UNDENIABLE LOVE

UNDENIABLE LOVE

UL 01

Senyum kotak tergurat di wajah tampan Victor. Lelaki berusia 27 tahun itu menatap lembut kekasihnya yang sedang mengunyah makanan sambil berceloteh ria.

“Dan kau tahu apa yang paling konyol darinya?” Victor menggeleng. “Dia tidak pernah bisa menolak permintaan orangtuanya, Vic.” Emily terkekeh membayangkan wajah sahabatnya, Rosie, saat kebingungan mendapati kabar akan dijodohkan.

“Itu bukan konyol, Sayang …” Tangan Victor terulur mengusap saus di bibir Emily. “Dia melakukan itu karena tidak ingin mengecewakan orangtuanya.”

“Tetap saja, Vic … hanya orang bodoh yang mau dijodohkan oleh orangtuanya. Kalau aku—“ Emily menunjuk dirinya sendiri. “Aku pasti akan menolaknya mentah-mentah! Aku tidak ingin siapapun mengatur hidupku, meskipun itu orangtuaku.”

“Jadi, artinya kau hanya mau menikah denganku?” goda Victor.

“Tentu saja!” Emily mengangguk, menggulung spageti dengan garpu lalu menyuapkannya ke dalam mulut, mengunyahnya dan buru-buru menelannya untuk membalas pertanyaan kekasihnya. “Aku hanya akan menikah dengan laki-laki yang kucintai. Kau juga, Vic … kau hanya boleh menikah dengan gadis yang kau cintai, yaitu aku!”

Victor tergelak melihat tingkah menggemaskan kekasihnya. Baginya, memiliki Emily sebagai kekasih ibarat menemukan satu harta karun tak ternilai. Meski pada saat awal hubungan mereka, dia akui hanya sekedar menyukai gadis itu, bukan mencintainya seperti sekarang.

* Ting

Denting ponsel Victor mendistraksi konversasi mereka. Emily turut melirik siapa pengirim pesan di ponsel Victor.

“Aku harus pergi sekarang.” Bangkit dari tempat duduknya, Victor meraih kacamata dan tas selempangnya.

“Kau akan kembali ke sini, kan, Vic?”

“Aku tidak janji, Sayang … Ayah bilang ini adalah makan malam keluarga jadi aku tidak mungkin pergi sebelum acaranya selesai,” jelas Victor sembari memakai blazer berwarna navy.

Emily membuang napas kasar sembari memutar bola mata. “Selalu saja keluarga, keluarga, dan keluarga,” kesalnya dalam hati.

“Kalau kau bosan, kau bisa pergi ke tempat Rosie, atau siapapun.” Satu tangan Victor terulur membawa kepala Emily mendekat guna dicium keningnya. “Sampai jumpa, emm … nanti malam akan aku usahakan, oke?!” ujarnya meyakinkan.

“Ya-ya-ya … pergilah. Aku akan bersenang-senang dengan Rosie,” balas Emily.

Victor hanya menyunggingkan senyum menanggapi gurauan kekasihnya, lantas memacu tungkai meninggalkan apartemen gadis berponi itu. Bukannya tinggal bersama, terkadang dia memang menginap di tempat Emily untuk menemani gadis itu, atau bertandang ke sana hanya untuk melepas rindu.

...❦ 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑛𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐿𝑜𝑣𝑒 ᰔᩚ...

Ketukan heels gadis bersurai brunette berlomba dengan ayunan tungkai yang dipacu cepat selepas turun dari mobil. Gerakan kecil di pinggulnya saat menaiki tangga pintu utama gedung, menggoyang ujung gaun midi dress bermotif bunga yang membalut tubuh rampingnya.

Lima menit menjelang pertemuan keluarga, presensi gadis cantik itu baru mengisi lobi mewah gedung. Sesekon berselang, kedua iris yang sewarna almond itu tampak gusar mencari keberadaan lift khusus tempat bangunan angkuh di puncak gedung bertapa.

“Itu liftnya!”

Bibir berpoles lipstik itu mengulum senyum saat batin gadis itu bermonolog. Lalu, diarahkannya kedua kaki jenjang miliknya menuju lift bersimbol dua bentangan sayap dengan huruf P di dalamnya. Memaku tungkai di depan lift, gadis bernama Rosie itu menyibakkan surai brunette yang tampak bervolume oleh tatanan blow hairstyle, mengabaikan eksistensi seorang laki-laki yang turut berdiri di belakangnya.

