Sampai Kapan Harus Begini?

Sampai Kapan Harus Begini?

1. Pernyataan yang mengejutkan.

"Aku sudah menikah, kakek!"

Pernyataan barusan membuat semua yang hadir pada rapat keluarga terdiam, menatap satu-satunya tuan muda sekaligus penerus keluarga dengan tatapan terkejut. Bisa dipastikan dari wajahnya kalau pria itu sangat paham dengan apa yang dia katakan, dan dia pun tahu apa arti ucapannya barusan.

"Apa yang kamu katakan barusan? Ulangi sekali lagi?!" nada datar yang menandakan emosi tertahan. Pria tua yang merupakan kepala keluarga saat ini menatap penuh amarah pada penerusnya itu.

Ah, Jamal tak bisa menarik lagi perkataannya. Andai saja orang-orang yang menjadi pengikut keluarganya tak membahas tentang pernikahan dan pernikahan secara terus-menerus, tentu pemuda itu tak akan mau mengaku kalau dia sudah menikah tanpa sepengetahuan siapa pun. Terkecuali sekretarisnya sendiri yang ikut membantu dia menyiapkan semua dokumen yang diperlukan.

"Aku sudah menikah, kakek. Jadi aku akan menolak semua perjodohan yang keluarga usulkan padaku!" Jamal tak gentar, raut wajahnya tetap tenang menghadapi kepala keluarga yang sangat murka. Kakeknya seakan berniat membunuh cucunya sendiri hanya dengan tatapan matanya saja.

"Tuan muda, tolong jangan bercanda,"

"Aku tahu kamu melakukan ini untuk menghindar dari perjodohan, kan?"

"Kami bukannya memaksa, hanya saja semua demi kebaikanmu sendiri, Nak Jamal."

"Kamu sudah seperti anak kami sendiri, jadi tak masalah kalau kita menjadi keluarga dengan ikatan pernikahan,"

Berbagai ucapan terdengar bising, mengutarakan pendapat semau mereka sendiri. Seakan mereka yang paling tahu, seakan mereka yang memutuskan segalanya.

"Dengarkan ucapan paman-pamanmu! Kalau kamu hanya bercanda, sebaiknya hentikan di sini sekarang juga!" pernyataan sang kepala keluarga diangguki banyak orang. Mereka setuju dengan ucapan pria tua itu.

"Tak baik bercanda dengan kami yang lebih tua ini, nak," tukas seorang pria paruh baya menimpali.

"Mari kita pilih pasangan mana yang paling cocok untuk anda, lalu tetapkan tanggal pernikahan dan buat pengumuman resmi. Dengan berkeluarga, kamu akan bisa lebih bertanggung jawab lagi!" ucap yang lainnya.

"Saya sudah menikah dan tak berniat untuk mengambil istri lagi?!" ucap Jamal dengan sangat serius.

Tak bisa menahan emosinya, sang kepala keluarga melempar gelas minum yang ada di depannya. "Dasar cucu durhaka! Kamu menikah tanpa bilang-bilang dan sekarang kamu baru menyampaikan hal seperti ini?" pecahan gelas kaca jatuh berserakan di lantai, isinya tertumpah menodai permadani indah yang terlihat sangat mahal. Entah berapa biaya untuk membersihkannya, sekarang bukan itu masalah yang paling penting. Sekarang sang kakek sudah kelewat murka, tak terima kalau cucu semata wayangnya menikah dengan wanita yang sama sekali tak dia kenal.

"Siapa dia? Apa pekerjaan keluarganya? Lulusan apa? Pernah bekerja di mana? Apa dia pintar? Bisa menguasai berbagai bahasa dan etiket kelas atas?" deretan pertanyaan yang seakan tak ada habisnya terdengar satu-persatu dari mulut sang kakek. Arman Sanjaya, tak akan pernah menerima menantu sembarangan untuk menjadi pendamping cucunya itu.

"Nanti akan saya kenalkan pada anda," tukas Jamal sengaja berbicara formal. Karena saat dia bicara biasa saja, tak ada yang mau mendengarkan atau percaya dengan apa yang dia ucapkan.

"Kapan? Berapa lama kamu berniat mengulur waktu?" hening, hanya kakek dan cucu itu saja yang saling berbalas ucapan. Tak ada yang berani ikut campur, mereka harus melihat situasi dan kondisi agar tak salah dalam mengambil langkah. Bagaimana pun keduanya adalah orang penting. Yang satunya merupakan kepala keluarga saat ini. Dan yang lainnya adalah satu-satunya penerus yang mereka miliki.

Arman hanya memiliki satu anak dan anaknya itu hanya memiliki Jamal sebelum tutup usia karena sakit. Jadilah mereka hanya tinggal berdua, Jamal yang masih kecil tak mungkin menjadi penerus keluarga, akhirnya sang kakek lah yang memenuhi tugas itu sampai menunggu cucunya menikah.

