MDHA 2

Mentari mendorong tubuh pria tersebut. Tak bisa ia pungkiri jika perasaannya jadi tak karuan. Sementara pria itu mengangkat satu sudut bibirnya.

" Tolong jaga sikap anda ! " ketus Mentari lalu merapikan blazer yang membalut tubuhnya.

Mentari kembali melangkahkan kakinya menuju pintu.

" Tunggu dulu ! Sebelum kamu meninggalkan tempat ini, jelaskan mengapa kamu bisa sampai ada disini ? " tanya pria itu sambil meraih kembali kemejanya lalu memakainya tanpa mengancingkannya.

" Saya tadi datang bersama murid saya, tadi dia menyuruh saya menunggu karena dia harus mencari Omnya " jelas Mentari jujur.

" Ck... Alasan ! " sahut pria itu menatap gadis di hadapannya lalu berjalan menuju ke arah Mentari.

" Aku tahu, kamu pasti berbohong. Mana ada anak kecil bisa datang kesini. Memangnya kamu tidak tahu kalau ini tempat khusus dan tidak sembarang orang bisa masuk. Ah, jangan-jangan kamu itu cuma pura-pura saja supaya bisa bertemu denganku. Ayo mengaku saja ! " tambahnya lagi dengan tangan bersedekap di dada.

Mentari menghela nafasnya.

Pede banget sih nih orang

" Maaf, tapi saya tidak berbohong. Saya akan mencari murid saya untuk membuktikan ucapan saya itu benar " jawab Mentari.

" Kau pikir aku akan percaya begitu saja ? " sahut pria itu lagi.

Mentari berusaha menjelaskan, namun ponselnya kemudian berbunyi. Disaat Mentari akan mengangkat panggilan yang masuk, pria di depannya itu segera merebut ponsel milik Mentari lalu menolak panggilan.

" Eh, apa-apan nih ? " ucap Mentari tak terima karena ponselnya diambil paksa.

" Aku tahu, kamu pasti fans fanatikku. Kamu gak perlu lah pura-pura kayak gini cuma biar dapat perhatian dari aku. Well, harus aku akui sih selain cantik, kamu ternyata jago akting juga. Nah sebagai bentuk apresiasi maka kamu boleh foto sepuasnya sama aku. Ayo sini, kita foto bareng ! " ucap pria itu sambil menggandeng tangan Mentari lalu menyalakan kamera di ponsel Mentari yang tidak dikunci.

" Say ciis... " seru pria itu sambil mengarahkan kamera selfi padanya dan Mentari lalu menekan tombol hingga terdengar bunyi cekrek-cekrek beberapa kali.

" Lho, Om Kas sama Miss Tari lagi ngapain ? " tanya Bintang yang tiba-tiba membuka pintu.

" Bintang... "

Ucap Mentari dan pria itu bersamaan. Keduanya lantas saling menatap satu sama lain.

" Waduh, Bos... Sorry tadi saya jemput Pak Komeng dulu, soalnya katanya ban motornya kempes jadi saya jemput. Kan Bos pengen cepet-cepet dipijet " jawab Andi, sang asisten yang muncul dari belakang Bintang bersama dengan seorang pria paruh baya.

Mentari tersenyum sinis kepada pria yang ternyata merupakan Om dari Bintang.

" Miss udah kenal sama Om Kas ? Ini Om Angkasa, Om Kas ini kerjanya jadi artis Miss. Eh Om, ini Miss Tari guru kesayangan Bintang di sekolah. Miss Tari tadi anterin Bintang kesini soalnya Om Kas gak jemput-jemput ke sekolah " oceh Bintang membuat pria yang ternyata Omnya itu menjadi kikuk di hadapan Mentari.

" Maaf, bisa tolong kembalikan ponsel saya ! " seru Mentari sambil mengulurkan tangannya kepada Angkasa.

Angkasa segera mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya.

" Nah Bintang, Miss Tari pulang dulu ya. Lain kali Bintang bilang sama Omnya kalau sibuk, suruh orang rumah buat jemput Bintang di sekolah supaya Bintang gak nungguin sendiri dan lama-lama di sekolah " ucap Mentari bermaksud menyindir Angkasa.

" Iya, Miss ! Nanti Bintang aduin sama Mama, Papa... " sahut Bintang sambil melirik Angkasa.

" Ya sudah kalau begitu, Miss Tari duluan ya ! " pamit Mentari sambil mengelus kepala Bintang kemudian segera berlalu tanpa berpamitan kepada Angkasa.

Dasar cowok gak ada akhlak ! Main tuduh aja.

Mentang-mentang artis, kepedean banget

Gerutu Mentari di dalam hatinya sambil berjalan keluar.