* Ting

Pintu lift terbuka, Rosie sigap membawa tungkainya memasuki ruangan kotak bercorak emas dengan kaca besar di belakangnya. Tubuh yang ia putar dengan ringan guna menghadap pintu, menggoyangkan ujung dress, dan menerbangkan surai brunette-nya, hingga tak sengaja membelai lembut wajah lelaki yang mengulurkan tangan untuk memencet tombol lift.

Terkejut melihat tangan kekar itu, refleks, Rosie mengerutkan dahi, memutar kepala hanya untuk mendapati sang lelaki tengah menatapnya.

Laki-laki asing itu sangat tampan, dan tatahan wajahnya begitu sempurna di mata Rosie. Namun hal yang membuat Rosie terhipnotis saat mengamatinya adalah, kedua iris hijau seperti batu giok yang terus merekam parasnya tanpa sekalipun mengedipkan kelopak mata.

Merasa canggung dengan keadaan, Rosie berdehem lantas berujar, “Terima kasih.”

Sosok yang diajak bicara tidak membalas, alih-alih, dia justru memperhatikan visi Rosie dari atas hingga bawah dalam diam. Penciumannya tergoda untuk mengendus kembali aroma bunga mawar yang mengunci surai brunette gadis itu, namun tentu saja ia tahan, mengingat tindak tanduknya mungkin bisa dicap sebagai laki-laki cabul.

Kini lift berhenti di lantai destinasi. Tanpa mempedulikan lelaki di belakangnya, Rosie melangkah keluar menuju satu-satunya pintu akses menuju sebuah penthouse.

Dada Rosie membusung saat mengasong sejumlah oksigen untuk menenangkan diri, tepat ketika kakinya terpasak di depan pintu utama penthouse. Sedetik kemudian, pintu terbuka, menampilkan sosok wanita anggun berkulit putih dengan rambut hitam yang digerai mencapai bahu.

“Rosie!” Wanita itu menyunggingkan senyum, lalu memeluk Rosie. “Masuklah! Kami sudah menunggumu.” Sambutnya dengan hangat.

“Terima kasih, Eonnie,” balas Rosie.

Saat tungkai Rosie bergerak untuk melangkah masuk, wanita cantik bernama Joanna itu kembali menyuarakan vokalnya. “Kau juga, Victor!”

Bingung dengan siapa yang dimaksud, spontan, Rosie mengerling laki-laki yang berjalan tak acuh mendahuluinya memasuki penthouse dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana.

“Dia … Victor …?” batin Rosie, netra menatap punggung lelaki yang kini memeluk sang ibu dengan senyum kotak mengembang di paras tampannya.

...❦ 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑛𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐿𝑜𝑣𝑒 ᰔᩚ...

Rosie baru tahu kalau lelaki yang mengekornya di belakang ternyata adalah Victor Kim, bungsu dari keluarga Kim, juga adik dari si kembar Joanna Kim dan Joella Kim.

“Kau semakin cantik, Rosie,” kata Joella, menuangkan minuman beraroma anggur di gelas ayah dan tamunya.

“Terima kasih, Eonnie,” ucap Rosie tersipu. Di sampingnya, ada Victor yang sedang duduk dengan jemari sibuk membalas pesan dari Emily.

Sekedar informasi, Rosie tidak tahu kalau Victor yang masih bersikap tak acuh padanya adalah kekasih dari sahabatnya, Emily, juga laki-laki yang akan dijodohkan dengannya.

“Victor!”

Atensi Victor terdistraksi, gawai ditangannya diletakkan di meja samping tempat duduknya. “Ya, Ayah?”

“Apa kau ingat percakapan kita tempo hari?” tanya Tn. Kim.

“Ya …?” Victor mengerutkan dahi. Seingatnya, percakapan dengan ayahnya tempo hari adalah saat mereka membahas film Hitch.

“Menurutmu, apakah Ayah bisa menggantikan peran Will Smith dalam film itu?”

Victor tertawa hambar. “Tidak! Ayah tidak berbakat dalam acting.”

“Kau lihat, Gyu?” Tn. Kim menyebut nama ayah Rosie yang duduk di sebelahnya. “Putraku ini memang tidak pernah bisa menyenangkan hati ayahnya.”

Victor menjadi tak enak hati. Dia berdiri dan menghampiri Tn. Kim. “Bukan begitu, Ayah …” Berlutut di depan ayahnya yang melipat kedua tangan dengan bibir mengerucut. “Ya ampun … kapan pria tua ini bisa bersikap dewasa,” gumamnya dalam hati. “Aku minta maaf telah menyakiti hati Ayah, tapi Ayah tahu, aku tidak pernah bermaksud untuk meremehkan kemampuan Ayah, hanya saja …” Manik jadenya mengerling Tn. Park yang menahan tawa. “Aku tidak ingin membuat Ayah malu di depan Paman Park dan keluarganya,” bisiknya lirih.

