MDHA 3

Seorang wanita cantik tengah berdiri sambil berkacak pinggang. Di depannya seorang pria tampan tengah duduk di sofa dengan kepala tertunduk. Seorang bocah tampan tengah duduk disamping sang ibu yang sedang berdiri.

" Astaga Kasa... Bisa-bisanya kamu lupa jemput Bintang. Untung ada Miss Tari yang nungguin dan antar Bintang. Kamu itu gimana sih ? " omel wanita tersebut yang tak lain adalah Bulan, ibu dari Bintang, juga kakak kandung Angkasa.

" Sorry Kak... Tadi itu beneran jadwal takenya padat banget. Udah gitu, tadi tuh nungguin tukang pijit lama banget datangnya " sahut Angkasa membela diri.

" Alasan terus ! Kan kamu bisa nyuruh si Andi jemput Bintang " oceh Bulan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Mau sampai kapan kamu begini ? Ngurusin terus karir keartisan kamu. Inget ! Pekerjaan di perusahaan itu seharusnya jadi tanggung jawab kamu, bukan tanggung jawab Kakak atau Mas Bagus lho " tambah Bulan kemudian.

" Selama masih ada Kak Bulan sama Mas Bagus, urusan perusahaan Kasa serahkan kepada Kakak dan Mas Bagus saja yang lebih kompeten " sahut Angkasa santai.

Bulan mendekati Angkasa lalu menjewer telinga Angkasa hingga pria tampan itu meringis kesakitan.

" Aww... Aww... Ampun Kak, ampuun " pekik Angkasa sambil memegang telinganya yang dijewer oleh Bulan.

" Kamu tuh emang harus dikasih pelajaran ya ! " Kesal Bulan lalu melepaskan tangannya dari telinga Angkasa.

Angkasa mengusap-usap telinganya yang memerah.

" Kalau Kakak sama Mas Bagus sudah gak ada lagi, terus kamu mau ngapain ? " cecar Bulan kemudian yang hanya melirik pada Angkasa

" Kalau itu terjadi, mau tidak mau aku pasti masuk perusahaanlah " jawab Angkasa santai.

" Oh, jadi kamu baru mau masuk perusahaan kalau kakak sama Mas Bagus mati, begitu ? " murka Bulan.

" Ish, ya gak gitu juga Kak. Maksudnya, sekarang kan masih ada Kak Bulan sama Mas Bagus. Kalau aku yang handle perusahaan takut nantinya berantakan " sahut Angkasa asal.

" Nah itu sadar kalau kamu tuh takut perusahaan berantakan. Karena itu, mulai sekarang kamu kurangi kegiatan shooting kamu. Dan kamu mulai belajar handle perusahaan... ! " titah Bulan.

" Ya gak bisa gitu dong, Kak ! " tukas Angkasa.

" Apa ? Kenapa gak bisa ? Pokoknya kakak gak mau tahu ya. Mulai minggu depan seenggaknya kamu ke kantor 3 hari seminggu. Belajar jalanin perusahaan. Atau Kakak bubarin PH kamu itu " Bulan mengultimatum Angkasa lalu meninggalkan Angkasa bersama dengan Bintang.

" Tuh Om, dengerin omongannya Mama ! " ledek Bintang.

" Eh dasar bocah, awas ya Om gak bakalan beliin mainan lagi " sahut Angkasa.

" Biarin, Bintang bisa minta sama Mama, Papa. Wee " timpal Bintang sambil menjulurkan lidahnya lalu meninggalkan Angkasa.

Baru beberapa langkah Bintang membalik badannya menatap Angkasa yang tengah menyandarkan punggungnya pada sofa.

" Eh iya, Om jangan lupa minta maaf terus bilang terima kasih sama Miss Tari karena kemarin udah ngerepotin Miss Tari ! " seru Bintang sambil menatap Angkasa.

" Iya... Iya... Bawel amat sih jadi bocah. Gak ibu, gak anak sama bawelnya " gerutu Angkasa sambil melirik Bintang dengan malas.

Sepeninggal Bulan dan Bintang, Angkasa menghubungi Andi, sang asisten. Ia meminta Andi untuk menjadwal ulang agenda kegiatannya dikarenakan harus menuruti titah sang kakak.

Angkasa kini berbaring di atas tempat tidurnya. Ia tampak berpikir keras, menjadi seorang artis memang cita-citanya. Akan tetapi, ia pun menyadari jika ia memiliki tanggung jawab sebagai pewaris perusahaan. Selama ini, sang kakak dan kakak iparnya sudah membantunya dengan menggantikan posisinya di perusahaan. Dan kali ini, sepertinya sang kakak sudah tidak lagi bisa mentolerir dan memaksanya untuk segera masuk ke perusahaan.

Ah... Memikirkan ia harus berada di balik meja dan laptop tentu saja membuat kepala Angkasa pusing sendiri.

Tiba-tiba ponsel miliknya bergetar, ia melihat satu pesan masuk dari keponakan satu-satunya.

