UL 02

...Flashback...

Kembali pada satu hari setelah pengumuman perjodohannya, Victor dan Rosie membuat janji temu bersama. Agendanya tentu saja untuk membahas perjodohan mereka, dan Emily.

“Maaf, aku benar-benar tidak tahu kalau kau adalah Victor yang sering diceritakan Lily,” ungkap Rosie.

“Tidak, ini bukan salahmu. Kau berada di Ausie selama ini.” Sikap tenang masih ditunjukkan Victor hingga kini. “Dan kita berdua juga sama-sama tidak tahu mengenai rencana keluarga kita kemarin.“

“Tapi, tetap saja … aku sudah tahu kalau akan dijodohkan.” Rasa bersalah terbaca dari manik almond Rosie saat netra mereka saling pandang. “Meskipun aku tidak tahu kalau laki-laki yang dimaksud ayah adalah kau.”

“Tapi kau tidak tahu kalau aku adalah kekasih Emily, jadi jangan menyalahkan dirimu lagi, oke?!” kata Victor menyakinkan.

Kedua manik Rosie sedikit membulat saat mendengar kata-kata itu. Awalnya dia berpikir kalau Victor akan marah besar, sebab sejak awal Rosie tahu kalau dirinya akan dijodohkan, namun, tanggapan Victor justru berbanding terbalik dengan prasangkanya. Setelah pada pertemuan pertama pria bersurai ravenette itu bersikap tak acuh, kini pada pertemuan kedua dia justru menunjukkan kelembutan, dan sikap dewasanya, membuat Rosie sedikit menaruh rasa kagum pada dirinya.

Tapi, mengapa mereka berdua bisa bersikap setenang itu mengenai masalah perjodohan mereka? Mereka berdua terlihat keren lantaran tetap berusaha mencari solusinya dengan kepala dingin, meski tidak dapat dipungkiri kalau hati mereka benar-benar gusar.

“Lalu … bagaimana dengan Lily?” Urgensi dari pertemuan mereka disuarakan Rosie. “Jujur saja … aku tidak berani mengatakan hal ini pada Lily. Aku takut dia akan terluka.”

“Dia pasti akan terluka. Walau bagaimanapun dia sangat mencintaiku, jadi wajar jika dia akan bersedih dan marah pada kita. Tapi, kita tetap harus mengatakan hal ini padanya,” saran Victor.

“Kau benar. Kita akan menemui Lily lalu memintanya untuk bertemu dengan keluargamu. Jika kau dan Lily mengatakan pada keluargamu kalau kalian saling mencintai, aku yakin paman Kim akan berubah pikiran.” Sebuah senyum merekah di wajah Rosie saat menuturkannya. Tanpa ada sedikitpun rasa kecewa karena Victor menolak tegas perjodohan mereka, dia menambahkan, “Aku juga akan bicara dengan ayahku mengenai hal ini.”

“Terima kasih, Rosie.” Bibir Victor mengulum senyum. “Aku bersyukur karena gadis yang akan dijodohkan denganku adalah kau, jika gadis itu adalah orang lain … mungkin solusi ini tidak akan pernah disepakati.”

Setelah mencapai kesepakatan, mereka pergi bersama ke apartemen Emily, namun di tengah jalan, Rosie mendapat telepon dari kakaknya, Jimmy. Pria yang 7 tahun lebih tua dari Rosie itu mengatakan kalau ayah mereka mengalami serangan jantung. Jadi Victor merubah destinasi mereka dari apartemen Emily menuju rumah sakit.

Sepanjang perjalanan hati Rosie gusar. Dia takut sesuatu yang buruk terjadi pada ayahnya. “Aku mohon, Tuhan … tolong selamatkan ayahku, aku tidak siap kalau Kau harus mengambilnya sekarang.” Batin Rosie bermonolog.

“Paman akan baik-baik saja.” Bariton lembut Victor mengudara, mendistraksi kekalutan batin Rosie.

Kontan, manik almond gadis bersurai brunette itu terpatri pada sang empu suara. Netra Rosie merekam bagaimana pemilik senyum kotak itu mencoba menenangkan dirinya melalui tatapan lembut iris berwarna jade itu, juga tangan kekar yang menggenggam jemarinya dengan erat.

Sesampainya di rumah sakit, Rosie memacu tungkainya ke ruang IGD, diikuti Victor yang berlari di belakangnya.

