KONTRAK PENIPUAN
Setelah lulus kuliah aku berpindah dari satu kota ke kota lain. Bukan untuk mencari kerja, tapi hanya untuk bermain-main dan menghamburkan uang jatah bulanan.
Apa aku anak orang kaya?
Jawabannya tidak!
Keluargaku biasa saja. Tapi bukan keluarga yang miskin juga. Yang miskin hanya isi otak penghuni rumahnya. Tentu saja aku tidak termasuk. Aku adalah satu-satunya manusia yang waras disana, setidaknya bagiku.
Ini kota ketiga, sebelumnya aku menetap sebulan di tiap kota. Karena aku masih menerima uang bulanan, jadi aku bisa melakukan hal sesuka hatiku. Ayahku masih mengirimkan uang selama aku belum mendapatkan pekerjaan.
Motto hidupku saat ini adalah, menjadi pengangguran! Jadi bekerja bukan hal yang akan aku lakukan saat ini.
Karena aku membenci ayahku, jadi ayo habiskan uangnya dan bersenang-senang!
.
Sakura, wanita berambut panjang lurus dengan poni tipis itu menoleh ke kanan ketika mendengar suara benda besar yang jatuh.
Dia sedang makan kue dan minum kopi kesukaannya di salah satu kafe di kota itu. Tapi suara gaduh langsung merusak suasana hatinya.
Seorang ibu paruh baya sedang marah-marah pada seorang anak gadis berseragam SMA. Menuduh-nuduh gadis yang saat itu terduduk dilantai itu merayu suaminya.
Semula, Sakura tidak ingin ikut campur. Itu bukan urusanya. Apalagi sudah banyak yang merekam kejadian itu. Kekuatan media sosial tentu saja, Sakura yakin mereka akan viral nanti.
Tapi hatinya menjadi terganggu ketika suami wanita itu datang entah dari mana, lalu berdiri dihadapan gadis itu untuk berhadapan dengan istrinya. Gadis itu terlihat langsung gemetar, berbeda dengan tadi yang hanya diam dengan wajah datarnya.
.
"Ah... Sial! Padahal aku tidak suka ikut campur. Tapi aku tidak bisa membiarkan tua bangka cabul itu!" geram Sakura.
Dia meregangkan otot-ototnya, menyambar gelas teh es yang masih penuh punya pelanggan lain dan menyiramkannya ke wajah pria itu.
"Oh ya ampun! Maafkan saya pak! Tadi lantainya licin jadi...," Sakura melepaskan gelas itu begitu saja hingga pecah dengan suara keras, "Aduh, tangan saya juga licin." lanjutnya dengan wajah yang terlihat menyesal. Padahal siapapun bisa melihat bahwa dia sengaja melakukannya.
"Apa yang kamu lakukan pada suamiku!" teriak si ibu.
Kemarahan ibu itu beralih padanya.
"Oh, ya ampun... Masa ibu tidak dengar, kan saya bilang tidak sengaja."
"Jangan bohong kamu! Saya lihat kamu sengaja!" teriaknya lagi.
Sakura tersenyum kecil, dia memang sedang berbicara dengan si ibu itu, tapi sudut matanya memperhatikan perilaku pria paruh baya itu dan reaksi anak SMA saat pria itu membantu anak itu berdiri.
"Hehehe, apa terlihat begitu? Mata ibu ternyata saaangat jeli. Tapi... Mengapa buta pada kelakuan suami ibu dan malah menyalahkan anak tak bersalah ini?"
"Menyalahkan katamu? Apa kamu tahu pekerjaannya setelah pulang sekolah!"
Sakura tidak menjawabnya, dia hanya tersenyum manis.
"Menjadi pelayan diskotik sampai pagi! Pelayan diskotik semua pelacur yang mengincar pria kaya! Apa kamu sama dengannya sehingga membelanya! Sama-sama perebut suami orang!"
Sakura terdiam beberapa detik, ingatan tentang identitas ibu sambungnya terlintas dikepalanya. Wanita licik yang merayu ayahnya hanya untuk hidup nyaman.
Tapi, melihat gadis didepannya, Sakura tahu mereka tidak sama. Ada perbedaan mencolok diantara keduanya. Dia sangat tahu itu hanya dengan sekali analisa.
"Suami Ibu loh yang nakal, Anak ini hanya korban. Dan..." Sakura menarik gadis itu berdiri dibelakangnya, lalu menatap pria paruh baya yang kini melotot padanya. "Berhenti berpura-pura kawatir brengsek! Aku bersumpah akan membuatmu menerima hukuman atas apa yang kamu lakukan padanya."
Dingin, sangat dingin. Sorot ramah tamah dan pura-pura lembut tadi telah hilang dari wajahnya. Sakura menatap pria tua itu dengan sorot mengancam. Semua orang disana terdiam, menerka-nerka apa maksud Sakura.
"Apa yang kamu katakan? Kamu menuduhku berbuat jahat! Aku hanya menenangkan anak itu karena dia takut dan terkejut."
Sakura menatapnya jengan jijik. Lebih jijik lagi ketika istrinya tidak menyalahkan sikap suaminya dan malah menyerang korban. Sakura mengumpat dalam hati akan kebodohan istri pria ini. Dimatanya, dua-duanya menjijikkan.
