UL 05

“Hoam …” Kedua manik almond Rosie mengerjap perlahan, tubuhnya menggeliat, tangannya meraih selimut untuk menggulung seluruh tubuhnya seperti kepompong dengan menyisakan kepala. “Selamat pagi, Roseline … ayo bangun …” ucapnya pada diri sendiri. Matanya kembali tertutup saat menyuarakannya lirih.

* Ceklek

Kontan manik Rosie terbuka, dan siluet yang mulai masuk melalui pintu itu total membuat napasnya tertahan, sementara jantungnya berdegup kencang.

“P-pencuri? Bagaimana bisa ada pencuri di rumah?” batinnya mulai panik, namun dia tidak berani memutar tubuh. “Ng?” Hidung Rosie berkedut saat aroma maskulin yang menyegarkan mulai merebak, dan menari dalam penciumannya.

“Nanananana … nanananananananana …”

Mungkin si pencuri Victor lupa kalau di dalam kamarnya ada Rosie, atau dia memang sengaja bersikap tak acuh karena berpikir Rosie masih terlelap, jadi dengan santai dia memilih pakaian tanpa sekalipun mengerling Rosie.

“Ini suara Victor, bagaimana dia bisa ada di kamarku?” Seketika Rosie menegakkan tubuh, mencari presensi Victor yang memaku tungkai tepat di depan wardrobe. “Apa yang kau lakukan di sini?”

Suara serak Rosie mengejutkan Victor. Pakaian dalam genggaman tanggannya jatuh saat dia hendak memutar kepala menghadap Rosie. “Dia sudah bangun?” Manik jadenya membola, dan sialnya handuk yang melilit pinggangnya pun turut jatuh tanpa ia sadari.

“Kyaaaaaaaaaaa ….” Rosie berteriak, menutup kedua mata dengan satu tangan, sementara tangan lain meraih bantal guna dilemparkan ke arah Victor. “Dasar cabul! Apa yang kau lakukan di sini?!”

Mendengar kata cabul, kedua bola mata Vincent bergulir turun ke bawah. Dia baru sadar kalau barusan Rosie melihat gajah miliknya. “F**k!” umpatnya, berusaha menahan rasa malu.

“Cepat pergi dari sini!” teriak Rosie masih melempar bantal asal ke arah Victor.

“Berisik! Seharusnya aku yang berkata seperti itu.” Pembawaan tenang Victor membuatnya santai melilitkan kembali handuk ke pingganggnya, lalu berjalan menuju ranjang sambil memunguti bantal yang terjatuh. “Cepat bangun dan kembali ke kamarmu, Nn. Park!”

Pergerakan Rosie terhenti. Dia membuka mata, mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan, hingga membuat maniknya kembali membola. “Ini bukan kamarku, ini … kamar Victor?” Dia meneguk ludah, memaku pandangan pada sosok pria ravenette yang berdiri tak jauh dari ranjang.

“Kalau sudah sadar, kau bisa keluar dari kamarku sekarang.” Satu alis Victor terangkat, membuatnya terlihat sangat menyebalkan di mata Rosie.

Sembari mendengus kesal, Rosie melepas selimut, menurunkan kedua tungkainya ke lantai dengan menggerutu. “Tidak sabaran sekali, aku juga tidak ingin berada di kamar—“ Tanpa bisa melanjutkan ucapannya, tubuh Rosie membeku dalam posisi terduduk.

Sementara Victor sudah membalikkan badan. “Emm … a-aku akan berganti p-pakaian di kamar m-mandi,” ucapnya terbata, lalu buru-buru mengayunkan tungkai ke kamar mandi dengan wajah sedikit merona.

Lain halnya dengan Victor, Rosie masih terduduk kaku di tepi ranjang. Wajahnya dihiasi rona krimson saat tangannya kembali meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang kini hanya memakai pakaian dalam.

“Ini sangat memalukan! Tidur di kamar Victor hanya dengan pakaian dalam.” Sesuatu melintas dalam benak Rosie, membuat kedua bola matanya membola. “A-apa yang telah kami lakukan?”

...❦ 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑛𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐿𝑜𝑣𝑒 ᰔᩚ...

“Aku tidak bisa mengingat apapun!” Rosie memukul kepala saat berusaha mengingat kejadian semalam yang mungkin dia lupakan. “Tapi, tidak mungkin kami melakukannya, kan? Dia sudah berjanji untuk tidak menyentuhku.” Memijit pelipisnya, dia kembali bersuara. “Tapi kenapa aku hanya memakai pakaian dalam?”

