Tawaran

Baca sampai habis dan penuh penghayatan ya guys

***

Bab 2

Dengan tangan bergetar, Arum membaca surat kesepakatan antara dirinya dengan seorang dokter cantik. Isi dalam surat kesepakatan itu adalah, jika Arum mau menikah dengan ayah si Dokter. Maka, Dokter itu bersedia membantu Arum dalam hal pengobatan ayahnya. Ini pilihan yang sulit, Arum belum mau menikah. Dia masih ingin kuliah dan bekerja. Bekerja untuk mendapatkan uang banyak untuk bahagia kan sang ayah.

"Gimana, kamu mau menikah dengan ayahku?" tanya Si Dokter cantik itu lembut penuh harap.

Arum mengangkat wajahnya lemas, ia tatap lekat wanita di hadapannya itu. Dari tatapan matanya Arum, si Dokter bisa tarik kesimpulan, kalau Arum terlihat keberatan untuk menikah.

"Waktu berfikir tersisa 10 menit lagi. Hidup memang sulit, tidak ada yang gratis di dunia ini." Ujar sang dokter mulai mempengaruhi Arum. Dokter Itu pun bangkit dari kursinya. "Aku ada di taman, temui aku jika kamu setuju. Ingat, kamu akan hidup bahagia jika menikah dengan Ayah ku!' tegas sang Dokter, menatap lekat Arum yang nampak bingung.

Arumi kembali menatap nanar kertas yang ada di tangganya. Kembali ia membaca surat kesepakatan itu. Ternyata pria yang akan dinikahinya masih punya istri. Dan dia akan jadi istri kedua, dengan tugas utama merawat dan melayani suaminya itu. Karena saat ini, pria yang akan ia nikahi adalah pria paruh baya yang sedang stroke.

Di surat Itu juga, Arum tidak boleh menggugat cerai pria tua yang akan menikah dengannya di hari kemudian. Semua keputusan ada ditangan keluar yang akan jadi Suami nya. Mau ia diceraikan atau tidak suatu saat nanti, jika pria tua itu sembuh. Ia juga harus benar-benar jadi istri si pria tua yang akan menikahinya. Melakukan hubungan layaknya suami istri. Intinya pernikahan ini adalah serius. Tapi, ia tidak boleh menuntun harta warisan.

Jika Arum bekerja dengan baik, maka ia akan dibiayai kuliahnya. Karena, Arum telah menceritakan semuanya kepada Dokter Ulfah. Makanya dokter Ulfah membuat umpanan di surat kesepakatan agar Arum tergiur untuk menerima tawaran gila itu. Tawaran menikahi pria tua yang sedang stroke. Dan ia harus merawat dan melayani pria tua itu.

Arum yang dilema, menutup perlahan kedua matanya. Rasanya kepalanya mau pecah saat ini. Bagaimana mungkin ia akan menikah dengan pria tua, yang ia tidak kenal sama sekali. Kalau pria tua yang penyakitan itu adalah orang jahat, bagaimana?

Aarrrggkkk...

Teriak nya seperti orang gila. Mencak-mencak di atas kursi yang ia duduki. Pilihan ini sangat sulit.

Huufftt..

Merasa sedikit legah, karena telah meluap kan kekesalan di hatinya. Arum pun Akhirnya bangkit dari duduknya. Menyeret kakinya keluar menuju taman. Apapun hasil nya, ia harus menemui dokter itu di taman.

"Ya Allah... Tidak adakah alternatif bantuan lain untukku, dariMu? harus kah aku menderita sepanjang hidupku?" Arum yang kalut terus saja bicara sendiri sambil berjalan malas menuju taman.

Bruuggkk. .

Ia yang berjalan dengan banyak pikiran itu, tidak sengaja menabrak seorang pria.

"Arum....?"

"Ariq...!"

Arum melototkan kedua matanya. Terkejut mengetahui pria yang ia tabrak adalah teman sekelasnya.

Pria yang bernama Ariq itu nampak semangat bertemu dengan Arum. Arum juga senang, bisa bertemu dengan Ariq. Tapi, seketika, raut wajah senangnya Arum berubah disaat ia melihat sosok wanita di belakang Ariq.

"Ariq, tungguin Mama!"

Arum langsung ngacir dari hadapan Ariq. Disaat pria itu menoleh ke belakang.