* Ting

Satu notifikasi masuk ke dalam ponsel Victor. Tanpa memperlambat kecepatan tungkainya, tangan Victor merogoh saku celana, menggapai ponselnya, lalu membukanya saat mencapai depan ruang IGD.

“Ada pekerjaan penting dan ini sangat mendesak, jadi, aku harus kembali ke London.” (R)

“Pesawatku berangkat 5 menit lagi.” (D)

“Jangan merindukanku, oke!” (D)

“Aku mencintaimu.” (D)

“Sial! Kenapa dia selalu menghilang di saat genting seperti ini?” kesal Victor dalam batin, menyembunyikan masalah baru seraya menghembuskan napas kasar berulang.

Begitulah cerita dibalik pernikahan yang akhirnya tetap dilangsungkan. Kondisi kesehatan ayah Rosie, serta kesibukan Emily yang membuatnya abai dan lalai pada Victor, menjadi faktor utama ikrar pernikahan mereka tetap dilafalkan.

...❦ 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑛𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐿𝑜𝑣𝑒 ᰔᩚ...

“Aku senang sekali karena akhirnya kita menjadi tetangga!” Joanna menjelajah rumah baru Victor dan Rosie, seolah itu adalah hunian pribadi miliknya.

“Aku di sisi kanan, Joanna di sisi kiri. Rumah barumu diapit oleh rumah kami berdua, Vic.” Joella menyeringai senang.

Victor memutar bola mata. Dia ingat kalau dulu ayahnya telah membeli 3 rumah dengan ukuran yang sama, namun desain yang berbeda untuk ketiga putra-putrinya.

Rumah Joanna lebih pada desain hanok modern. Rumah Joella mengusung desain ala mediterania, sedangkan milik Victor lebih mengacu pada modern minimalis. Rumah ketiganya dibangun sesuai dengan rumah impian mereka. Walaupun untuk kasus Victor, mungkin agak sedikit melenceng terkait dengan siapa yang menghuni rumah impiannya tersebut.

“Apa kalian akan di sini sampai malam?” tanya Victor dengan menampilkan ekspresi jenuhnya.

“Oh, maaf, kami lupa kalau kalian adalah pengantin baru.” Joanna terkekeh. “Baiklah, Rosie sayang … kami pulang dulu.” Dia mendekatkan wajahnya lalu menempelkan tangan di telinga Rosie. “Aku menunggu cerita malam pertama kalian.”

Semburat rona merah total menyelimuti wajah Rosie. Wanita brunette itu menjadi salah tingkah saat Victor menatapnya tajam.

“Kenapa dia?” batin Victor.

“Bye, Rosie … Bye, Victor.” Sengaja si kembar menggoda Rosie, sebab mereka senang mendapati wanita brunette itu sebagai adik ipar mereka.

“Apa yang dikatakan Joanna noona?” tanya Victor penasaran.

“Hah? T-tidak, b-bukan apa-apa,” jawab Rosie terbata, lalu melenggang pergi menghindari Victor.

Satu alis Victor tertarik ke atas melihat sikap aneh istrinya. Akan tetapi, dia urung untuk mempedulikannya. Proses yang terlalu cepat dari pertunangan hingga pernikahan, membuatnya enggan memusingkan hal-hal sepele, karena, bagi dia ada yang jauh lebih penting sekarang yaitu, menunggu kabar dari Emily, kekasihnya.

...❦ 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑛𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐿𝑜𝑣𝑒 ᰔᩚ...

Sepakat untuk tidur di kamar yang berbeda, baik Rosie maupun Victor sedang menyibukkan diri di kamar masing-masing. Rosie yang sedang mengejar deadline desain gambarnya, sedangkan Victor yang berkutat dengan ponselnya.

“Dia tidak berubah, selalu mengacuhkanku saat berada di luar negeri.” Menghembuskan napas kasar, Victor menyerah untuk menghubungi Emily.

“Kita akan bercerai setelah satu tahun.”

“Kau tenang saja, aku tidak akan menyentuhmu.”

“Hmm … aku percaya padamu, Vic. Kita berdua harus bekerja sama untuk menjaga hati Emily.”

Konversasi dengan Rosie tiba-tiba meniti benaknya, setelah dia merebahkan punggungnya di kasur. “Bagaimana kau bisa begitu yakin? Padahal kau tidak mengenalku.”

Kesan pertama yang Victor dapat setelah bertemu dengan Rosie adalah nol. Biasanya radar dalam diri Victor akan menuntunnya pada satu, dua, atau tiga karakter gadis yang ia jumpai, dan selama itu pula intuisinya tidak pernah salah. Namun saat menyangkut Rosie, Victor tidak bisa menebaknya.