Han Yoora, teman dekat Rosie, membuang napas. “Kenapa kau tidak tanyakan saja pada Victor?”

“Mana mungkin aku menanyakan hal memalukan seperti itu …” jawab Rosie frustrasi.

“Apanya yang memalukan? Kalian ini suami istri, jadi tidak ada salahnya jika kalian tidur bersama dan melakukan se—“ mulut Yoora dibungkam Rosie.

Saat ini mereka sedang makan siang bersama di salah satu restoran favorit mereka. Yoora yang dulu pernah menjadi tetangga Rosie semasa kecil sebelum akhirnya pindah ke Busan, sampai saat ini masih menjalin hubungan baik, bahkan menjadi sahabat Rosie. Dan pertemuan kali ini, adalah pertemuan ketiga mereka sejak Rosie menikah.

Ralat, lebih tepatnya, Yoora meminta Rosie untuk membantunya pindahan, lantaran kini dia kembali tinggal di Seoul. Rosie yang saat ini memang sedang gusar tentu saja tidak akan menolak permintaan sahabatnya itu.

“Jangan kencang-kencang, Bodoh!” desis Rosie dengan mata melotot.

Yoora terkekeh. “Kau benar-benar aneh, Rose. Kau tidak mau disentuh oleh suamimu. Padahal suamimu itu adalah kembaran Henry Cavill, pria tertampan di dunia versi TC Candler.”

Mata Rosie menatap datar temannya. “Cavill dari Inggris, sedangkan Victor dari Korea.”

“Setengah Korea!” kata Yoora mengoreksi sambil mengacungkan telunjuk ke udara. “Ibunya berasal dari Irlandia, tetangga Inggris.” Rosie memutar bola mata. “Dan mereka juga sama-sama tampan, Rose.”

“Yak!” Rosie menggebrak meja, refleks dia berdiri. Saat semua pelanggan restoran memaku pandangan padanya, wajahnya kembali merona. “M-maaf,” ucapnya malu sembari duduk.

Yoora hanya tertawa melihatnya. “Sudahlah, Rose … terima saja takdirmu. Kalau memang kalian sudah melakukannya, setidaknya kalian melalukannya sebagai pasangan suami istri.”

Rosie membuang napas kasar. “Masalahnya tidak segampang itu, Lu,” keluh Rosie pada sahabat yang biasa dipanggilnya Lucy.

Tangan Yoora terulur menggenggam tangan Rosie. “Apa yang membuatmu begitu tertekan?”

Sejenak Rosie ragu untuk mengutarakannya. “Apa kau ingat dengan Emily Parker?” Yoora mengangguk. “Victor adalah kekasih Emily.”

Yoora mengerutkan dahi. “Lalu, apa masalahnya? Victor hanya mantan Emily.”

“Tidak, Lu … Victor masih menjadi kekasih Emily sampai sekarang.”

Kedua manik sipit Yoora tampak membulat. “Maksudmu, Victor masih menjalin hubungan dengan model cantik itu?” Rosie mengangguk. “Dan kau membiarkan hal itu terjadi?” Rosie kembali mengangguk. “Kau gila, Roseline Park! Kau gila!”

“Tapi, kami sudah sepakat untuk mengakhiri pernikahan kami setelah satu tahun.”

“Itu lebih gila, Rose!” Yoora memijat pelipis, menggunakan kedua tangan untuk menopang kepalanya. “Kalau paman dan bibi tahu tentang hal ini—“

“Mereka tidak boleh tahu,” pinta Rosie dengan manik berkaca-kaca.

Yoora membuang napas kasar, menyandarkan punggung di sandaran kursi. “Lalu, bagaimana denganmu? Apa kau sudah mulai menyukai Victor.”

Rosie menggeleng. “Tidak, Lu, dan aku bersyukur untuk itu. Setelah Lily kembali ke Korea, aku dan Victor berencana untuk mengatakan semua ini padanya. Lalu, memintanya untuk bersabar menunggu Victor hingga kami resmi bercerai.”

“Tapi tidak ada yang bisa menjamin kalau kau tidak akan menyukai Victor, atau jatuh cinta padanya.” Yoora mengingatkan dengan tatapan sendu.

“Itu tidak mungkin, Lu …” Rosie tertunduk sedih. “Kau tahu apa yang terjadi padaku, jadi …” Dia mendongak menatap Yoora. “Aku tidak mungkin membiarkan diriku jatuh cinta lagi.”