Dari kejauhan, Arum memperhatikan Ariq yang celingak celinguk mencari sesuatu. Sepertinya sedang mencarinya.

Dengan lemas, Arum menyeret kakinya lagi menuju taman.

Ariq adalah teman akrabnya Arum. Di sekolah, pria itu sering membantunya. Arum siswi yang pintar. Dengan kepintarannya dia bisa bersekolah di sekolah yang bagus. Tapi, keluarga nya tidak suka dengan keakraban Arum dan Ariq. Ibunya Ariq pernah memperingatkan Aarum, agar tidak usah bersahabat dengan putranya itu.

Arum jadi sedih, ibunya Ariq tidak suka ia dan Ariq berteman, karena ia dari keluarga miskin.

Apakah uang yang dinilai manusia di dunia ini?

Arum membathin dengan perasaan yang berkecamuk. Fakta di dunia bahwa uang adalah segalanya, membuatnya jadi semakin yakin untuk menerima tawaran menikahi pria tua yang sedang stroke.

Sesampainya di taman. Dokter Ulfa yang mengetahui kedatangan nya. Menutup laptop yang ia pegang. Sepertinya tadi dokter itu sedang bekerja di laptop nya.

"Ayo duduklah!" Dokter Ulfah menepuk pelan tempat kosong di sebelahnya. Walau mereka sedang di puskesmas. Puskesmas ini sangat bagus, sudah ada tempat rawat inap. Hanya saja penanganan penyakit dalam belum ada dokter spesialis nya.

Arum mendarat kan bokongnya di tempat kosong di sebelah kiri Dokter cantik itu. Ia masih dengan muka murungnya.

"Tidak akan rugi kamu menerima tawaran ku. Kamu harus berfikir realistis. Hidup itu gak mudah. Dengan kamu setuju menikah dengan ayah. Ku jamin hidup mu akan bahagia. Kamu bisa lanjutkan kuliah mu. Kamu juga bisa rawat ayahmu sekalian rawat Ayah ku. Tenang, tetap akan ada perawat yang bantuin kamu juga. Hanya disaat saat moment tertentu harus kamu yang lakuin. Karena, ayah ku tidak ingin dia disentuh yang bukan Istrinya." Jelas Dokter Ulfah panjang lebar dengan seriusnya.

"Iya bu, aku bersedia." Sahutnya datar, ada nada tidak setuju diucapannya Arum. Tapi, ia harus setuju, demi kesembuhan ayahnya.

Dokter Ulfah sumringah mendengar jawaban Arum. Ia ambil alih map berisi perjanjian di tangan Arum. Dengan tidak sabarannya membuka map itu.

"Kamu belum tanda tangan dek?" Tanya Dokter Ulfah dengan muka masam. Ia takut juga Arum tidak setuju.

Arum menatap sendu dokter cantik itu."Iya Dok, ini mau tanda tangan!"

Dokter Ulfah merogoh saku jas Dokter nya, mengambil ballpoint dan memberikannya pada Arum.

Dengan lemas, Arum meraih pulpen itu. Membubuhkan tanda tangan di kertas beri baterai itu.

"Alhamdulillah.. Semoga kamu bisa jadi istri yang baik untuk ayahku Dek. Eehh.. Koq dek. Kamu kan akan jadi ibuku. Tepatnya ibu tiri!" celoteh Dokter Ulfah dengan semangatnya.

Arum yang lemas, hanya mengangguk pelan.

Graapp.

Dokter Ulfah kini merangkul hangat Arum. "Terima kasih ya Bu!"

Hueekk..

Rasanya Arum ingin muntah. Saat Dokter Ulfah memanggilnya Dokter. Tidak disangka ia akan berstatus istri muda.

Setelah pelukan itu terlepas. Kini Dokter Ulfah merangkul kedua bahunya Arum.

"Saat ini juga ayahmu akan dibawa ke rumah sakit. Dan akan secepatnya di tangani dokter." ujar Dokter Ulfah dengan ceriah nya.

"Iya Dok, terima kasih banyak!" sahut Arum datar. Sedikit pun wajahnya tidak menunjukkan kebahagiaan.

"Iya, ayo kita ke kamar ayah mu!" Dokter Ulfah membereskan barang-barangnya.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!