi nungguin terus " sahut Bintang sambil merengut.
" Kan ada Miss Tari yang nemenin Bintang. Bintang gak suka ya ditemenin sama Miss Tari ? " tanya Mentari dengan wajah memelas.
" Bintang suka kok ditemenin Miss Tari. Kalau boleh, Bintang mau ditemenin Miss Tari terus biar Bintang gak kesepian lagi " jawab Bintang jujur membuat Mentari menunjukkan senyumannya.
Mereka berdua menunggu sambil berbincang berdua. Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore dan tidak ada tanda-tanda Omnya Bintang datang.
" Om Kas kemana sih ? " gerutu Bintang sambil menghembus kasar nafasnya.
" Bintang punya nomernya Om ? Biar Miss Tari hubungi Omnya Bintang " tawar Mentari sambil mengusap kepala Bintang yang tengah berbaring di pangkuan Mentari.
" Percuma, Miss... Om Kas gak akan angkat " sahut Bintang kemudian ia bangkit dari pangkuan Mentari.
" Miss mau anterin Bintang ke tempatnya Om Kas gak ? " tanya Bintang seolah berharap jika Mentari akan mengantarnya.
" Bintang tahu, Omnya kerja dimana ? " tanya Mentari balik.
" Iya, Bintang tahu Miss " jawab Bintang sambil mengangguk.
" Ya udah, ayo kita pergi ke sana ! " seru Mentari sambil meraih tangan Bintang.
Mentari segera memesan taksi dan setelahnya ia segera mengantar Bintang ke tempat yang dimaksud oleh Bintang.
Bintang memegang tangan Mentari saat turun dari taksi. Mereka berjalan memasuki sebuah tempat yang digunakan sebagai tempat shooting.
" Omnya Bintang kerja disini ? " tanya Mentari sambil melihat sekeliling tempat tersebut.
" Iya. Ayo kita cari Om Kas, Miss " jawab Bintang sambil menarik Mentari untuk masuk ke dalam rumah besar yang penuh dengan properti shooting.
Bintang membawa Mentari ke sebuah kamar yang merupakan ruang istirahat Omnya.
" Miss tunggu dulu disini ! Jangan kemana-mana ya ! Bintang cariin Om Kas dulu ya " ucap Bintang kemudian keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mentari sendirian disana.
" Loh, loh....Bintang... Eh, kenapa ditinggal sih ? " gumam Mentari saat Bintang berlalu.
Mentari duduk di sofa yang berada disana. Ia mengeluarkan ponselnya lalu mengirimkan pesan untuk memberitahu lokasinya berada saat ini.
Tak berapa lama pintu terbuka dan seorang pria memasuki ruangan lalu melihat ada seorang wanita duduk di sofa. Pria itu segera membuka kemejanya.
Astaghfirulloh, dia mau ngapain ?
Pikir Mentari saat melihat pria itu membuka baju lalu berjalan mendekatinya. Mentari sampai berdiri dari duduknya.
" Ayo Mba, bisa dimulai aja sekarang ! " titahnya sambil duduk di sofa.
" Mulai ? Mulai apa ? " gumam Mentari bingung.
Mentari menggaruk kepalanya walaupun tidak terasa gatal sama sekali.
" Ish, kok malah diem aja sih Mba ? Ayo buruan dimulai ! Waktu saya gak banyak lho... " serunya lagi sambil menatap wanita yang kini berdiri di depannya.
" Maaf....Sepertinya anda salah orang " tukas Mentari sambil menggeser dirinya menjauh.
Namun pria itu menahan laju Mentari dengan memegang tangannya.
" Aduh Mba... Please deh, saya tuh udah dari tadi nungguin si Mbanya datang. Saya udah booking lho. Jadi sekarang tolong kasih saya servis yang paling baik " sahutnya.
Mentari melepaskan tangannya.
" Maaf saya bukan... "
" Duh, please ya Mba. Waktu saya ini beneran gak banyak lho. Saya udah nungguin lama ini, jadi tolong kerjakan saja tugasnya Mba dengan baik. Kalau memuaskan saya kasih bonus deh " timpal pria tersebut enteng.
Mentari mendelik kesal karena pria tersebut seolah tak ingin mendengar penjelasannya.
" Maaf ya Mas saya ini kesini... "
" Iya, iya... Saya tahu. Mba kesini mau pijat refleksi kan. Nah saya ini pasiennya " potong pria tersebut.
" Saya tahu kok, Mba pasti kaget kan karena ternyata pasiennya itu saya. Asisten saya tadi memang gak bilang kalau saya itu pasiennya. Maklumlah, saya kan artis terkenal jadinya khawatir kalau-kalau nanti Mbanya ini malah ribut kesana-sini. Saya kan butuh privasi... " tambahnya lagi dengan percaya diri.
Mentari mendengus kesal serta memutar bola matanya. Ia memilih melangkahkan kakinya menuju pintu.
" Eh, mau kemana ? Kerjaan Mba kan belum selesai " Pria itu berupaya menjegal langkah Mentari.
" Maaf ya Mas yang ngakunya artis terkenal. Saya ini bukan tukang pijat. Coba tanya lagi sama asistennya " jawab Mentari sambil membalik badannya.
Pria itu menarik tangan Mentari hingga akhirnya Mentari jatuh di pelukan pria tersebut.
" Kamu... " pekik Mentari sambil mengangkat wajahnya dan disaat yang sama pria itu pun melihat Mentari hingga kemudian kedua mata mereka berduapun beradu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Jumadin Adin
awal yg bagus
2023-06-09
1