“Bagaimana kalau sebaliknya?” Kedua alis Rosie saling bertaut. “Bagaimana kalau Victor yang jatuh cinta padamu?” Rosie terdiam dengan manik almond melebar. “Jika hal itu terjadi, apa kau tetap akan melepaskan Victor?”

Wajah Rosie dipalingkan guna menghindari tatapan Yoora. “Tentu … aku akan tetap melepaskan Victor demi Emily,” jawabnya lirih.

...❦ 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑛𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐿𝑜𝑣𝑒 ᰔᩚ...

Tangan yang menggantung di udara, tak lelah untuk memainkan jemarinya menekan tombol dengan simbol panah ke atas. Kedua iris sewarna almond yang melambangkan aura musim semi itu, menyuguhkan tatapan kosong pada layar datar yang berubah-ubah gambarnya. Helaian surai brunette-nya tampak jatuh tak tertata saat kepalanya ia sandarkan, dengan tubuhnya terlihat membungkuk dalam posisi miringnya.

Setelah pertemuan dengan sahabatnya, visi Rosie terlihat kosong, seolah tengah memikirkan sesuatu yang mengekang pikirannya, namun tidak mampu disuarakan.

* Tap-tap-tap

Itu adalah ketukan suara sol sepatu Victor. Pria ravenette itu baru pulang dari kediaman Joella, dan kini membawa serta Haru di punggungnya.

“Itu bibi Rosie,” bisik Haru di telinga Victor.

Victor tersenyum. “Hmm … apa Haru ingin mengagetkannya?” Haru mengangguk antusias, lalu Victor menurunkannya.

Segera setelah diturunkan, bocah berumur 4 tahun itu berlari ke arah Rosie, lalu berseru, “Bibi Rosie.” Dia melempar tubuhnya ke pangkuan Rosie.

Rosie yang terkejut menjatuhkan remote TV, dan refleks menahan tubuh Haru. “Haru!” pekiknya dengan manik membola.

Haru hanya menyunggingkan senyum yang menggemaskan dengan bola mata tampak menyipit, oleh kedua pipi gembil yang naik menutupinya.

Melihat bagaimana bocah laki-laki itu begitu menggemaskan, Rosie melupakan kekalutan pikirannya seketika. Dia menarik Haru ke dalam pelukan, mencium kedua pipinya lalu kembali memeluknya. “Ooohhh … keponakan Bibi semakin tampan.”

“Seperti pamannya,” celetuk Victor tiba-tiba, membuat Rosie menarik kepala dan melabuhkan pandangan pada pria yang menyematkan senyum kotak di wajahnya. “Bukan begitu, Jagoan?” Victor mendudukkan bokongnya di samping Rosie lalu mengacak rambut Haru.

Haru terkekeh, mengangguk tanpa melepas senyum dan menyahut. “Haru tampan seperti Paman Victor.”

“Hey! Ayahmu jauh lebih tampan, Sayang …” protes Rosie, tak terima jika Victor dikatakan tampan.

Haru menggeleng. “Paman Victor lebih tampan dari daddy.”

“Kau dengar itu, Ny. Kim?” Terkejut dengan panggilan itu, Rosie menatap Victor dengan kedua manik yang membola. “Ekspresi wajah ini tidak akan pernah cocok untukmu.” Victor menyetil dahi Rosie.

“Aww! Kenapa kau selalu menyentilku?” Satu tangan Rosie mengusap keningnya yang terasa sakit, sementara satu tangan yang lain masih memagari punggung Haru agar tidak jatuh.

“Karena kau pantas mendapatkannya,” jawab Victor sembari memungut remote TV. “Apa yang kau tonton? Drama? Komedi?”

“Paman! Haru ingin menonton kartun,” cicit Haru.

“Oke, kartun apa yang ingin Haru tonton?”

“Dinosaurus! Haru ingin menonton dinosaurus.”

“Siap, Komandan!” Haru terkekeh.

Sementara Rosie yang menyaksikan interaksi Victor dengan keponakannya hanya terdiam. Tanpa dia sadari kedua sudut bibirnya mulai membentuk kurva saat maniknya berlabuh pada wajah Victor yang dihiasi senyuman. Hatinya terasa menghangat, merasakan bagaimana senyuman itu mampu meredam kekalutan dalam pikirannya, juga mengenyahkan segala kegundahan yang sempat bersarang dalam batinnya.

...❦ 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑛𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐿𝑜𝑣𝑒 ᰔᩚ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!