“Yak!” Victor terkekeh melihat Ayahnya pura-pura mendelik kesal. “Kau tidak hanya menyakitiku, tapi kau benar-benar mempermalukan Ayahmu, Vic.” Tn. Kim menghapus air mata palsunya.

Melihat reaksi ayahnya, Victor menjadi panik. “M-maaf, Ayah … aku tidak bermaksud—“

“Ayah benar-benar kecewa padamu.” Dengan satu mata tertutup, Tn. Kim mengerling istrinya yang terlihat sedang menahan tawa, lalu mengedipkan sebelah matanya.

Victor membuang napas. Dia tahu apa yang diinginkan ayahnya jika sudah bersikap kekanakan seperti ini. “Baiklah, apa yang harus aku lakukan agar Ayah bisa memaafkanku?”

“Tidak! Tidak perlu!” Tn. Kim semakin memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan senyum. “Ayah yakin kau tidak akan bisa melakukannya.”

“Jangan seperti itu, Ayah … katakan saja apa yang Ayah inginkan, aku pasti akan melakukannya.”

Kedua bola mata Tn. Kim melebar. Atensinya dipatri sepenuhnya pada putra yang masih menumpu beban tubuh pada lututnya, di depannya. “Kau janji?” Victor mengangguk. “Apapun yang Ayah inginkan kau akan melakukannya?”

“Ya, Ayah … apapun!” tegas Victor.

“Bagus!” Seketika Tn. Kim berdiri. “Sudah kubilang dia akan melakukannya, Gyu!” Menarik tangan Tn. Park, lalu memeluk dan menepuk-nepuk punggungnya.

Firasat Victor mengatakan dirinya telah terjebak dalam permainan kata sang ayah. Lalu, ketika kedua manik hijaunya ia tarik ke arah sang ibu, wanita paruh baya yang mempunyai manik sewarna miliknya pun sedang melakukan hal yang sama. Seketika ia teringat konversasinya dengan Emily, saat kekasihnya itu bercerita tentang sahabatnya, Rosie, yang akan dijodohkan oleh orangtuanya.

Memutar kepala ke arah Rosie, lelaki bersurai ravenette itu bergumam, “Rosie? Apa dia Rosie yang sama dengan sahabat Emily?” Wajah Rosie sedikit menyembulkan rona merah saat ditatap Victor. “Sial, aku terjebak!”

...❦ 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑛𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐿𝑜𝑣𝑒 ᰔᩚ...

Tidak bisa berpaling dari janjinya, kini Victor memaku kedua tungkainya di altar, menunggu kedatangan mempelai perempuan berjalan masuk melewati pintu.

Alunan musik khas pernikahan pun menggema. Sosok perempuan dalam balutan busana pengantinnya berjalan anggun dengan jemari mengapit erat lengan sang ayah.

Tertegun melihat calon istrinya terlihat begitu cantik dengan wajah tertunduk menghampirinya, rungu Victor seolah tuli, hingga mengabaikan ucapan calon ayah mertuanya saat pria paruh baya itu menyerahkan tanggung jawabnya pada Victor.

“Ehem!” Joella membuat sinyal untuk menarik kembali atensi Victor.

Segera setelah itu, prosesi sakral dari pernikahan mereka berlangsung. Victor dan Rosie mengucapkan janji suci mereka di hadapan pendeta, juga keluarga dan teman dekat.

“Dengan ini, aku nyatakan kalian sebagai pasangan suami istri,” final sang pendeta.

“Pst! Pst!” Joella kembali menarik atensi Victor. “Cepat cium dia!” Gerakan bibir Joella membuat kedua bola mata Victor membulat sempurna.

Victor seolah lupa kalau setelah pengumuman statusnya, dia harus melakukan satu ritual lagi untuk menyempurnakan acara sakral itu. Ya, dia harus mencium Rosie. Sementara Rosie yang gugup hanya bisa membeku di tempat.

“Maaf …” Satu kata itu meluncur dari bibir Victor sebelum dia melabuhkan bibirnya di ranum Rosie, mengecupnya singkat lalu menatap manik almond istrinya itu dengan canggung, dan berkata, “Emm … Ny. Kim.”

...❦ 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑛𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐿𝑜𝑣𝑒 ᰔᩚ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!