Awalnya dia berpikir kalau Rosie adalah gadis pendiam, pemalu, manja, dan selalu bergantung pada orang lain. Akan tetapi, setelah satu minggu mengenalnya, wanita brunette itu menunjukkan sisi yang berbeda jauh dengan apa yang selama ini Victor kira.

Satu minggu, benar, waktu yang dilalui mereka kini dari pertama kali bertemu hingga pernikahan memang sesingkat itu.

Roseline Park yang kini telah menjadi istri Victor Kim, tidak membutuhkan bantuan siapapun untuk menata kamarnya. Dia juga tidak mau merepotkan Victor untuk mengantar jemput dirinya saat bekerja, atau sungkan untuk mengajaknya bicara.

Jika dilihat sekarang ini, hubungan mereka lebih seperti teman asrama yang saling peduli, namun tidak saling membutuhkan. Dan Victor sangat mensyukuri akan hal itu, sebab itu artinya dia tidak perlu terlibat dalam skenario melo drama kehidupan pernikahan seperti pada kebanyakan orang-orang yang mengalami perjodohan.

Atau, Victor hanya belum mengalaminya saja? Entahlah, hanya waktu yang akan menyajikan jawabannya.

* Tok-tok

Suara ketukan pintu menyapa rungu Victor. Segera dia bangkit berjalan membuka pintu kamarnya. Dahinya berkerut, alisnya saling bertaut mendapati Rosie berdiri di depan kamarnya dengan tubuh basah kuyup.

“Emm … aku mencoba memperbaiki kran wastafel di kamar mandi, tapi, sepertinya tenagaku tidak cukup kuat saat memutarnya jadi—“ Netra Rosie menatap kemanapun selain wajah Victor.

“Bodoh! Kenapa tidak memanggilku?” Victor menyentil kening Rosie.

Sontak saja Rosie terkejut, lantas memegang keningnya sebelum membawa tungkainya mengikuti Victor berjalan menuju kamarnya.

Butuh waktu satu menit bagi Victor untuk memperbaiki kran wastafel yang kurang kencang pemasangannya, dan kaos putih Victor pun menjadi korban dari air yang menyembur.

“Sudah beres!” kata Victor, buru-buru memacu tungkai untuk keluar dari kamar Rosie.

“Tunggu!” Victor menaikkan satu alis. “Kau bisa terkena flu kalau seperti ini.” Rosie mengelap wajah Victor dengan handuk.

“Terima kasih.” Menghentikan pergerakan Rosie, Victor mengambil handuk dari tangan Rosie dan mengusapkannya sendiri, lalu membentangkannya. “Tapi kau lebih membutuhkannya dari pada aku,” ujarnya menutupi tubuh basah Rosie. Setelah itu dia langsung pergi keluar kamar.

Aksi Victor barusan kembali menarik Rona merah untuk menghiasi kedua pipi Rosie. Bagaimana Rosie bisa lupa dengan keadaannya sendiri? Padahal bajunya jauh lebih basah dibanding Victor.

“Hmm … dia cukup perhatian.”

Dengan santai Rosie berjalan menuju kamar mandi. Saat mencapai wastafel untuk mengecek kran yang sudah diperbaiki Victor, handuk yang menutupi dadanya terjatuh, memperlihatkan salah satu pakaian dalamnya yang tampak menembus.

“T-tembus?” Kali ini seluruh wajah Rosie diselimuti rona merah. “Sangat memalukan, bagaiamana aku bisa seceroboh ini?” Membayangkan Victor yang sedari awal mungkin melihatnya.

Dugaan Rosie memang tidak salah, sebab, sedari awal dia datang mengetuk pintu kamar Victor, pria ravenette itu memang sudah melihat sesuatu yang tampak menembus bajunya. Tapi tentu saja itu bukan salah Victor, kan, itu salah Rosie sendiri karena dia bergegas meminta tolong tanpa mengecek keadaannya sendiri. Beruntung Victor adalah seorang gentleman. Dia sengaja menghindari bersitatap dengan Rosie, dan memilih untuk memunggunginya agar tidak melihat sesuatu yang kini membuat wanita brunette itu malu setengah mati. Kalau tidak, mungkin sesuatu dalam diri Victor sendiri akan ikut meronta.

...❦ 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑛𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐿𝑜𝑣𝑒 ᰔᩚ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!