Bukan sembarang pernikahan, tapi harus pernikahan yang mendatangkan keuntungan bagi keluarga mereka. Setidaknya bisa melebarkan sayap di dunia bisnis dengan menjalin ikatan tersebut. Tapi semua sia-sia, cucunya malah menikah diam-diam tanpa sepengetahuannya. Siapa tak murka. Belum lagi Jamal juga seperti menyembunyikan identitas istrinya, membuat Arman semakin bertambah emosi saja.

"Biar saya yang mengurus waktunya, kakek!" putus Jamal menutupi sampai akhir siapa sebenarnya wanita yang dia pilih sampai dia tak bisa mengatakan yang sebenarnya di depan semua orang seperti saat ini.

"Jangan lebih dari tiga hari atau kamu tahu sendiri apa yang bisa kakekmu ini lakukan sebagai kepala keluarga!" ancam sang kakek dengan wajah serius. Menandakan kalau dia tak akan main-main dan hanya gertak sambal saja.

"Mari sudahi di sini, tak ada yang perlu dibicarakan lagi!" Arman berdiri dari duduknya, meninggalkan ruangan terlebih dahulu. Dia segera menuju ruang pribadinya ditemani dengan asisten kepercayaannya.

"Saya siap mendengar perintah dari anda, tuan!" ucap Ardi yang sejak tadi berdiri di sisi Arman.

"Cari tahu di mana cucu tak tahu diri itu menyembunyikan permata yang paling dia sayangi itu!" Arman memang memberi waktu, tapi bukan berarti dia tak boleh mencari tahu lebih dulu seperti apa wanita yang dibawa oleh cucu busuknya itu.

"Saya akan segera memberikan laporan pada anda, tuan."

Arman mengangguk, tak sabar untuk membaca semua informasi yang bisa dikorek oleh anak buahnya itu.

Ardi segera meninggalkan ruang pribadi tuannya. Dia harus melakukan perintah Arman dengan segera dan membawakan hasil yang bisa memuaskan tuannya itu.

Karena kinerja Ardi yang sangat profesional, dibarengi dengan luasnya koneksi yang dia miliki. Semua data hingga masa lalu wanita yang menjadi menantu dadakan Keluarga Sanjaya pun berhasil didapatkan. Berkas yang menumpuk menjadi bukti betapa banyaknya laporan yang dilampirkan oleh Ardi. Pria itu hanya memerlukan waktu kurang dari dua jam untuk mendapatkan itu semua.

Sengaja Ardi menunggu di sisi tuannya, barangkali tuannya akan memberikan perintah lainnya begitu selesai membaca laporan darinya.

Arman menggeram, semakin banyak yang dia baca, semakin buruk saja mimik wajah pria tua itu. Hingga akhirnya batas kesabaran yang dia miliki meledak, sisa laporan yang belum terbaca dilempar penuh emosi. Wajah Arman mengeras, matanya melotot menunjukkan ketidaksukaannya.

"Beraninya!" geramnya murka. "Berani-beraninya dia memilih orang yang tak berguna sebagai pendampingnya!!!"

Melihat tuannya murka, Ardi segera mengambilkan botol berisi obat dan juga air putih untuk bosnya itu. Dia tahu kalau gejala tekanan darah tuannya kambuh, soalnya Arman memegangi tengkuknya sambil menengadah ke atas. Kebiasaan setiap pria tua itu sakit kepala atau mengalami tegang karena emosi yang terlalu berlebihan.

"Anda harus tenang, tuan," tukas Ardi memberi saran. Dia tak ingin tuannya kenapa-napa. Susah payah dia mendapatkan posisi ini, dia pasti akan digantikan begitu tuan mudanya yang menjadi kepala keluarga.

"Belum terlambat bagi tuan untuk melakukan sesuatu," bisiknya dengan nada sopan. Dia yakin tuannya tak akan membiarkan segala sesuatu berjalan tak sesuai kemauannya. Entah itu dimusnahkan, atau harus dibiarkan sengsara, segala cara pasti akan dia lakukan agar keluarga Sanjaya bisa semakin bersinar pada puncaknya.

"Tinggalkan aku sendiri!" tukas Arman begitu dirinya mulai tenang.

Ardi mengangguk, pria itu pergi setelah membereskan kembali laporan yang tadi dibuang oleh majikannya. Laporan tentang istri tuan mudanya kembali tersusun rapi di meja sang tuan besar. Dia yakin tuannya akan membaca ulang semua laporan tersebut sebelum mengambil keputusan yang harus dia lakukan untuk memperbaiki semuanya.

Terpopuler

Comments

Pedang penulis

Pedang penulis

Semangat thor!

2023-06-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!