Om, jangan lupa bilang maaf dan terima kasih sama Miss Tari. Ini Bintang kasih nomernya Miss Tari. Mentari 08xxxxxxxxxx

Angkasa melihat deretan nomer itu, kemudian menyimpannya.

" Miss Tari... "

gumam Angkasa sambil tersenyum membayangkan gadis yang kemarin telah berhasil mencuri perhatiannya. Bukan... Bukan hanya mencuri perhatiannya barangkali sudah berhasil mencuri hatinya pula.

" Mentari... My sunshine " ucap Angkasa dengan menarik sudut bibirnya.

Entah apa yang membuat Angkasa tertarik kepada guru Bintang itu. Tetapi semenjak kemarin beradu pandang dengan Mentari, seolah bayangan gadis cantik itu tak pernah hilang dari ingatannya.

Ah sial... !

Rutuk Angkasa kala mengingat kejadian yang membuatnya salah paham kepada Mentari kemarin.

Pasti dia ilfeel sama aku

tebak Angkasa dalam hatinya.

Angkasa mengacak rambutnya.

Seandainya saja mereka bertemu tidak dalam keadaan yang membuatnya salah paham, tentunya ia akan menebar pesonanya dan membuat Mentari tertarik kepadanya.

Tunggu saja, aku pasti akan membuatmu jatuh hati kepadaku.

Memangnya perempuan mana yang bisa menolak pesona seorang Angkasa Nares Pramudya ?

Angkasa bertekad dalam hatinya untuk membuat Mentari jatuh hati kepadanya. Ia mungkin belum menyadari jika justru dia sendiri yang telah jatuh ke dalam pesona seorang Mentari.

Angkasa menghela nafasnya, lalu memikirkan cara agar dapat mendekati Mentari.

Aku harus menarik perhatiannya dan aku tahu harus bagaimana. Aku akan meminta Bintang untuk membantuku.

Ya, Bintang pasti mau membantuku. Secara, bocah itu kan deket banget sama Mentari. Tinggal bujuk Bintang mah gampang

ucap Angkasa dalam hatinya.

Angkasa tersenyum lebar, seolah yakin jika ia bisa merebut hati Mentari.

Di tempat lain, Mentari kini tengah membuat sarapan bersama Umi Maryam, ibu dari Fajar. Setelah acara lamaran dadakan kemarin, Fajar membawa Mentari ke rumah orang tuanya. Ia memberitahukan bahwa dirinya telah melamar Mentari.

Kedua orang tua Fajar merasa bahagia karena sebenarnya inilah yang mereka harapkan bersama dengan kedua orang tua Mentari.

Oleh karena itu, mereka akan segera mengadakan pesta pertunangan antara Fajar dan Mentari lebih dulu. Dan setelahnya, mereka akan segera mempersiapkan pernikahan keduanya.

" Mi, ini cobain nasi gorengnya. Enak gak ? " tanya Mentari kepada Umi Maryam sambil menyuapi nasi kepada calon ibu mertuanya itu.

" Hmm... Enak ! Tapi... " puji Umi Maryam.

" Kenapa Mi ? Ada yang kurang ya ? " tanya Mentari memotong ucapan Umi Maryam.

" Iya, kurang banyak " jawab Umi Maryam sambil menahan tawa melihat wajah Mentari yang nampak tegang.

" Iih, Umi mah gitu ah. Bikin kaget aja " Mentari mengerucutkan bibirnya.

Umi Maryam menangkup wajah Mentari.

" Ck, kalau ngambek gini bikin gemes. Kalau Fajar lihat pasti pengen nyubit saking gemesnya " ucap Umi Maryam sambil tertawa.

" Hayo... Umi sama Tari lagi gibahin Fajar ya " celetuk Fajar yang sudah berada di depan dapur menatap dua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya.

" Dih, geer ! " bantah Umi Maryam sambil melirik Fajar.

" Siapa yang geer, mi. Orang tadi Fajar denger nama Fajar disebut-sebut " timpal Fajar lalu mendekati keduanya.

" Oh, jadi dari tadi kamu nguping ya ? " selidik Umi Maryam.

" Ih, gak nguping Mi. Cuma gak sengaja denger " jawab Fajar lalu berdiri di dekat Mentari.

" Em, baunya enak banget nih. Aa mau dong nasi gorengnya " ucap Fajar kepada Mentari.

" Aa tungguin aja di meja makan. Sekalian panggil abah biar kita sarapan bareng " seru Mentari.

" Iya, calon istriku sayang ! Aa tungguin di meja makan ya " sahut Fajar sambil mencolek dagu Mentari.

" Hei, Fajar... Sabar atuh, colak colek aja... " sembur Umi Maryam.

" Udah gak tahan lagi, mi. Mendingan langsung dinikahin ajalah, gak usah acara tunangan dulu. Iya kan Tari sayang ? " tanya Fajar sambil mengerlingkan sebelah matanya ke arah Mentari lalu menjauh dari dapur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!