"Sudah terlihat diwajahmu pak tua, Nah, sampai jumpa di kantor polisi. Ayo!"
Sakura tidak mengidahkan teriakan dan upaya pria itu untuk mencegah Sakura membawa gadis remaja itu pergi. Mereka naik taksi dan segera pergi ke kantor polisi.
.
Aku tidak tahu cara menghibur dengan baik dik... Kenapa kamu menangis disini?
"Kamu tinggal dengan siapa?"
"Hik! Dengan ibu."
"Dimana ayahmu?"
"Per-pergi, saya tidak tahu."
Pria brengsek lainnya!
"A-Apa kita benar-benar kekantor polisi?"
"Kenapa? Bukankah kamu korban? Laki-laki itu telah melakukan sesuatu padamu, kan?"
"Bagaimana kakak bisa menyadarinya?"
Bagus, setidaknya rasa penasarannya membuat dia berhenti menangis. Anak ini juga memiliki mental yang cukup baik untuk menahan rasa sakit. Sayangnya dia lemah dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.
"Aku punya teman yang pernah jadi korban pelecehan sebelumnya."
Tidak apa-apa kan aku bohong. Aku malas menjelaskan tentang ayah bodohku itu.
.
Jadi, teman yang Sakura maksud bukanlah teman sungguhan. Ayahnya pernah meminta tolong padanya untuk menemani dan mengajak bicara korban pemerkosaan ketika dia masih kelas dua SMA. Saat itu ibu kandungnya masih hidup. Ayahnya juga ayah yang baik dimatanya kala itu.
Sesampainya mereka di kantor polisi, Sakura langsung duduk dihadapan seorang polisi yang bertugas mencatat aduan yang masuk.
"Ehm! Kamu orang yang dikatakan Jendral Bobon?" tanya petugas di depannya, dia tampak sedikit hati-hati.
Sakura memang menghubungi kenalan ayahnya yang sudah ia anggap pamannya sendiri. Mereka dekat layaknya keluarga. Dia memang tidak bertugas dikota ini, tapi tentu saja dia punya koneksi.
Sakura tersenyum, senyum dengan penuh maksud. Tentu saja dia tidak ingin terlibat terlalu jauh. Dia akan menyerahkan urusan ini sepenuhnya pada pihak kepolisian. Dia hanya perlu memastikan bahwa anak ini mendapat keadilan dan pria itu bisa mendapat hukuman.
Sesaat Sakura lupa, apa yang ia lakukan sudah pasti akan diketahui oleh seluruh rakyat Indonesia yang memiliki media sosial karena banyaknya orang yang merekam kejadian tadi.
Kasus anak SMA itu viral setelah vidio tersebar luas, wartawan yang berburu berita menuju kantor polisi untuk memastikan laporan Sakura dan anak itu di tindak lanjuti. Semuanya dibantu oleh kepolisian dan juga badan perlindungan saksi dan korban.
Karena kasusnya yang viral, Sakura yang dielukan sebagai wanita pemberani tentu terkena imbas yang sama. Netizen yang penasaran mencari tahu identitasnya.
Namun tidak banyak yang dapat diakses karena Sakura hanya punya satu akun media sosial, dia juga sudah menghapus semua postingannya setelah ayahnya menikah lagi.
Hanya rumor-rumor yang beredar disekitar yang mengatakan bahwa dia memiliki koneksi dengan pihak kepolisian, sehingga kasus anak SMA itu berjalan mulus.
Saat ini dia sedang melanjutkan misinya setelah bersembunyi, dia tidak ingin repot bila bertemu dengan orang-orang yang mungkin akan mengenalinya.
Seperti kebiasaan orang-orang, jika ada kasus lain muncul, ketertarikaan pada kasus baru akan lebih besar, sehingg dia agak tenang sesikit karena identitasnya tidak akan dicari lagi. Karena jika dia semakin viral, hanya masalah waktu netizen mengetahui identitasnya. Dia kan tidak akan bisa menutup mulut semua orang yang mengenalnya.
Dengan celana panjang, baju kaus hitam dipadukan jaket kulit hitam, dia pergi memasuki kafe lainnya. Tapi baru saja duduk, seorang pria dewasa yang diperkirakan berusia tiga puluhan, berdiri di depan mejanya.
.
Siapa bajingan ini?
Dari pakaiannya yang rapi dan berkelas, sudah pasti dia bukan orang biasa. Juga bukan dari kepolisian. Siapa dia?
"Maaf, bisakah saya duduk disini?"
"Duduklah."
"Ah, terima kasih banyak."
Apa yang dia lakukan? Kenapa menyodorkan tangan? Dia bukan orang cabul lainnya kan?
"Nama saya Heri, saya bekerja diperusahaan Gemilang Karya."
Gemilang karya katanya? Anak perusahaan dari Adipura Group yang terkenal itu? Terkenal dekat dengan pemerintahan sampai banyak rumor bahwa presiden saat ini bisa terpilih karena mereka.
"Kenapa Anda datang pada saya?"
Jangan tersenyum seperti itu dan jawab saja sialan! Aku merasa dia sedang mencoba menarik kakiku pada kubangan lumpur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments