Perubahan kontrak

Sakura membaca kontrak yang diberikan Heri dengan cepat. Isi kontraknya bersifat umum dan ada beberapa peraturan yang harus ia patuhi mengenai bosnya.

"Hanya melakukan pekerjaan biasa, kan? Ini tidak ada bedanya seperti pelayan pribadi. Aku tidak terlibat dengan pekerjaan secara resmi."

Tadi malam Sakura memang mengajukan permintaan terkait pekerjaannya. Pada awalnya dia mengira tak akan disetujui, tapi Heri menerimanya dengan senang hati. Meski curiga, tapi Sakura butuh pekerjaan secepatnya. Lagi pula dia sangat percaya diri bisa mengatasi, jika ada masalah tentang kontraknya nanti.

"Seperti permintaanmu tadi malam. Aku sudah membuatnya sebaik mungkin. Kamu hanya perlu menandatanganinya sekarang."

Sakura menandatanganinya dengan cepat.

"Nah, kamu bisa bekerja mulai besok. Hari ini kamu hanya akan diperkenalkan pada seluruh divisi. Setelah selesai kamu bisa pulang."

Sakura hanya mengangguk. Heri memanggil seseorang dan menyuruh Sakura mengikutinya.

.

Pagi-pagi Sakura bersiap pergi ke kantor menggunakan jasa ojek online. Dia memakai pakaian seperti biasa. Sama sekali tidak memikirkan penilaian orang-orang yang melihatnya. Bedanya hari ini dia tidak memakai topinya. Rambutnya ia ikat dengan sederhana.

"Ah, kamu sudah datang? Duduklah, aku akan menjelaskan jadwal Pak Dan."

Bukan hanya menjelaskan, Sakura juga menerima file jadwal bosnya lewat e-mail.

"Tapi dimana dia? Kenapa belum datang?"

"Oh, dia mungkin sedang..."

Dua orang baru saja datang. Membuka pintu kaca dan melewati mereka begitu saja. Mereka adalah atasannya bersama seorang wanita.

'Wah... Aku merasa ketidak adilan saat melihat wajahnya.' monolog Sakura.

"Ayo, biasanya dia akan memerintahkan sesuatu." bisik Deni.

"Kopi susu panas, brownis dan dua permen lolipop susu."

Heri mengangguk pada Sakura dan mengeluarkan sejumlah uang untuk Sakura gunakan. Setelah itu sakura pergi begitu saja.

"Hei!"

Sakura berhenti ketika wanita yang bersama bos nya itu memanggil dengan nada dan bahasa yang menyebalkan.

Sakura berbalik, wajahnya tampa ekspresi dan hanya memberikan tatapan bertanya.

"Heri siapa dia? Kenapa dia tidak tahu sopan santun!"

Sakura mengangkat sebelah alisnya, lalu memasang ekspresi datar tampa rasa bersalah.

"Dia asisten Pak Dan yang mulai bekerja hari ini, Bu Aurel."

"Pecat dia sekarang, karena tidak sopan padaku!"

"Ah, itu... Maafkan saya. Tapi...."

"Kenapa? Tidak bisa? Apa dia mengaku pacar tunanganku juga?"

'Ah... Jadi wanita sombong ini tunangan pak Bos?'

Sakura menyeringai sesaat, lalu tersenyum dengan sangat manis dan ramah. Dia berjalan mendekat dan berdiri disamping Heri kembali.

"Jadi Anda tunangan Pak Bos? Saya minta maaf tidak mengenali Anda. Tapi... Dari mana penilaian tidak sopan yang Anda katakan ya?"

Sakura bersikap seolah tak tahu apa masalahnya meski dia bisa menebak dengan sangat baik apa alasan kemarahan wanita ini. Tentu saja karena dia tidak menyapanya dan menawarinya untuk dibelikan sesuatu juga. Sakura sengaja melakukan itu karena menurutnya hal itu tidak perlu. Dia tidak butuh ramah tamah pada sesuatu yang akan merepotkannya.

"Kamu bicara seolah kita memiliki level yang sama! Minta maaflah agar aku tidak menyuruh Heri memecatmu!"

"Saya tidak tahu kenapa saya harus minta maaf."

"Dasar kurang ajar! Kamu bersikap seolah aku tidak ada disini dan tidak menawariku juga! Apa itu bukan kesalahan!"

"Ah, maafkan saya. Tapi dalam kontrak, saya hanya melakukan perintah atasan saya. Diluar itu bukan tanggung jawab saya."

"Heri!"

"Maaf bu Aurel, tapi Sakura berkata benar, kontraknya tertulis seperti itu."

Heri tampak berusaha menahan diri. Sakura melirik Dan yang sama sekali tidak peduli ada perdebatan di hadapannya. Dia seperti berada di dalam dunianya sendiri. Sibuk memeriksa berkas diatas mejanya untuk seterusnya ditandatangani.

.

Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran pria ini? Aku benar-benar meragukan kewarasannya. Apa wanita ini hanya melihat wajahnya tapi tidak memperhitungkan sikapnya yang menyebalkan?

"Sayang! Aku datang...!"

Ah... Sial!

Siapa lagi wanita ini? Dari mana dia muncul tiba-tiba?

"Aku membawakanmu sarapan! Ini roti yang aku buat sendiri."

"Wanita tak tahu malu! Kamu ternyata berani masuk kesini saat aku sedang disini? Wanita murahan!"

Oke! Lihatlah dua wanita yang sedang adu mulut ini. Satu mengaku tunangan dan satunya lagi mengaku pacar.

Tapi... Apa yang dilakukan pria ini? Dia hanya diam seolah tak melihat apa-apa?

Melihat reaksi Heri, sepertinya ini bukan pertama kalinya situasi seperti ini terjadi.

"Sakura... Inilah tugas utamamu. Kenapa kamu diam saja? Kamu harus bisa membuat mereka pergi agar kita bisa bekerja dengan nyaman. Lima belas menit lagi Direktur eksekutif akan segera tiba. Mereka memiliki pembicaraan penting!"

Heri membisikkan kalimat itu dengan wajah yang dipenuhi kekawatiran. Tapi apa maksudnya pekerjaan utamaku?

"Apa maksud Anda?"

"Nanti aku jelaskan, saat ini atasi keadaan ini dulu!"

"Ck!"

Aku benar-benar kesal. Kenapa harus aku yang menyelesaikan ini?

.

Sakura menatap kedua wanita yang masih adu urat itu. Mereka saling tunjuk dan saling hina satu sama lain. Merasa paling istimewa dibanding yang lain.

"Ya ampun... Apa kalian tidak punya harga diri Nona-Nona?" ujar Sakura cukup keras.

Sukses menghentikan perdebatan sengit yang terjadi. Namun, kemarahan dua wanita itu langsung tertuju padanya.

"Diam! Ini bukan urusan pembantu sepertimu!" bentak Aurel.

"Siapa wanita ini? Kamu pembantu dari rumah pacarku?"

Wanita satunya yang mengaku pacar Dan itu ikut melotot padanya.

"Saya bukan pembantu, saya asisten pribadi Pak Dan. Dan lagi... Sebaiknya kalian keluar karena Pak Dan harus menerima tamu penting sebentar lagi."

"Heh! Siapa kamu berani memerintahku! Aku bisa memecatmu dari sini!"

"Ya ampun... Bertambah satu orang yang ingin memecatku." gumam Sakura.

"Pak Dan, tidakkah Anda akan mengusir mereka? Bukankah Anda akan memiliki pertemuan dengan Direktur eksekutif?"

Sakura berbicara pertama kalinya pada atasannya. Tampa rasa takut, tampa rasa cemas seperti Heri saat ini. Tapi nyatanya Dan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mendengar perkataannya.

'Wah, sialan! Apa dia ini benar-benar Autis?'

"Dan... Kamu akan mengusirku? Aku boleh istirahat disini dan menemanimu kan?" ujar pacarnya.

"Tidak! Kamu harus pergi. Hanya aku yang bisa disini!" bentak Aurel.

Wanita yang mengaku pacar Dan itu mendekat dan memegang pundak Dan dengan lembut. Seolah membujuknya untuk mengizinkan dia disana.

Dan bereaksi, dia menegakkan kepalanya, menepis pelan tangan wanita itu dan menatap Sakura. Seolah menyampaikan perintah untuk melakukan sesuatu sesegera mungkin.

'Aku benar-benar bingung dengan pria ini. Kenapa dia tidak melakukannya sendiri? Padahal satu kalimat saja mereka akan pergi.'

"Ini pembicaan penting, Kalian tidak bisa terus disini dengan perilaku bar-bar kalian! Lagi pula, bukankah kalian harus menunjukkan kualitas diri antar kalian berdua terlebih dahulu?"

"Apa makaudmu?" tanya Audrel, dia sangat tersinggung.

"Maksud saya... Bukankah sebaiknya kalian tahu tempat saat ini? Apa tempat ini terlihat seperti taman kanak-kanak?"

Mendengar sindiran Sakura itu, keduanya langsung terdiam. Keduanya jelas tersinggung tapi tidak bisa membantah. Terutama saat ini Dan memberikan atensi pada mereka.

"Dan... Aku akan kembali saat makan siang. Aku pergi dulu." Ujar pacar Dan.

"Aku akan menemui Tante karena sudah ada janji. Sampai ketemu nanti malam, aku harap kamu datang pada makan malam keluargamu kali ini," ujar Aurel dan menyusul pacar Dan yang sudah keluar terlebih dahulu.

"Kamu belum berhenti main-main dan punya pacar baru lagi? Sepertinya yang kali ini kualitasnya lebih rendah dari tunanganmu itu."

Sebuah suara rendah laki-laki mengejutkan mereka. Entah sejak kapan dia berdiri diluar pintu. Dia tidak datang sendiri, seorang pria tua dan seorang wanita yang terlihat seumuran dengan pria itu ada dibelakangnya.

Ketika pria itu masuk, Sakura langsung menyingkir ke sisi kanan tepat disebelah Heri. Posisi mereka saat ini saling berhadapan dengan Dan yang masih duduk, Heri dan Sakura di sisi kanannya. Sementara tiga orang yang baru datang berdiri di depan meja.

Sakura merasakan atmosfir yang langsung berubah. Dia bisa merasakan bahwa pria yang baru saja datang ini harus diwaspadai. Entah kenapa Sakura merasakan hal yang tidak menyenangkan darinya.

"Silahkan duduk, Kakak!"

Suara Dan sangat dalam dan rendah, Sakura lagi-lagi sempat terpana sesaat sebelum menyadari sebuah fakta.

'Wah, mereka kakak beradik? Tidak mirip sama sekali.'

Pria itu hendak berjalan ke sofa di sebelah kanan mereka, namun dia berhenti sejenak di depan Sakura.

"Tampaknya kamu menemukan orang yang tepat untuk mengatasi kesulitanmu selama ini, Heri. Dia terlihat sangat berbakat." ujarnya.

Matanya menatap Sakura tapi dia berbicara pada Heri.

"Ya, terima kasih atas penilaian Anda, Direktur."

Heri menyenggol punggung tangan Sakura sebagai kode agar dia mengenalkan diri.

"Selamat pagi_ Saya Sakura, Direktur. Asisten Pak Dan."

"Sakura? Kamu orang jepang?"

"Tidak."

Pria itu tersenyum tipis, ekspresinya menunjukkan bahwa dia sangat tertarik dengan identitas Sakura.

"Sepertinya aku perlu mentraktirmu makan sesekali. Aku Kenzie, kamu bisa memanggilku apa saja."

Sakura menatap uluran tangan itu dengan enggan sebelum membalas jabat tangannya dengan singkat.

.

Sakura meninggalkan ruangan itu dengan alasan membeli pesanan Dan. Lagi pula dia merasa tidak perlu ada disana karena urusan perusahaan bukan urusannya. Dia hanya akan jadi pesuruh yang mengambilkan ini itu, membelikan ini itu dan melakukan permintaan Dan dengan baik.

"Ini baru beberapa jam tapi rasanya aku sudah menjalani separuh hidupku dengan sangat berat. Aku tidak ingin lama-lama kerja disini." kesalnya ketika menunggu pesanan bosnya.

Ketika kembali, ruangan telah kosong. Tampaknya semua orang telah pergi entah kemana.

Sebuah pesan masuk ke ponselnya, itu pesan dari Heri yang menyuruhnya membaca kontrak kembali, mengatakan Sakura akan mengerti tentang tugas utama yang ia katakan tadi. Ternyata mereka sedang menuju ruang rapat dan akan selesai satu jam kedepan.

Sakura melihat surat kontrak yang Heri tinggalkan di meja kerjanya. Ruangan Heri ternyata ada di sebelah ruangan atasan mereka. Ruangan yang cukup sederhana dan jauh lebih kecil dari ruangan bos mereka. Ruangan itu juga memiliki akses langsung kedalam ruangan Dan.

Ketika selesai membacanya dengan teliti, Sakura hampir meremukkan kertas-kertas ditangannya. Dia menahan diri dengan baik, menarik napas perlahan sebelum membanting surat kontraknya ke atas meja.

"Heri sialan! Beraninya dia menipuku! Apa maksudnya kontrak satu tahun! Kemarin kan ini tidak ada! Dia bilang aku bisa keluar tampa syarat kalau tidak cocok. Lalu apa ini? Pekerjaan utama apa ini!" katanya dengan marah-marah.

Meski ingin langsung menghampiri Heri, tapi dia tidak bisa menghancurkan suasana rapat dengan membuat keributan. Bisa saja nanti dia disuruh membayar kompensasi seperti yang tertera di surat kontrak itu.

"Ini penipuan! Benar-benar penipuan!"

Sakura marah, tapi dia bisa mengontrolnya dengan baik. Meski hatinya terasa panas, dia berusaha mendinginkan kepalanya. Dia meneliti tiap baris kalimat untuk menemukan celah agar dia bisa lolos dari jebakan Heri.

"Pasti ada yang tidak beres dengan bos itu sampai Heri membuat kontrak dengan aturan penuh pemaksaan yang aneh seperti ini. Kontraknya sama sekali tidak masuk akal! Pantas saja Heri sialan itu bilang tidak ada trining untukku dan langsung membuat kontrak kerja."

Sakura tidak menyangka dia bisa tertipu dengan mudah. Padahal selama ini dia adalah orang yang sangat berhati-hati.

"Ini karena aku terdesak sampai-sampai aku menurunkan kewaspadaan. Hah.... Bodohya kamu Sakura!" keluhnya pada diri sendiri.

Episodes
1 Ibu galak vs gadis keras kepala
2 Tawaran
3 Perubahan kontrak
4 Terpaksa setuju
5 Diminta pindah
6 Sakura merasa ditipu?
7 Kakak laki-laki bos punya maksud apa?
8 Kakak beradik sama-sama salah paham
9 Di tolong Pak Bos tampan.
10 Kesepakatan baru
11 Wah, hampir saja.
12 Kenzie membantu Sakura
13 Kenangan pahit
14 Nah lho! Apa nih?
15 Ngamuknya palsu
16 Ketahuan kabur dari rumah
17 Kejutan di pesta pertunangan
18 Perasaan sepihak Dan
19 Kejadian memalukan
20 Saran untuk Dan adalah cinta
21 Ayah tidak sehangat itu
22 Kenyataan tentang Dan
23 Sedikit manipulasi
24 Perdebatan kecil
25 Undangan pesta
26 Sakit
27 Ditampar
28 Pisah
29 Jujur atau tidak?
30 Dan bertemu dengan L
31 Kematian ibu Sakura
32 Jadi wakil Presiden direktur
33 Jenny dipihak siapa?
34 Tania yang diabaikan
35 Hanya teman
36 Ketahuan dihari pertama
37 Permintaan Presdir
38 Modus Kenzie
39 Makan siang bersama
40 Saling menyimpan rahasia
41 Dan akan pergi?
42 Bertepuk sebelah tangan?
43 Siapa wanita itu?
44 Dan kembali
45 Kenzie yang kecewa
46 Dag dig dug
47 Langkah balas dendam pertama
48 Rencana balasan
49 Anak?
50 Menemui mantan pacar Bos
51 Tuduhan palsu
52 Selesai sidang
53 Kesepakatan yang harus diselesaikan
54 Sakura bertemu dua tikus
55 Merajuk?
56 Tidak ada rahasia lagi
57 Rasa yang terus bertambah
58 Langkah Kenzie
59 Sebab akibat
60 Masuk perangkap
61 Kabur
62 Akhirnya....
63 Alasan Kenzie adalah sang ibu
64 Masalah baru
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Ibu galak vs gadis keras kepala
2
Tawaran
3
Perubahan kontrak
4
Terpaksa setuju
5
Diminta pindah
6
Sakura merasa ditipu?
7
Kakak laki-laki bos punya maksud apa?
8
Kakak beradik sama-sama salah paham
9
Di tolong Pak Bos tampan.
10
Kesepakatan baru
11
Wah, hampir saja.
12
Kenzie membantu Sakura
13
Kenangan pahit
14
Nah lho! Apa nih?
15
Ngamuknya palsu
16
Ketahuan kabur dari rumah
17
Kejutan di pesta pertunangan
18
Perasaan sepihak Dan
19
Kejadian memalukan
20
Saran untuk Dan adalah cinta
21
Ayah tidak sehangat itu
22
Kenyataan tentang Dan
23
Sedikit manipulasi
24
Perdebatan kecil
25
Undangan pesta
26
Sakit
27
Ditampar
28
Pisah
29
Jujur atau tidak?
30
Dan bertemu dengan L
31
Kematian ibu Sakura
32
Jadi wakil Presiden direktur
33
Jenny dipihak siapa?
34
Tania yang diabaikan
35
Hanya teman
36
Ketahuan dihari pertama
37
Permintaan Presdir
38
Modus Kenzie
39
Makan siang bersama
40
Saling menyimpan rahasia
41
Dan akan pergi?
42
Bertepuk sebelah tangan?
43
Siapa wanita itu?
44
Dan kembali
45
Kenzie yang kecewa
46
Dag dig dug
47
Langkah balas dendam pertama
48
Rencana balasan
49
Anak?
50
Menemui mantan pacar Bos
51
Tuduhan palsu
52
Selesai sidang
53
Kesepakatan yang harus diselesaikan
54
Sakura bertemu dua tikus
55
Merajuk?
56
Tidak ada rahasia lagi
57
Rasa yang terus bertambah
58
Langkah Kenzie
59
Sebab akibat
60
Masuk perangkap
61
Kabur
62
Akhirnya....
63
Alasan Kenzie adalah sang ibu
64
Masalah baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!