Ponsel milik Mentari kembali berbunyi dan Mentaripun segera mengangkatnya.

" Iya, A "

" Aa udah di depan, kamu udah beres ? " tanyanya.

" Iya, udah A. Sebentar, ini lagi jalan keluar " jawab Mentari lalu melihat sebuah mobil di depan pagar.

Sudah hafal jika itu adalah mobil milik Fajar Mentari bergegas menuju mobil tersebut.

Fajar membukakan pintu untuk Mentari dan Mentari masuk ke dalam mobil. Ia duduk di jok samping Fajar yang kini mengemudikan kendaraannya menjauh dari tempat itu.

" Kamu kenapa ? Kayak orang kesel gitu " selidik Fajar karena sejak tadi Mentari terlihat menekuk wajahnya.

" Itu, A... Omnya Bintang itu ngeselin banget. Masa Tari dikira tukang pijit sih. Memangnya ada ya tukang pijit pake stelan blazer kayak gini " oceh Mentari membuat Fajar terkekeh.

" Hm... Kalau ada tukang pijit modelan kayak kamu gini, A Fajar juga mau dipijit " sahut Fajar sambil terkekeh.

" Iih... Aa mah gitu " tukas Mentari kemudian mencubit pinggang Fajar membuat Fajar meringis kesakitan.

" Eeh... Ampun sayang, ampuun... " tukas Fajar.

" Jadi A Fajar juga mikir kalau Tari pantes jadi tukang pijit, gitu ya " sewot Mentari.

" Ya enggaklah... Kamu itu pantesnya jadi istrinya Aa " tukas Fajar dengan tegas.

Wajah Mentari merona mendengar ucapan yang keluar dari mulut Fajar.

Fajar dan Mentari sudah dekat sejak mereka masih anak-anak. Kedua orang tua mereka juga berteman dengan baik. Saat Mentari harus kehilangan kedua orang tuanya, orang tua Fajarlah yang merawat Mentari.

Mentari kehilangan kedua orang tuanya saat ia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Orang tuanya memang bukan orang berada akan tetapi mereka meninggalkan cukup tabungan serta rumah tinggal yang layak untuk Mentari, sehingga Mentari tidak kesulitan untuk membiayai pendidikannya hingga ia bekerja saat ini.

Sebagai sahabat dari kedua orang tua Mentari, orang tua Fajar ikut merawat dan menjaga Mentari. Mereka sudah menganggap Mentari sebagai anak kandung mereka apalagi sebentar lagi Fajar akan meresmikan hubungannya dengan Mentari.

Fajar menghentikan kendaraannya di sebuah restoran.

" Kenapa kita kesini A ? Bukannya mau pulang ? " tanya Mentari heran.

Fajar membuka sabuk pengaman yang melingkar pada tubuhnya juga membuka sabuk pengaman yang melingkari tubuh Mentari.

" Kita makan dulu ! Kamu pasti belum makan siang kan ? " tebak Fajar.

Mentari mengangguk menandakan tebakan Fajar itu benar adanya.

" Ck... Kebiasaan deh. Kalau kamu sakit gimana coba ? Kamu gak mau kan gak ketemu sama murid-murid kesayangan kamu " omel Fajar.

" Kan ada A Fajar. Jadi kalau Tari sakit, Pak Dokter Fajar ini yang obatin " sahut Mentari manja.

" Hem... Iya, iya... Tapi calon istri dokter itu harus sehat, gak boleh sakit-sakitan. Ngerti kan ? " tukas Fajar sambil menatap Mentari.

" Iya, A ngerti... Tari janji deh gak akan telat makan lagi " jawab Mentari.

Fajar menahan tangan Mentari saat gadis itu akan membuka pintu mobil.

" Kenapa A ? " tanya Mentari dengan kening mengernyit heran.

Fajar mengambil sebuah kotak dari dalam saku celananya. Ia membuka kotak itu dan memperlihatkan sebuah cincin indah kepada Mentari.

" A... Ini... " Mentari menghentikan ucapannya saat Fajar memakaikan cincin itu pada jari manisnya.

" Dengan cincin ini, aku memintamu menjadi istriku ! Kamu bersedia jadi istri aku ? " tanya Fajar sambil menatap gadis cantik di hadapannya.

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

wah ternyata bu guru mentari sdh ada pawangnya

2023-06-09

1

Kuntyo Wantari Dewi

Kuntyo Wantari Dewi

terima.... lanjoottt

2023-05-19

1

ErNa Nur AnNisa

ErNa Nur AnNisa

wah cinta segitiga nih crtanya

2023-05-18

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!